Bab 6

"Morning..."

Gista hanya menghela nafas saat melihat sosok yang menyapanya di taman pagi itu. Tanpa menjawab ucapan Dika, Gista segera bergegas untuk kembali berolahraga, meninggalkan Dika beberapa langkah di belakangnya.

"Kenapa jadi asing banget sih Gis?" tanya Dika begitu dia berhasil menyamakan langkahnya dengan Gista yang sedang berlari kecil.

"Lagipula kita gak punya alasan untuk gak asing kan?" ujarnya sebelum kembali berlari meninggalkan Dika.

"Apa karena pengakuanku 8 tahun yang lalu?"

Pertanyaan Dika berhasil menghentikan langkah kaki Gista yang sudah beberapa langkah di depan Dika.

Gista terdiam sesaat sebelum akhirnya berbalik ke arah Dika,

"Iya" jawabnya singkat dengan ekspresi datar.

"Ya tapi kita bisa balik jadi teman kan Gis?"

"Nggak bisa mas. Pertemanan kita sudah gak akan sama lagi." Ujar Gista yang kali ini berhasil membuat Dika terdiam.

"Aku harap kamu ngerti mas" lanjut Gista mengakhiri pembicaraan mereka pagi itu.

Dika hanya bisa menatap Gista yang semakin menjauh dari jarak pandangnya.

"Tau begini aku tidak usah menyatakan perasaanku waktu itu Gis" gumamnya pada diri sendiri.

Flashback

Maret, 2016

"Kelinci..." panggil Dika yang tiba-tiba sudah ada di area gedung kampus keperawatan.

"Heh, ngapain anak kedokteran kesini?" ujarnya bingung saat melihat sahabatnya itu sudah duduk santai di sampingnya.

"Mau es krim gak? Kalau gak mau aku makan sendiri" godanya dengan posisi dia sudah mengulurkan es krim ke hadapan Gista yang masih berkutat dengan labtopnya.

"Gratis kan?"

"Iyalah. Emang sejak kapan kamu aku suruh bayar?" ucapnya sambil membukakan bungkusan es krim milik Gista.

"Ngerjain apa sih?"

"Revisian sidang kemarin" jawab Gista santai sambil menerima es krim pemberian Dika.

"Wisuda tahun depan jadinya?"

"Iyalah. Biar bisa langsung lanjut profesi" jelas Gista sambil tetap mengotak atik labtopnya.

"Skripsinya mas Dika gimana?"

"Minggu depan aku ujian akhir" ucapnya dengan nada jumawa yang justru mendapat respon pukulan di lengannya dari Gista.

"Kenapa sih? Sirik banget?" ujar Dika sambil tertawa saat melihat ekspresi kesal dari Gista setiap kali dia membanggakan pencapaiannya.

"Sena, lagi sibuk gak?" sapa seorang gadis yang Gista tahu benar kalau dia menyukai Dika.

"Iya nih, lagi bantuin Gista ngerjain revisian. Kenapa?"

Gista menatap Dika dengan tatapan tajam karena menggunakannya sebagai tameng.

"Mau minta di ajarin sih sebenarnya" ujar Windy, teman seangkatan Dika yang menurut kabar sudah menyukai Dika sejak masa pengenalan kehidupan kampus.

"Duh sorry banget, aku masih ngajarin anak satu nih gak beres-beres revisiannya"

Lagi Gista menatap Dika dengan tatapan tajam saat sahabatnya itu menggunakannya sebagai alasan untuk menolak Windy.

"Ya udah deh, aku duluan kalau gitu"

Setelah Windy pergi, Gista langsung memukul lengan Dika beberapa kali sampai lelaki itu meminta ampun.

"Kamu gila ya mas jadiin aku alasan terus?" omel Gista yang justru mendapat respon tawa lepas dari Dika.

"Ya terus aku harus alasan apa?"

"Ya sekali-kali bantuin kenapa sih? Dia butuh lho itu" protes Gista yang sama sekali tidak diindahkan oleh Dika.

"Gak mau, nanti kamu cemburu kalau aku bantuin cewek lain"

"Idih, sok iya banget anda" ucap Gista sambil bergegas meninggalkan Dika.

"Lhah Gis, kok pergi? Gista?" teriak Dika yang tidak dihiraukan oleh Gista.

Flashback End

Lamunan Dika buyar saat ponselnya berdering. Panggilan dari IGD membuatnya harus bergegas berbalik arah dan meninggalkan Gista.

Gista yang masih terengah-terengah setelah berlari, tanpa sengaja melihat mobil Dika melaju cukup kencang meninggalkan area taman.

Dengan cepat dia membuka ponselnya di group chat ruang anak, ternyata ada pasien yang di daftarkan dari IGD dengan penurunan kesadaran.

