Bab 13

"Pagi mba Karen..." sapa Gista ketika memasuki ruang ganti perawat.

"Pagi dek. Gimana? Aman?"

Gista menatap Karen dengan ekspresi bingung karena pertanyaan wanita yang setahun lebih tua darinya itu.

"Apanya mba?" tanya Gista sembari memasukkan barang-barangnya di loker.

"Ya semalam kamu pulang aman gak?"

"Ow..." ucap Gista tenang,

"Aman mba" jawabnya sambil tersenyum.

"Ow iya Gis, semalam kamu jatuhin kunci ini" Karen memberikan sebuah kunci kecil dengan gantungan kelinci yang tersenyum memperlihatkan dua giginya.

"Makasih ya mba, kayanya jatuh waktu aku ambil kunci mobil. Mba Karen nemu ini dimana?" tanyanya sembari memasukkan kunci kecil itu ke dalam tasnya yang ada di loker.

"Semalam waktu kamu jalan ke basement, tiba-tiba ada orang restoran yang manggil aku gara-gara powerbankku ketinggalan. Eh ternyata ternyata ada kunci kamu juga" jelasnya santai yang hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh Gista.

"Ya udah aku keluar duluan ya dek"

"Iya mba"

Selesai melakukan timbang terima jaga, tim 2 yang saat itu masuk pagi mulai berkeliling untuk memastikan kondisi pasien.

Beberapa pasien baru masih terlihat takut dan tidak nyaman saat melihat Kinan, Karen, Gista dan Alana memasuki kamar rawat inap mereka.

Setelah selesai berkeliling, mereka berempat segera melakukan tugasnya masing-masing.

"Selamat pagi..."

"Pagi dokter" jawab Gista saat dr.Thomas datang ke ruang perawat.

"Pasien saya berapa ya suster Gista?" tanyanya dengan pandangan yang benar-benar tidak bisa lepas dari sosok Gista yang sedang menyiapkan obat untuk dibagi kepada pasien.

"Pasien bedah anak ada 1 dokter, dengan Hirschsprung, rencana operasi hari ini jam 11 siang. Sudah daftar kamar operasi, tadi pagi dr.Kun spesialis anastesi juga sudah visite." jelas Gista saat dr.Thomas sudah berkutat dengan komputer.

NB :

Penyakit Hirschsprung merupakan penyakit yang terjadi pada usus, dan paling sering pada usus besar (colon). Normalnya, otot pada usus secara ritmis akan menekan feses hingga ke rectum. Pada penyakit Hirschsprung, saraf (sel ganglion) yang berfungsi untuk mengontrol otot pada organ usus tidak ditemukan (Sumber : yankes.kemkes.go.id)

"Pasien usia 3 bulan ya?"

"Iya dokter" jawab Gista yakin.

"Ini pasien yang saya operasi saat di PICU kan?"

Lagi Gista segera mengiyakan pertanyaan dr.Thomas.

"Nanti setelah operasi juga pasien akan dipantau di PICU dulu dok. Pasien juga sudah terpasang selang lambung sejak tadi pagi" ujarnya menjelaskan prosedur dan tahapan yang dia yakin dr.Thomas selaku kepala instalasi bedah sudah sangat memahaminya.

"Siapa yang akan menemani saya visit?"

"Dokter sudah membawa pasukan apakah masih kurang?" goda Gista yang dijawab dengan tawa pelan oleh dr.Thomas.

"Saya tetap butuh tuan rumah untuk menemani saya mba Gista." jelasnya dengan senyum yang mengembang sempurna saat Gista menggodanya yang datang bersamaan dengan 3 dokter.

"Selamat pagi..."

Gista mengalihkan pandangan ke arah suara yang baru saja memasuki area rawat inap anak.

"Pagi dr.Dika..." sapa Karen yang baru saja keluar dari kamar obat.

"Ow iya, ini ada kopi untuk tim shift pagi mba" ucap Dika sembari menyerahkan 1 paper bag besar yang ternyata berisi kopi lengkap dengan breakfast box kepada Karen.

"Dalam rangka apa ini dok?" tanya Karen dengan ekspresi penasaran.

"Tidak dalam rangka apapun, hanya untuk penyemangat pagi saja" jelasnya dengan senyum kikuk yang terlihat cukup menggemaskan di mata Gista yang masih mengobrol dengan dr.Thomas.

"Saya kira dokter punya pacar baru" celetuk Karen yang berhasil membuat Dika sedikit salah tingkah, begitu juga dengan Gista.

