Bab 12

Dika dan Gista tiba-tiba seperti menjadi dua manusia yang cukup canggung setelah ciuman dan tangisan mereka tadi.

Ditemani dengan segelas teh hangat, Dika dan Gista duduk di depan rumah Gista dengan sedikit kikuk dan salah tingkah.

"Mas..."

"Gis..." Ucap mereka secara bersamaan yang tentu saja membuat keduanya kembali salah tingkah.

"Mas duluan aja.."

"Nggak papa, kamu duluan saja Gis." Dika mempersilahkan Gista agar berbicara lebih dulu.

"Maaf ya mas, harusnya saat itu aku gak bohong sama mas"

Dika hanya mengangguk sebagai respon sembari menunggu Gista benar-benar selesai berbicara.

"Aku juga gak tahu kalau mas ternyata tahu semua tentang kejadian dari SMA sampai kuliah"

Dika tersenyum simpul, sekali waktu dia mencuri pandang kepada wanita yang duduk di samping kanannya itu.

"Maaf juga ya karena mas gak cerita. Aku harusnya cerita ke kamu biar kamu gak merasa sendirian"

Kali ini Gista hanya tersenyum simpul, begitu juga dengan Dika yang terlihat tidak nyaman dengan posisi duduknya karena salah tingkah.

"Ini berarti gimana Gis?"

"Gimana apanya mas?" tanya Gista dengan ekspresi bingung karena tidak tahu apa yang dimaksud Dika.

"Ya hubungan kita. Ini jadinya kita pacaran atau gimana?"

Gista sedikit salah tingkah saat mendapat pertanyaan dadakan dari Dika.

"Ya maksud aku kan tadi kita kissing.." Dika menjeda bahkan memelankan suaranya saat menyebut kissing.

"Ya terus ini kita pacaran apa gimana?" lagi Dika tampak tidak berani menatap langsung ke arah Gista.

"Ya aku terserah mas Dika aja sih"

"Kok terserah aku? Ya kalau aku pasti iyalah Gis jawabannya. Kamu-nya gimana?" protes Dika yang justru membuat Gista tersenyum karena ekspresi Dika benar-benar tidak bisa dikontrol.

"Ya udah kalau gitu. Kenapa nadanya jadi ngegas banget sih mas?" tanya Gista yang membuat Dika tiba-tiba diam dengan ekspresi kikuk.

"Ya udah gimana? Pacaran?"lagi Dika kembali bertanya seolah-olah sangat ingin menerima validasi dari Gista.

Gista menghela nafasnya,

"Iya mas. Sudah puas?"

Senyuman Dika langsung mengembang sempurna saat mendapat validasi dari pujaan hatinya.

"Mas, mending pulang deh. Sudah mau jam 10"

Dika segera melihat jam tangannya dan benar saja jarum panjang di jam tangannya sudah menunjuk angka 10.

"5 menit lagi ya?" ucapnya coba bernegosiasi yang tentu saja ditolak oleh Gista.

"Pulang mas. Sudah malam. Lagipula besok aku masuk pagi"

Kali ini Dika hanya bisa pasrah saat Gista mengatakan kalau besok dia harus masuk pagi.

"Ya udah aku pulang" ucapnya dengan ekspresi terpaksa yang terlihat menggemaskan di mata Gista.

"Jalan gak papa kan? Deket juga cuma ujung perempatan situ" ujar Gista yang lebih terdengar seperti sedang meledek Dika.

Dengan berat hati, Dika akhirnya berpamitan. Langkah kakinya cukup berat untuk meninggalkan tempatnya bercengkrama bersama Gista.

"Gis..." panggilnya seraya kembali berbalik untuk melihat Gista yang masih duduk di tempatnya.

"Besok kerja naik apa?"

"Naik bis mas."

"Besok aku jemput ya?"

"Mas..."

"Bukan, bukan gitu maksud aku..." Dika yang sadar kalau Gista pasti tidak mau berangkat bersama segera mencoba menjelaskan maksudnya.

"Maksudnya besok aku jemput disini, kita jalan ke halte depan. Kan gak ada orang rumah sakit yang punya rumah disini, jadi harusnya aman. Gimana?" Dika menatap Gista dengan tatapan was-was takut kalau Gista menolak atau lebih parahnya takut kalau Gista marah.

"Ya sudah. 6.20 sudah disini ya, kan bisnya jam 6.30" ucap Gista yang berhasil membuat senyum Dika mengembang sempurna.

"Ya udah. Aku pulang dulu kalau gitu"

Gista mengangguk mengiyakan, sedangkan Dika sepertinya masih enggan untuk berjalan meninggalkan halaman rumah Gista.