"Bukankah seharusnya di PICU?" gumamnya saat membaca pemberitahuan di group chat ruangannya.

-------------------------------------&&----------------------------------------

"Mba Gista?" sapa lelaki yang tiba-tiba datang menghampirinya saat Gista sedang menunggu Alana membeli tiket film.

"dr.Thomas mau nonton juga?"

Lelaki dengan tinggi sekitar 175cm itu tersenyum sambil menggeleng.

"Saya barusan selesai nonton mba" jelasnya ramah.

"dokter bersama siapa?"

"Teman." ucapnya singkat sebelum seorang wanita datang menghampiri mereka berdua.

"Siapa Thom?" tanyanya yang terlihat cukup akrab dengan dr.Thomas.

"Kenalkan, dia Gista, salah satu perawat yang bekerja di bangsal rawat inap anak."

Wanita itu mengulurkan tangannya dan dijabat dengan ramah oleh Gista.

"Ini Kaluna, dia sahabat saya" jelas dr.Thomas kepada Gista yang mendapat respon senyuman dari Gista.

"Kalau begitu saya duluan dokter. Permisi" pamitnya kepada Kaluna dan dr.Thomas yang hanya dijawab dengan senyuman.

"Itu yang kamu kejar Thom?" bisik Kaluna begitu Gista menjauh dari mereka berdua.

"Iya. Tapi kayanya emang gak bisa aku dapatin Lun"

Mendengar ratapan sahabatnya, wanita itu hanya terkekeh pelan.

"Tenang, aku juga gak bisa kok bikin orang yang aku sukai buat suka balik ke aku. Kamu gak sendirian" ujarnya sambil berjalan meninggalkan dr.Thomas.

"Emang kamu suka sama siapa?" tanya dr.Thomas sambil berlari kecil mengikuti Kaluna walaupun akhirnya dia tidak mendapat jawaban apapun dari sahabatnya itu.

Gista yang baru saja sampai rumah setelah menonton film bersama Aluna sedikit terkejut di depan rumahnya ada bungkusan nasi bebek pak Adi lengkap dengan sebuah memo kecil di dalamnya.

Kepalanya menengok ke kanan dan ke kiri, menccoba mencari pengirimnya tetapi nihil, dia tidak mendapati siapapun disana sampai akhirnya dia memutuskan membuka memo di dalamnya.

"Tenang aja, ini bukan nota pembayaran. Ini cuma memo buat ngasih tau kalau makanan ini bukan datang dari pangeran berkuda, tapi dari aku yang dari pertama kali ketemu kamu pas SMA udah kamu ajak nimbun lemak di nasi bebek bumbu hitam pak Adi. Dimakan ya Gis, jangan dibuang soalnya harganya udah naik 5000 sekarang :D. Selamat makan kelincinya mas"

Tanpa sadar Gista tertawa kecil setelah membaca nota yang ada di dalam bungkusan nasi bebek bumbu hitam tersebut.

"Terimakasih ya mas" gumamnya sambil membawa masuk makanannya ke dalam rumah.

Tidak jauh dari rumahnya, dengan senyum mengembang sempurna seorang lelaki yang duduk manis di dalam mobil terlihat sedang memantau pujaan hatinya yang baru saja menerima kiriman makanan darinya.

Dika yang bersiap memacu mobilnya segera mengurungkan niatnya saat ponselnya menerima sebuah pesan dari Gista.

"Terimakasih ya mas"

Sebuah pesan singkat dari Gista benar-benar berhasil membuat Dika salah tingkah sendiri di dalam mobilnya.

[Halo...]

"Halo Gis. Udah diterima makanannya?" tanyanya basa basi saat Gista mengangkat panggilan telefonnya.

[Sudah. Makasih ya mas]

"Kamu lagi ngapain?"

Dika seketika merutuki dirinya sendiri saat menanyakan pertanyaan klasik yang terdengar cukup memuakkan.

[Mas Dika mending buruan pulang deh, jangan habis-habisin bensin telfon di dalam mobil]

"Kok tau aku di mobil?"

[Kelihatan dari kamarku. Buruan pulang. Hati-hati dan terimakasih]

"Sama-sama" jawab Dika dengan senyum yang mengembang sempurna di wajahnya setelah Gista mematikan sambungan telefonnya.

Terpopuler

Comments

"ariani's eomoni"

"ariani's eomoni"

jadi ikut²an senyum nih

2024-03-07

0

Queen Sha

Queen Sha

jadi keinget wktu pacaran sama mantan pacar thor hahahahhaha

2024-03-07

0

Lia

Lia

cieh2.... bikin yang baca Ikutan Senyum senyum Thor🤣🤣🤣😄

2024-02-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!