"dr.Dika, sendirian dok?" tanya dr.Thomas basa basi yang dijawab dengan senyum dan anggukan kepala.

"Iya dok. Saya kan gak punya pasukan seperti dokter" ujarnya sambil tertawa kecil yang disambut juga dengan tawa oleh dr.Thomas.

"Jadi saya visit dengan siapa?" tanya dr.Thomas sembari melemparkan pandangan ke arah perawat.

"Sama saya dokter, silahkan" ucap Bu Kalina selaku kepala ruang yang langsung diikuti oleh dr.Thomas.

"Saya visit sama siapa? Masa saya solo?" tanya Dika dengan ekspresi polos tetapi entah kenapa ekspresi polosnya akhir-akhir ini terlihat menggemaskan di mata Gista.

"Sama mba Kinan dokter" jawab Gista datar yang hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh Dika.

"Kalau begitu saya tinggal bagi obat dulu ya dok. Permisi" pamit Gista.

Gista meninggalkan ruangan perawat, kakinya melangkah menuju ke satu per satu kamar pasien kelolaannya. Mulai dari melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital hingga pemberian obat yang terkadang cukup memerlukan waktu karena harus memastikan mood anak-anak itu cukup baik.

"Sudah beres dek?" tanya Karen begitu Gista kembali masuk ke dalam ruang perawatan anak.

"Udah mba. Pasienku udah agak gede semua, jadi udah lebih bisa di ajak kerjasama" ujarnya sambil mendorong trolley berisi obat kembali ke kamar obat.

"Mba Karen, hantaran obat udah kesini ya?"

"Udah dek. Kenapa? Kamu ada perlu?"

"Nggak sih, cuma mau nitip aja soalnya itu obat yang buat persiapan ke kamar operasi jumlahnya ada yang gak sesuai mba, jadi harus ada yang di retur" jelas Gista.

Gista menarik satu kursi di samping Karen, dia ikut berfokus ke arah layar komputer miliknya.

"Alana kemana mba?"

"Lhah, kan dia ada pelatihan K3 di auditorium"

Gista hanya mengangguk tanda mengerti. Mereka berdua kembali diam, berkutat dengan laporan pasien masing-masing sebelum akhirnya Dika kembali dari visitnya.

"Ada yang boleh pulang dok?" tanya Karen begitu Dika masuk ke ruang perawat.

"Ada mba. Kamar 7 bed 4, 6 bed 2, 6 bed 3 sama 8 bed 4" ucap Dika sembari melepas sneli dan meletakkannya di punggung kursi tempat duduk kosong yang akan dia gunakan.

"Mau makan malam gak nanti?" tanya Dika lirih saat Gista mengambil alih komputer yang tadi digunakan oleh Karen.

Gista hanya berdehem, dia tidak mau merespon lebih lanjut pertanyaan Dika.

"Dokter maaf, saya ibu dari pasien anak Alundra. Tadi katanya anak saya boleh pulang ya dok? Berarti sekarang saya harus mengurus administrasi atau bagaimana?"

Gista yang hendak berdiri untuk menjelaskan tangannya segera ditahan oleh Dika.

"Selamat siang bu. Iya anaknya sudah boleh pulang, tapi saya harus menulis resep pulang dulu baru ibu bisa mengurus administrasinya. Paling lama 30 menit lagi administrasinya sudah bisa di selesaikan, jadi ibu bisa menunggu dulu di kamar pasien" jelas Dika dengan bahasa yang sangat lembut.

"Lalu infus anak saya dok?"

"Iya nanti salah satu keluarga ada yang mengurus administrasi, keluarga lain menemani pasien untuk dilepas infusnya. Nanti dibantu sama perawat ya bu"

"Terimakasih dok. Terimakasih sus"

Gista hanya tersenyum sambil mengangguk saat ibu dari pasien itu pergi meninggalkan meja perawat.

"Lancar banget dok jelasinnya?" goda Gista sambil tertawa kecil.

"Kalian aja bisa rawat pasien sampai menjelaskan regulasi administrasi di rumah sakit, aku juga harus bisa lah." ucapnya jumawa yang disambut dengan tawa oleh Gista.

Terpopuler

Comments

nuri mustika

nuri mustika

Udh up kah?

2024-01-15

1

Anjas Marta

Anjas Marta

lnjut kak

2024-01-14

1

Nia Amania

Nia Amania

author sehat kan ya apa lagi sibuk di real life udah bolak2 kesini tapi belum ada updatean
semangat terus thor ceritanya bagus2 semua👍

2024-01-14

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!