Mamaku Single Mom Muda

Mamaku Single Mom Muda

Perbuatan dan Konsekuensinya

“Selma, mau ikut pulang?” tawar salah seorang teman Selma yang sering pulang bersamanya ketika pulang sekolah.

Selma menggeleng. “Tidak, hari ini aku pulang dengan Radit. Kamu duluan saja, hati-hati ya.”

Teman Selma itu pun pamit pulang lebih dahulu, sementara Selma masih menunggu Radit yang sedang mengambil motor gedenya di parkiran sekolah.

Minggu ini adalah minggu terakhir Selma dan teman seangkatannya menunggu pengumuman kelulusan. Sehingga banyak dari mereka yang masuk sekolah hanya untuk keperluan tertentu saja, ada juga yang  memang hanya ingin bertemu teman-teman sebelum mereka berpencar melanjutkan kuliah masing-masing. Sedangkan beberapa lainnya, ada yang memilih tak masuk sekolah.

Tak berbeda halnya dengan Selma dan Radit yang tetap ingin masuk sekolah agar masih bisa sering menghabiskan waktu bersama. Tidak ada tempat bagi anak sekolah seperti mereka untuk berkencan, mengingat orang tua mereka saling melarang anaknya berpacaran. Hanya sekolah lah tempat mereka bisa bertukar pandang. Apalagi, setelah lulus nanti mereka akan melanjutkan kuliah di tempat yang berjarak begitu jauh, hingga mungkin akan lama berjumpa kembali.

Saat di jalan pulang, Radit mampir ke pom bensin dan meminta Selma berganti baju sesuai dengan yang ia katakan semalam karena mereka akan merayakan anniversary 1 tahun hubungan mereka.

“Sebenarnya kita mau ke mana, Dit? Mau ke mall ya?’Kan tidak apa-apa tinggal pakai jaket saja.” Selma penasaran karena Radit hanya memintanya untuk membawa baju pergi.

“Sudah, ganti saja, aku juga akan ganti baju,” jawab Radit seakan terburu-buru.

10 menit kemudian, mereka kembali melanjutkan perjalanan dengan pakaian yang berbeda.

Hingga mereka sampai di sebuah kos. Radit segera mengajak Selma masuk ke dalam dan menuju ke salah satu kamar. Meski merasa aneh, Selma hanya mengikuti sang pacar.

“Dit, kita mau ngapain di sini?” Selma mulai tak tenang.

“Di sini kita bisa menghabiskan waktu bersama. Aku akan rindu karena tak akan lagi bertemu kamu setiap hari. Jangan takut, kita hanya istirahat kok,” ucap Radit menenangkan Selma.

Radit mulai menyalakan televisi dan melepas semua pakaiannya, kecuali boxernya.

Selma mulai merasa takut karena tak pernah ia berada dalam situasi seperti ini selama 1 tahun berpacaran dengannya, namun rasa sayangnya pada sang pacar seakan mengalahkan rasa takutnya. Apalagi, Radit memperlakukan Selma dengan lembut. Menciumnya, memeluknya, membelainya, dan mengucapkan kata-kata manisnya. Hingga Selma pun terbuai dengan lelaki tampan yang dicintanya itu.

Perlahan, Radit membuka baju Selma dan terus mencium dan memeluknya. Selma yang mulai melawan, tak bisa mempertahankan perlawanannya karena tak kuasa menahan hasrat yang Radit salurkan. Entah apa yang ada di pikirannya mereka saat itu. Rasa cinta dan nafsu seakan mampu menghadang logika dan akal.

Mereka pun melakukan hubungan yang tak seharusnya mereka lakukan saat ini.

###

1 minggu kemudian, tepat di mana tanggal pengumuman kelulusan, Selma yang akan berangkat sekolah tiba-tiba merasa mual dan tak enak badan seperti masuk angin. Ia termasuk anak yang jarang sakit. Tetapi kali ini ia begitu lemas dan ingin muntah.

