Bab 20

Dika menghentikan laju motornya tepat di depan rumah Gista.

"Yang, gak mau turun?" ujarnya saat tidak ada pergerakan dari kekasihnya.

"maaf mas.." ucapnya sambil bergegas turun. Gista segera membuka pagar rumahnya, dibelakangnya disusul Dika yang langsung memasukkan motor miliknya ke halaman rumah.

"Mau makan di luar apa di dalam mas?"

Dika yang sedang menurunkan standar motor langsung melihat ke area jalan perumahan yang ada di depan rumah Gista.

"Di jalan maksudnya?" tanyanya sambil menunjuk jalanan yang ada di belakangnya dengan ekspresi polos.

"Ya nggaklah mas. Maksudnya mau makan di dalam rumah atau di teras rumah?"

"Di teras aja deh. Takut kalau di dalam" jawabnya.

Gista mengernyitkan dahi, "takut kenapa?" tanyanya.

"Takut kalau ada setan. Kan gak boleh cuma berduaan?" ujarnya dengan ekspresi tengil sembari melepas jaket kulitnya.

Gista hanya tersenyum lembut lalu segera membuka pintu rumahnya. Wanita itu membiarkan pintu rumahnya terbuka lebar saat dia meninggalkan Dika menuju ke lantai dua untuk berganti pakaian.

Tidak berselang lama, wanita cantik itu kembali dengan membawa nampan yang berisi dua piring nasi putih dan dua gelas air putih.

"Yang hangat buat mas" ujarnya meletakkan segelas air putih hangat di hadapan Dika.

"Terimakasih ya"

Sore itu, ditemani langit gelap kota Malang dan udara yang mulai lebih dingin dari sebelumnya, dua anak manusia itu terlihat cukup menikmati nasi putih hangat yang dipadukan dengan sambal dan juga bebek bumbu hitam andalan mereka berdua.

"Tadi Anya bilang apa ke kamu?"

Gista yang sedang menikmati makanannya seketika terhenyak, dia tidak menduga kalau kekasihnya akan bertanya dengan sangat gamblang.

"Nggak ada mas. Cuma ngobrol biasa" jawabnya coba berkelit.

Dika menghela nafas, matanya menatap serius ke arah Gista yang coba menghindari tatapannya.

"Bahas tentang Wira?" lagi Dika coba menelisik, anehnya kali ini nada bicaranya benar-benar terdengar serius.

Dengan ragu akhirnya Gista mengangguk. Wanita itu masih tidak berani menatap ke arah Dika dan hanya berfokus ke arah piringnya.

"Dia bilang apa?"

Gista akhirnya memberanikan diri menatap Dika, lelaki yang ada di sisi kirinya itu walaupun ada meja kecil yang menjadi penghalang mereka berdua.

Gista menatap Dika sesaat dengan tatapan ragu,

"Dia bilang dia bukan selingkuhan mas Wira. Mas Wira dulu cuma pura-pura selingkuh biar aku menceraikan dia karena dia gak tega sama kondisiku"

Dika menghela nafasnya. Di letakkan sendok yang sedari tadi dipegangnya di atas piring.

"Terus? Kamu kepikiran mau balik ke Wira?" tanyanya dengan ekspresi yang terlihat tidak suka.

Ya, sejak dulu Dika memang sangat tidak menyukai Wira, kebenciannya memuncak setelah mendengar kabar kalau lelaki itu menduakan Gista, wanita yang dia cintai.

Mendengar nada bicara Dika yang berubah menjadi serius dan terdengar kesal, Gista segera meraih tangan Dika,

"Nggak gitu mas. Aku cuma kaget aja tadi" jelasnya coba menenangkan kekasihnya itu.

"Aku mau lamar kamu secara resmi minggu depan"

Gista terhenyak untuk sepersekian mikrodetik saat mendengar kalimat Dika.

"Nggak bisa dadakan gitu dong mas" elak Gista. Dia tahu kalau Dika sedang marah sekarang, tetapi meminta lamaran dalam waktu satu minggu juga bukan hal yang benar.

"Aku ngelamar kamu sudah hampir 7 bulan yang lalu, ada aku maksa kamu? Nggak kan? Tapi sekalinya kamu dengar kalau Wira ternyata cuma pura-pura selingkuh dengan alasan biar kamu bisa bahagia, kamu langsung goyah?"

"Mas..."

"Gis! Dia lepasin kamu itu bukan biar kamu bahagia, tapi karena dia gak mau nemeni kamu buat proses menuju sembuh. Membiarkan kamu berjuang sendirian itu namanya bukan bikin kamu bahagia, itu namanya gak bertanggung jawab." ucapnya dengan nada dan sorot mata tegas.

Ya, hanya tegas, bukan membentak. Dika hampir tidak pernah membentak Gista, untuk alasan apapun, tetapi dia juga bukan orang yang akan menuruti semua kemauan Gista, terutama kalau kemauan itu bukan hal yang seharusnya.

"Mas, mas Wira gak sejahat itu" elaknya dengan nada selembut mungkin.

"Belain aja terus. Kenapa kamu gak sekalian balikan aja? Kayanya masih cinta tuh kamu" ucapnya dengan nada dan ekspresi sarkas.

