Bab 4

“Selamat pagi dokter, mau langsung visite?” sapa bu Kalina begitu Dika masuk di ruang perawat bangsal rawat inap anak.

“Selamat pagi bu Kalina. Saya boleh lihat daftar pasiennya dulu?” Ucapnya sembari melirik ke seluruh area ruangan seperti seolah-olah sedang mencari seseorang. Bu Kalina segera memanggil Elsha, ketua tim yang bertugas pagi itu.

“Tim jaga pagi hari ini berubah ya bu?” tanyanya tanpa ragu yang mendapat respon senyuman dari bu Kalina.

“Dokter mencari Gista? Atau mencari Karen?” Tanya bu Kalina yang membuat Dika sedikit kelabakan dengan

pertanyaan dadakan itu.

"Bbu.. bukan begitu.. ehm saya..." Dika seketika terbata-bata setelah mendapat serangan dadakan dari Bu Kalina yang sedang menahan senyum saat melihat sikap Dika.

"Mereka shift malam hari ini" jelas Bu Kalina sebelum wanita berusia 45 tahunan itu pergi meninggalkan Dika dan Elsha di ruang perawat. Dika hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena cukup salah tingkah dan bingung harus bagaimana setelah mendapat pertanyaan yang cukup di luar dugaan.

Bu Kalina menanyakan hal itu kepada dr.Dika bukan tanpa alasan, bagaimanapun juga Karen dan Gista memang bisa dibilang sebagai kembang desanya rawat inap anak, jadi ya tidak heran kalua banyak laki-laki yang terpincut dengan kecantikan mereka.

----------------------------------------&&-------------------------------------

"Mba Kinan, laper nggak?" tanya Gista manja begitu dia duduk di depan komputer yang ada di sisi kanan Kinan.

"Gis, jam 12 malam lho ini" ujarnya sambil melirik ke arah jam dinding di ruangan tersebut.

"Ayolah mba, laper ini. Iya gak Al?" Gista melirik Alana yang sedang duduk di belakangny. Bak gayung bersambut, Alana segera mengangguk tanda mengiyakan ucapan Gista yang membuat Kinan menghela nafas karena ulah 2 manusia di hadapannya ini.

"Mau makan apa dek jam segini?" Mba Karen yang baru saja keluar dari kamar obat tiba-tiba ikut bergabung dalam obrolan makan malam yang sudah terlalu malam tersebut.

"Mie jawa depan rumah sakit enak kayanya mba, gimana?" Tanya Gista sembari mengedarkan pandangannya bergantian ke arah tiga orang yang sekarang ada di hadapannya.

"Aku nasi goreng deh" celetuk mba Karen yang langsung membuat keputusan.

"Nasi goreng putih, pedes?" tanya Gista yang dijawab dengan senyuman dan acungan jempol dari Karen.

"Mba Kinan?" Panggil Gista dengan nada manja sembari dia memiringkan kepalanya untuk menggoda Kinan yang sepertinya masih enggan untuk ikut makan malam.

Kinan menghela nafasnya saat Gista masih setia menunggu jawabannya untuk makan malam,

"Mie jawa deh 1" jawabnya yang membuat Gista tersenyum penuh arti.

"Akhirnya luluh juga" celetuk Karen yang disambut kekehan pelan dari Gista dan juga Alana. Walaupun mba Karen lebih muda 3 tahun dari mba Kalina, tetapi mereka berdua memang terkenal cukup akrab. Orang-orang sering menyebut mereka duet mautnya ruang rawat inap anak.

"Kamu Al?" Gista melempar pandangan ke arah Alana dengan tangan yang sudah siap mengetik pesanan untuk dia kirimkan ke penjual nasi goreng depan rumah sakit yang biasa mereka panggil Pak Kumis.

"Mie jawa deh 1, tapi pedes ya Gis"

"Siap bos" ujarnya sambil mengetik pesanan mereka berempat malam itu. Belum sampai Gista mengirim pesan kepada pak kumis, keluarga pasien dari kamar 8  tiba-tiba terengah-engah di depan ruangan perawat dengan eskpresi panik.

"suster tolong, anak saya kejang" ujar lelaki tersebut yang langsung membuat Kinan berlari ke arah kamar 8.

"Gis, telfon dokter jaga!" perintah Karen bersamaan dengan dirinya yang mendorong trolley emergency meninggalkan ruang perawat menuju ke arah kamar 8 menyusul Kinan yang sudah lebih dahulu berangkat.

