Bab 8

"Kenapa gak duduk?" tanya Gista begitu dia kembali dari arah dapur.

"Ya gak di persilahkan kok"

"Manja banget pakai minta dipersilahkan" ucap Gista sembari memberikan sendok untuk Dika.

"Duduk mas..." ucapnya mempersilahkan walaupun dengan nada dan ekspresi kesal saat Dika tetap saja berdiri sembari membawa bungkusan bubur ayam di tangannya.

"Aku bisa buka sendiri mas..." Gista coba meraih bungkusan bubur ayam itu tetapi tangannya segera ditampik dengan lembut oleh Dika.

"Tapi aku juga bisa kok bukain bubur ayam buat kamu Gis, biar tangan kamu gak kotor" ucapnya sambil memberikan bubur ayam yang sudah dia tuangkan di mangkuk yang dibawa Gista.

"Piring dimana?"

Gista hanya menatap bingung ke arah Dika sebelum akhirnya menunjuk ke area dapur.

"Di rak piring atas wastafel" jelasnya kemudian. Seperti mendapat sebuah petunjuk, Dika bergegas berdiri menuju ke arah yang dimaksud Gista.

"Buat apa sih mas?" tanyanya begitu Dika kembali duduk di sisi kanannya.

"Tempat kerupuk."

Gista hanya terdiam saat Dika dengan telaten menyiapkan semua yang akan dia makan, termasuk urusan kerupuk.

"Nih.." Dika menyodorkan piring yang berisi kerupuk ke depan Gista.

Dika menatap bingung ke arah Gista yang masih terdiam melihat bubur dan juga kerupuk di hadapannya.

"Kok diem? Kenapa? Gak enak buburnya?" tanyanya panik sambil mencicipi bubur di mangkok Gista.

"Enak kok, gak ada masalah sama buburnya." ujar Dika yang masih tidak mendapat respon dari Gista.

"Kamu kenapa? Kok nangis?"

Seperti tersadar dari lamunan saat Dika menyentuh lengannya, Gista segera mengusap air mata yang entah bagaimana bisa meluncur keluar dari matanya.

"Sorry mas" ucapnya singkat sebelum pergi ke arah kamar mandi meninggalkan Dika sendirian di meja makan.

Dika hanya bisa menghela nafas saat melihat Gista meninggalkannya.

"Aku salah lagi ya Gis?" tanyanya lirih dengan tatapan tidak tega.

Di kamar mandi, Gista segera mencuci mukanya. Dia meurutuki dirinya sendiri yang tanpa sadar menangis di hadapan Dika.

"Kenapa harus nangis sih Gis?" tanyanya pada diri sendiri melalui pantulan cermin di kamar mandinya.

Setelah tenang, Gista bergegas keluar dari kamar mandi. Pandangannya dia edarkan ke seluruh penjuru ruangan tetapi dia tidak menemukan lelaki yang tadi hendak menemaninya sarapan.

Matanya tertuju pada memo kecil di bawah piring yang berisi kerupuk. Kakinya mendekat, tangannya meraih memo kecil itu.

"Aku pulang ya, maaf kalau buat kamu gak nyaman"

Gista segera berlari kecil untuk keluar rumah, berharap Dika masih disana tetapi hasilnya nihil. Mobilnya saja bahkan sudah tidak ada di tempatnya.

"Mas dimana? Maaf kalau bikin gak nyaman. Tapi aku nangis bukan karena gak nyaman ada kamu. Aku gak bermaksud begitu mas, maaf ya."

Dengan sedikit ragu akhirnya Gista mengirim pesan itu kepada Dika.

Ponsel di genggamannya bergetar, tanda ada panggilan masuk. Nama Dika tertulis dengan sangat jelas di layar ponselnya tanda lelaki itu sudah membaca pesan dari Gista.

"Halo mas..." jawabnya ragu setelah ibu jarinya menggeser layar ponselnya.

[Kamu gak papa?]

"Iya. Maaf ya kalau bikin kamu gak nyaman mas. Aku cuma gak terbiasa diperlakukan sebaik itu."

Suara helaan nafas Dika terdengar jelas saat mendengar penjelasan Gista.

[Mau ke pantai? Aku libur hari ini]

Gista hanya diam, hatinya tidak tahu harus menjawab iya atau tidak. Padahal biasanya, kalau ada lelaki yang mendekatinya dia akan langsung mengatakan tidak, termasuk kepada dr.Thomas.

[Kalau gak mau gak papa kok, mungkin...]