Gista menghela nafas beberapa kali, wanita itu coba mengendalikan emosinya sendiri agar bisa meredam kemarahan Dika.

"Mas..." panggilnya dengan suara lembut.

"Aku sudah benar-benar tidak ada rasa ke mas Wira, aku..."

"Ya sudah kalau begitu kita lamaran minggu depan" ucap Dika memotong kalimat yang bahkan belum selesai dijelaskan oleh Gista.

Gista diam sejenak, kepalanya benar-benar sedang berfikir bagaimana caranya agar dia bisa meredam emosi lelaki yang sekarang berdiri memunggunginya tersebut.

"Ya nggak bisa minggu depan juga dong mas. Ini terlalu cepat, lagian kamu sekarang lagi emosi"

"Ya udah. Gak usah nikah aja sekalian kalau gitu" ucapnya tegas. Dengan cepat tangannya meraih kunci motor yang ada di meja. Tanpa memperdulikan Gista, lelaki itu memacu motornya keluar dari halaman rumah kekasihnya, tentu saja dengan suasana hati yang kesal.

Setelah hari itu, hubungan mereka berubah menjadi dingin. Beberapa kali Gista mencoba menemui Dika, tetapi lelaki itu selalu menghindar.

Hari ini 3 hari sudah Dika benar-benar mendiamkan Gista. Telfon hingga pesan dari Gista tidak ada satupun yang dia balas.

Gista menatap ragu ke arah Dika yang sedang berkutat dengan komputer setelah menyelesaikan visitnya hari itu.

"Mba Gista, kamar 8 bed 2, 7 bed 1 dan kamar 3 sudah saya selesaikan ya untuk resume pulangnya" ucapnya memberi tahu Gista dengan ekspresi dingin.

"Iya dokter" jawabnya singkat. Gista bergegas menghubungi bagian farmasi dan loket pembayaran guna mengurus administrasi dan pengambilan obat yang dibawa pulang ke pasien.

"Gista? Kok gak pernah kelihatan?"

Gista mengalihkan pandangan ke arah suara. Dika memperhatikan sekilas ekspresi Gista, tidak ada senyum sama sekali di wajahnya.

"Saya ada kok Tante, tapi kamar 7 memang bukan tanggung jawab saya"

Dika segera paham kalau wanita yang disapa Tante oleh kekasihnya itu adalah ibu tirinya. Ibu dari laki-laki bajingan yang menciptakan trauma mendalam kepada Gista.

"Iya mending gak usah. Lagipula Tristan juga udah nikah, nanti takutnya kamu godain dia lagi kaya dulu"

Dika yang sudah bersiap berdiri dari kursinya segera ditahan oleh Gista. Wanita itu menggenggam erat tangan Dika yang sudah mengepal sempurna di atas meja,

"Lebih baik kita pura-pura tidak usah kenal saja tante. Lagipula kamar 7 juga bukan tanggung jawab saya, jadi kalau ada yang ingin ditanyakan silahkan tanyakan kepada perawat penanggung jawab"

"Jangan serius-serius banget, Tante cuma bercanda Gis"

"Masalahnya saya tidak pernah bercanda dengan semua yang saya ucapkan Tante. Entah itu 12 tahun yang lalu ataupun sekarang" ucapnya dengan nada dan sorot mata dingin.

"Maaf, kalau tidak ada yang ingin ditanyakan bisa anda permisi? kamu harus bekerja" ucap Dika yang dengan mati-matian coba menahan emosinya.

Wanita itu akhirnya memilih meninggalkan ruangan perawat. Seperginya wanita tersebut, Gista langsung menghela nafasnya. Kedua kakinya terasa sangat lemas hingga dia harus menarik satu kursi yang tidak jauh darinya.

Melihat kekasihnya yang kesulitan bernafas, Dika segera berdiri dari kursinya. Lelaki itu masuk ke ruangan kecil yang biasa digunakan dokter untuk konsultasi dengan keluarga pasien sekaligus menjadi ruang istirahat dokter yang masih satu area dengan ruang perawat.

Dika menyerahkan sebotol air dingin yang sudah dia buka, "minum dulu" ucapnya dingin.

Tanpa memperdulikan Dika, Gista segera mengambil botol kecil yang ada di hadapannya tersebut.

Gista mengambil sebuah memo kecil di hadapannya, tangannya membuat coretan-coretan kecil di atas kertas itu sebelum memberikan kertas itu kepada Dika.

"Aku mau cari udara sebentar" pamitnya. Gista sepertinya benar-benar lupa kalau mereka sedang di rumah sakit hingga dia berbicara non formal kepada Dika.

"Mari bertemu nanti malam"

Dika hanya menatap kertas kecil itu lalu segera membuangnya ke tempat sampah yang tidak jauh dari tempatnya duduk.

Terpopuler

Comments

Queen Sha

Queen Sha

👍setuju buat dokter Dika

2024-03-07

0

Sugiyati Apprilia

Sugiyati Apprilia

udah gas ken wae gis nikah sma mas dika

2024-01-21

0

Therlina Pianti

Therlina Pianti

lanjut

2024-01-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!