Dengan cepat Gista segera menghubungi nomer ruang jaga dokter spesialis anak saat Alana pamit ke kamar 3 karena pasien menekan bel.

"Hallo..." jawab seorang laki-laki dengan suara lirih. Gista terdiam sesaat, dia tahu benar siapa yang menjawab panggilan telefonnya itu.

"Hallo?" Suara itu akhirnya membuayarkan lamunan Gista yang semapt terdiam beberapa detik.

"Selamat malam dokter. Pasien kamar 8 dengan diagnosa KDS (Kejang Demam Sederhana) yang baru masuk pukul 8 malam tadi tiba-tiba mengalami kejang dokter. Obat anti kejang sudah diminum pukul 8 malam begitu pasien sampai di ruangan"

"Lakukan protap, saya kesana"

Gista segera menutup telfonnya, wanita cantik berusia 29 tahun tersebut bergegas berlari kecil ke arah kamar 8 dimana Karen dan Kinan sedang disana.

"Protap mba!" ucapnya sesaat setelah membuka pintu ruangan yang hanya berisi satu pasien tersebut.

"Sudah berhenti dek" jawab Kinan dengan tenang yang berhasil membuat Gista bernafas lega.

"Bagaimana?"

Dengan cepat Gista mengalihkan fokusnya ke sumber arah suara dimana disana terlihat lelaki dengan seragam scrub navy lengkap dengan stetoskop yang memiliki hiasan gantungan boneka dinosaurus kecil yang tergantung di lehernya.

"Sudah berhenti dokter, kejangnya tidak sampai satu menit" jelas Gista yang membuat Dika segera masuk ke ruangan tersebut untuk melakukan pemeriksaan kepada anak laki-laki bernama Alundra yang berusia 3 tahun tersebut.

"Demamnya tinggi sekali ya sampai 40 derajat" gumam Dika yang diselingi dengan helaan nafas saat sedang menulis laporan di komputer ruangan bangsal rawat inap anak.

"Iya dokter. Pasien juga tidak memiliki riwayat kejang sebelumnya. Keluarga juga tidak ada yang memiliki riwayat kejang" jelas Gista merespon ucapan Dika karena hanya dia yang ada di ruangan bersama dengan Dika sedangkan mba Karen dan mba Kinan masih di kamar 8,  Alana sedang di ruang linen menyiapkan peralatan untuk mengganti pakaian, selimut dan sprei besok pagi.

"Anaknya mau minum obat kan?" tanya Dika sembari menatap ke arah Gista yang berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk.

"Mau dokter. Minum obatnya tidak ada masalah" jelas Gista dingin yang membuat Dika kembali mengarahkan fokusnya ke komputer.

"Kalau begitu sesuai advis awal saja, obat anti kejang oral rutin 2 hari" ujar Dika yang langsung diiyakan oleh Gista. Disaat Dika masih menulis laporan, Gista yang bersiap untuk masuk ke kamar obat tiba-tiba mendengar Dika bersin beberapa kali.

"Dokter sakit?" tanyanya ragu karena memang sejak kedatangannya tadi lelaki itu menggunakan masker.

"Meriang, kayanya efek kehujanan kemarin lusa" jawabnya singkat tanpa melirik sedikitpun ke arah Gista yang sekarang berdiri di belakangnya. Gista hanya diam, kehujanan kemarin lusa adalah saat Dika mengantarkannya untuk pulang saat sedang hujan deras.

"Mau jahe hangat?" lagi Gista bertanya dengan sedikit ragu tetapi segera ditolak dengan lembut oleh Dika.

"Ini di rumah sakit, katanya kita harus berpura-pura tidak mengenal dekat?" ujar Dika lirih yang masih cukup jelas terdengar di telinga Gista.

"Saya tinggal ke ruang obat dulu" pamit Gista begitu dia sadar dengan ucapannya beberapa hari yang lalu saat Dika baru saja datang ke rumah sakit tersebut.

Terpopuler

Comments

bung@ter@t@i

bung@ter@t@i

lupa SM yg di ucapkan ,karna perhatian tulus gak bisa di tahan hihihi

2024-03-07

0

Eka Desni

Eka Desni

menarik banget ceritanya thor
semangat lanjut lagiii

2024-01-03

1

Sugiyati Apprilia

Sugiyati Apprilia

lanjut thor ketemu lagi disini

2024-01-02

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!