"Gis..." Dika yang baru beberapa langkah mendekat ke arah gerbang lagi-lagi berbalik ke arah Gista.

"Apalagi mas?" omel Gista yang sepertinya mulai lelah dengan sikap Dika.

"Good night" ucapnya singkat dengan senyuman manis sebelum dia bergegas untuk meninggalkan halaman rumah Gista sambil berlari kecil.

"Good night mas" jawab Gista lirih saat Dika sudah keluar dari area halaman rumahnya.

----------------------------------------&&-------------------------------------

"Mas Dika? Kok udah disini?"

Gista menatap bingung lelaki yang sudah berdiri di depan pagar rumahnya.

"Sesuai jam kan? 6.20." Jawabnya dengan senyuman yang sepertinya tidak mau lepas dari wajahnya.

"Berangkat sekarang?"

Gista hanya mengangguk sambil tersenyum. Wanita itu bergegas keluar dari area rumahnya untuk berjalan menuju ke halte di depan kompleks mereka.

"Mas..."

Gista segera menepis tangan Dika saat lelaki itu berusaha menggandeng tangannya.

"Kenapa sih Yang? Gak ada yang lihat juga" protes Dika saat Gista menolak gandengan tangannya.

"Apa? Tadi mas panggil apa?"

"Sayang" jawabnya dengan ekspresi wajah polos.

Mendengar jawaban Dika sontak membuat Gista bergidik seperti sedang jijik akan sesuatu.

"Kenapa sih?"

"Geli tau gak dengarnya" ucap Gista yang segera melanjutkan langkah kakinya meninggalkan Dika beberapa langkah di belakangnya.

"Ya makanya di biasain sayang biar gak geli" jelas Dika yang berusaha mengimbangi langkah kaki Gista.

"Mas bisa gak panggilnya nama aja. Aneh tau gak dengarnya" Lagi Gista memprotes panggilan yang diberikan oleh Dika.

"Biar romantis dikit"

"Wajah lempeng kamu gak pantes mas buat romantis-romantisan." ujar Gista sembari menahan tawanya.

"Udah panggil Gista aja"

"Gak mau. Aku mau panggil kamu sayang pokoknya" jawab Dika dengan ekspresi datar yang tidak mendapat respon lebih lanjut dari Gista.

Begitu sampai di dekat halte, dua anak manusia itu sedikit berlari saat bis yang akan mereka naiki ternyata baru saja berhenti.

"Untung gak ketinggalan" ujar Dika sembari sedikit terengah-engah begitu mereka duduk di bis.

"Kelamaan ngobrol sih makanya jadi terlambat" protes Gista yang hanya mendapat tatapan bingung dari Dika.

Dika yang duduk di samping Gista tangannya coba meraih tangan kekasihnya tetap segera ditampik oleh Gista.

"Di tempat umum mas" ujar Gista pelan sambil tetap fokus dengan ponselnya.

Dika hanya bisa menghela nafasnya dengan ekspresi kesal. Bahkan saat turun dari bis, Gista dan Dika yang masih harus berjalan kaki sekitar 2 menit juga terlihat menjaga jarak dimana Dika berjalan lebih dulu.

Gista menghela nafasnya sambil mengikuti langkah Dika.

"Ngambekan banget dari dulu" gumamnya lirih sebelum mempercepat langkahnya agar bisa menyamakan langkah dengan Dika.

Saat sudah tepat di belakang Dika, tangan kanannya dia lingkarkan di lengan Dika yang membuat lelaki itu terkejut.

Seolah tidak terjadi apa-apa, Gista tetap menyamakan langkah sembari melingkarkan tangannya di lengan Dika. Wajah tampan Dika yang semula tampak kesal, kali ini tampak senyum cerah mengembang sempurna saat kekasihnya itu akhirnya berjalan di sampingnya walaupun saat sudah dekat rumah sakit, Dika memilih mengalah dan membiarkan Gista untuk memasuki area rumah sakit lebih dahulu.

Terpopuler

Comments

Endrylla Yusfani Bago

Endrylla Yusfani Bago

penasaran sma konfliknya nnti, smga gag berat berat amat ya thor😭😭😭😭😭😭😭😭

2024-01-10

1

Vhika Pendong Limbat

Vhika Pendong Limbat

pasti ada badai nih kalo udah manis manis gini 😭

2024-01-10

1

Agus Suryono

Agus Suryono

Akhirnya jadian, semoga Dika bisa menyembuhkan semua luka dan trauma Gista.

2024-01-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!