Bab 7

Dalam ruangan yang tidak terlalu luas itu, Gista memandang ke arah luar jendela saat mobil berwarna abu-abu itu melesat meninggalkan area rumahnya.

Mobil milik lelaki yang pernah menyatakan cinta padanya beberapa tahun lalu itu sebenarnya sudah masuk ke jangkauan matanya semenjak Gista berjalan dari arah depan komplek ke rumahnya, hanya saja dia memilih berpura-pura tidak tahu sampai akhirnya melihat bungkusan kantong plastik yang tergantung di pagar rumahnya.

Helaan nafas kembali keluar dari wanita berusia 29 tahun itu, matanya beralih ke arah dua pigura kecil yang ada di meja kecil sisi ranjangnya.

Foto masa kecilnya bersama mendiang neneknya dan juga foto saat kelulusan SMA bersama dengan Dika, sahabat baik yang selalu dicap sebagai kekasihnya di mata orang-orang yang mengenal maupun yang tidak mengenal mereka berdua.

Satu sisi bibirnya tertarik tipis saat melihat foto kelulusan SMA dimana gadis cantik itu tertawa saat Dika menggendongnya di punggung. Tawa lepas yang seolah-olah tidak tahu bahwa beberapa tahun kemudian kehidupannya berubah menjadi kacau karena dia menikahi pria yang salah.

Pria yang sejak awal tidak disetujui oleh Dika, tetapi Gista justru marah karena merasa Dika hanya cemburu karena Gista menolak cintanya.

Masa lalu tetaplah masa lalu, apa yang sudah terjadi benar-benar tidak bisa dibenahi lagi, termasuk keputusannya menikah di usia yang cukup belia, 24 tahun.

Gista merebahkan tubuhnya di ranjang besar yang setiap hari menjadi tempatnya berfikir hingga merenung dengan semua pilihan-pilihan hidup yang harus dia putuskan sendirian terutama setelah kepergian neneknya. Satu-satunya orang yang merawatnya setelah ayahnya memilih menikah lagi dan meninggalkan Gista yang masih SD hidup sendirian bersama neneknya.

Tangannya meraih gelas yang sudah dia isi dengan wine. Matanya menatap lurus ke arah jendela yang tirainya masih dia biarkan terbuka hingga membuatnya bisa menikmati tetesan air hujan yang mulai turun ditemani dengan semburat cahaya dari lampu jalan yang ada di depan rumahnya.

Entah sudah berapa tegukan wine yang dia nikmati sampai akhirnya dia memiliih merebahkan tubuhnya. Badannya meringkuk, tubuhnya memeluk guling dengan fikiran yang melayang entah kemana. Sekali waktu, ada rasa rindu untuk berbagi cerita dengan seseorang sebelum dia masuk ke alam mimpi, tetapi sekali waktu dia juga tidak yakin kalau traumanya sudah benar-benar sembuh.

Pikiran-pikirannya terus bergerilya memenuhi isi kepalanya sampai dia tidak sadar kalau sudah masuk ke alam mimpinya.

Gista membuka matanya saat ponselnya berdering yang ternyata mba Karen yang menelefonnya. Tangannya meraih ponsel bersamaan dengan ibu jarinya yang mengusap layar benda berbentuk persegi panjang itu.

"Halo mba?" jawabnya dengan suara parau sambil mencoba duduk di atas ranjang dengan kesadaran yang belum terkumpul penuh.

[Baru bangun dek?]

Gista menjauhkan sebentar ponsel dari telinganya, matanya mencermati angka yang ada di ponselnya dan ternyata memang sudah jam 8 pagi.

"Iya mba. Kenapa?"

[Hari ini masih libur?]

"Masih mba."

[Nggak mau periksa aja?]

"Ha? Periksa? Siapa yang sakit mba?" Tanya Gista dengan ekspresi bingung. Wanita cantik itu bergegas turun dari ranjangnya untuk menuju ke kamar mandi.

[Kata dr.Dika kamu sakit?]

Gista diam sesaat, dia coba mencerna dengan benar apa yang sebenarnya terjadi. Mencoba memastikan apakah sekarang dia sedang disorientasi atau dia sedang bermimpi karena dia tidak merasa sakit sama sekali.

"Mba, nanti aku hubungi lagi ya" pamitnya yang segera mematikan sambungan ponselnya tanpa menunggu respon dari Karen.

Gista meletakkan ponselnya tidak jauh dari wastafel kamar mandinya. Dengan cepat tangan kanannya memutar kran air, membiarkan air itu mengalir lalu membasahi wajahnya dengan air sebelum mengusapkan sabun dan kembali membersihkannnya dengan air.

"Siapa yang sakit?" lagi gumamnya sembari menatap dirinya sendiri dalam pantulan kaca yang sedikit berembun. Merasa ada yang tidak beres, Gista kembali meraih ponselnya. Jarinya bermain di layar ponsel untuk mencari nama dr.Dika,Sp.A di ponselnya. Beberapa kali dia menghubunginya tetapi wanita cantik itu tidak mendapat jawaban dari yang bersangkutan.