"Aku mau" ucap Gista memotong kalimat Dika yang belum selesai di ucapkan.

[Bisa tolong ulangi Gis?]

"Kalau mas gak dengar ya sudah..."

[Aku jemput satu jam lagi. See you]

Gista menghela nafasnya saat Dika mematikan sambungan telfonnya. Dia masih bingung dengan keputusan yang dibuatnya. Logikanya menolak untuk kembali dekat dengan Dika, tapi ada sisi hatinya yang merindukan Dika.

"Anggap saja reuni" gumamnya pada diri sendiri seperti seolah-olah sedang meredam semua kecamuk di kepala dan hatinya.

"Nanti makan kepiting ya" ucap Dika begitu lelaki itu membukakan pintu mobil agar Gista bisa masuk.

"Berangkat dulu mas yang penting"

"Siap" jawabnya begiti menutup pintu mobilnya dan bergegas masuk dari pintu pengemudi.

Gista dan Dika hanya diam sepanjang perjalanan. Mereka berdua seperti tidak memiliki pembahasan, tentu ini sangat berbeda seperti saat mereka masih berteman baik dulu.

April 2016

"Selamat..." ujar Dika yang berhasil mengejutkan Gista saat gadis itu baru saja keluar dari ruang sidang.

"Kamu ngapain sih mas disini?" ucapnya kikuk sembari melihat sekeliling takut kalau ada yang mengenali Dika.

"Nungguin kamu lah" jawabnya. Dika menyerahkan bouquet berisi bunga dan coklat lengkap dengan kartu ucapan bertuliskan "selamat menjadi perawat kelincinya mas".

"Kenapa harus ada kelinci sih?" protes Giska.

"Ya gimana? Kan kamu suka sama kelinci, sama hamster" jelas Dika yang mengambil alih tas ransel berisi labtop dan juga setumpuk buku yang dibawa Gista.

"Yuk..." ucapnya saat sudah berjalan duluan meninggalkan Gista yang masih memegang bouquet pemberian Dika.

"Silahkan masuk tuan putri" goda Dika begitu dia membukakan pintu mobil untuk Giska.

"Mas, besok-besok jangan bawa mobil, gak enak dilihat orang" protesnya begitu Dika masuk ke dalam mobil.

"Emangnya kenapa? Mobil juga mobil aku sendiri, ngapain mikirin omongan orang?" elak Dika yang terkadang risih dengan pola pikir Gista yang selalu memikirkan pandangan dan penilaian orang lain tentang dirinya.

"Gis, gak semua pemikiran dan omongan orang itu harus kamu dengerin. Kalau itu gak ada dampak positifnya buat hidup kamu, ya biarin aja, gak usah dipusingin" jelasnya sambil mulai memacu mobilnya.

"Kita ke pantai ya?" tanyanya tiba-tiba saat sudah di tengah jalan.

"Ini sudah jam 12 siang mas, gak kesorean nanti pulangnya?"

"Nginep aja Gis" jawab Dika santai yang tentu saja langsung ditolak oleh Gista. Baginya, walaupun mereka berteman dekat, tetapi ketika laki-laki dan perempuan dewasa menginap di satu tempat yang sama tetaplah hal yang salah.

"Yang bilang berdua siapa? Papa, Mama sama Kalila udah di villa Gis. Mereka emang nyuruh aku buat bawa kamu kesana" jelas Dika yang tidak terima karena dicurigai oleh Gista.

"Ya mana aku tahu kalau mereka disana..." ucapnya dengan ekspresi bersalah karena menuduh Dika.

"Lagian takut banget sih nginep berdua? Gak akan aku gigit juga" ujarnya sambil tertawa yang mendapat cubitan kecil di lengannya dari Gista.

"Sakit Gis..." protesnya tidak terima.

"Salah sendiri mas rese" ucapnya tidak terima karena Dika memang sepertinya senang sekali menggodanya hingga Gista kesal.

"Besok kalau pulang dari vila, boleh anterin mampir ke makam nenek gak mas?" tanya Gista ragu karena dia takut merepotkan Dika.

"Ya bolehlah Gis. Besok kita mampir sana" jawabnya sambil mengacak-acak rambut Gista dengan lembut.

Terpopuler

Comments

Nathaaaa

Nathaaaa

alumi hati ya gis..sampe reuni 🤭

2024-01-06

1

Nurul Mufliha Pispirman

Nurul Mufliha Pispirman

lucuuu 🤣🤭

2024-01-05

1

Mita Sari

Mita Sari

cie cie "kelincinya mas"🤣

2024-01-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!