Saat tangannya bersiap kembali mengusap layar untuk menelfon Dika, panggilan dari Karen sudah lebih dulu masuk ke ponselnya.

"Hallo mba.." ucapnya sambil berjalan keluar kamar menuju ke area dapur di lantai satu.

[Kamu baik-baik aja kan dek?"]

Gista menghela nafas sebentar sebelum akhirnya memastikan kalau dirinya baik-baik saja dan tidak sedang dalam keadaan sakit.

"Mba, aku matiin dulu ya telfonnya, ada telfon lain yang masuk" ujarnya meminta izin yang langsung diiyakan oleh Karen.

"Mas Dika ngapain sih bikin kabar kalau aku sakit? Mau banget apa gimana sih orang rumah sakit tahu kalau kita kenal?" omelnya begitu Dika mengangkat panggilan telefon darinya.

[Tenang dulu. Bukan aku yang bikin kabar, aku justru tahu dari Bu Kalina]

Gista terdiam sesaat, langkah kakinya yang sedang menuruni tangga menuju ke lantai 1 ikut terhenti. Otaknya coba merespon semua yang dikatakan Dika. Tanpa mematikan sambungan telefonnya, wanita itu membuka daftar panggilannya. Dan benar saja, pukul 3 pagi wanita itu menghubungi kepala ruangnya.

"Aishhhhhhh...." desisnya kesal pada diri sendiri saat mendapati dia menelfon kepala ruangnya saat sedang mabuk semalam.

[Kamu sakit apa? Mau aku jemput periksa apa gimana?]

Kali ini suara Dika terdengar panik tetapi Gista hanya mengatakan kalau dia baik-baik saja dan segera menutup sambungan telefonnya tanpa menunggu persetujuan Dika.

"Selamat pagi bu. Maafkan saya karena menghubungi anda di jam 3 pagi. Saya benar-benar tidak bermaksud mengganggu anda, tetapi sepertinya semalam saya dalam keadaan yang kurang baik. Jadi sekali lagi saya mohon maaf"

Gista mengirim pesan sebagai permintaan maaf kepada kepala ruangnya sembari merutuki dirinya sendiri karena tidak biasanya dia minum sebanyak itu hingga melakukan panggilan tanpa sadar.

"Kamu baik-baik saja Gis? Kalau ada masalah cerita saja, kita cari solusinya bersama-sama."

Gista hanya bisa menghela nafasnya sebelum membalas pesan kepala ruangnya dengan mengatakan kalau dia baik-baik saja untuk saat ini.

"Gista Gista. Bisa-bisanya nelfon bu Kalina pas tipsy" ujarnya kesal sembari mengacak-acak rambutnya sendiri dengan ekspresi menyesal.

Gista meletakkan ponselnya di meja bar yang ada di dapurnya, baru saja tangannya membuka kulkas untuk mencari bahan makanan, tiba-tiba bel rumahnya berbunyi yang membuatnya harus berjalan mendekat ke arah pintu.

Saat melihat layar monitor kecil yang ada di samping pintunya, Gista hanya menghela nafasnya karena tahu yang berdiri di depan pagar rumahnya adalah Dika yang sepertinya baru saja pulang dari jaga malam.

Dengan langkah malas akhirnya Gista tetap menemui Dika yang masih terus menerus membunyikan bel rumah hingga membuat telinganya berdenging.

"Dokter mau ngapain pagi-pagi sudah bertamu?" tanyanya dengan ekspresi dan nada dingin, sedingin hawa pagi itu dimana semalam baru saja diguyur hujan deras.

"Anterin sarapan buat kamu" Dika mengangkat tangan kanannya yang membawa bungkusan makanan dengan tulisan bubur ayam kesukaan mama.

"Nggak pakai kacang, krupuknya dua" lanjut Dika yang menyebutkan isian dari makanan yang dibawanya itu.

"Kok dua?"

"Satunya akulah" ucap Dika yang sebenarnya Gista tahu ini hanya akal-akalan Dika untuk mampir ke rumahnya sepagi itu.

"Boleh masuk gak?" Pertanyaan Dika lebih terdengar seperti paksaan untuk mendobrak pagar rumah Gista yang masih tidak memberinya izin untuk melewati area pagar.

"Aku belum mandi" jawab Gista dingin.

"Ya itu urusan kamu. Pertanyaanku cuma aku boleh masuk apa gak?" tanya Dika dengan ekspresi tengil bercampur kesal karena pertahanan Gista sangat susah di dobrak seperti pagar rumahnya.

Dengan ekspresi dingin dan datar, Gista akhirnya membuka pagar rumahnya dan membiarkan Dika masuk sebelum ada orang lain yang melihat mereka berdua.

Terpopuler

Comments

Linda Dwi Saputri

Linda Dwi Saputri

lanjut kak

2024-01-05

1

Windi Artika

Windi Artika

ini update nya tiap hari apa gimana kak ?

2024-01-04

1

hasna Saniy

hasna Saniy

mencintai secwra ugal ugalan 😂

2024-01-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!