Tiba-tiba, hatinya berkecamuk. Pikirannya kacau. Ia terbayang-bayang saat di kos kala itu. Semenjak melakukan hubungan terlarang saat itu, ia selalu sibuk mencari informasi tentang pencegahan kehamilan dan tentang kehamilan itu sendiri. Kekhawatirannya semakin menjadi ketika ia mengingat kejadian itu berlangsung saat dalam masa suburnya.

Tubuhnya mendingin kala ia mengingat ciri-ciri wanita hamil yang pernah ia baca dari internet. Entah karena ketakutan dari awal atau hanya sugesti, ia memutuskan pergi ke apotek dan berganti seragam menjadi baju rapi seakan mau berangkat kerja. Ia tak ingin disangka gadis nakal apabila membeli testpack dengan memakai seragam sekolah.

Jarak rumahnya dengan apotek yang tak jauh, membuat ia bisa segera sampai ke rumah kembali. Ia tampak leluasa karena ibunya sudah berangkat kerja sedari tadi. Setelah mencari tahu cara menggunakan testpack, tak pikir panjang ia segera mencobanya.

Saat menunggu hasil yang akan muncul, ia begitu panik. Bahkan lebih panik saat menunggu hasil kelulusannya sendiri yang seakan sudah pasti lulus. Dan tubuhnya kembali mendingin saat itu juga.

Dua garis merah.

Perasaannya takut. Segera ia berganti seragam dan berangkat sekolah. Selama di perjalanan, ia menangis. Hidupnya seakan runtuh, penyesalan pun mulai menyelimuti. Entah bagaimana dengan masa depannya nanti.

Saat tiba di sekolah, bukannya melihat papan pengumuman, ia justru mencari Radit.

“Selma, kamu dari mana saja, aku hubungi kamu tidak ada jawaban.” Radit tiba-tiba memanggil dan menghampiri Selma dari kejauhan.

Selma segera menggandeng tangan Radit dan membawanya ke parkiran yang sepi.

Dengan menahan tangisnya, ia memberitahu Radit soal kehamilannya. Radit menenangkannya dengan membelai kepala Selma dan mengusap air matanya. Ia tak mau jika ada teman bahkan guru yang melihat.

Radit berusaha menghibur Selma, siapa tahu dirinya salah membaca hasil dari testpack, namun Selma begitu yakin karena ia merasakan mual dan muntah.

“Kamu tenang ya. Jangan menangis, Sayang. Bisa jadi kamu cuma masuk angin. Kita tunggu saja beberapa hari ini apa kamu masih mual setelah minum obat masuk angin. Sekarang kamu urus dulu berkas di ruang TU dan absen,” pinta Radit begitu lembut yang membuat Selma sedikit merasa tenang dan berhenti menangis.

Radit memang begitu menyayangi Selma, tak pernah sekalipun ia menyakitinya, namun kesalahan itu justru terjadi begitu saja.

###

2 hari ini, kondisi Selma tak kunjung membaik. Ia masih merasa mual ketika pagi hari. Ia juga sudah meminum obat untuk masuk angin dari Radit. Semakin putus asa, Selma memutuskan untuk menelepon Radit.

“Halo, Sayang. Bagaimana kesehatanmu?” jawab Radit dalam panggilan telepon.

Dengan sesenggukan Selma mengutarakan semuanya. “Dit, aku tetap mual. Aku tidak masuk angin. Aku benar-benar hamil. Aku takut, Dit. Aku tidak mungkin bisa kuliah kalau begini, aku malu. Beasiswaku tidak membolehkan calon mahasiswanya menikah, apalagi hamil. Radit...”

Radit terdiam. “Sel, kalau kita menikah, orang tuaku pasti tidak mengizinkannya. Minggu depan aku juga sudah harus berangkat ke Sydney. Tapi kamu tenang ya, kita cari solusinya sama-sama.”

Tut..tut..telepon terputus.

“Jawab Ibu! Kamu hamil? Sama siapa? Radit pacar kamu itu? Sudah berapa kali Ibu bilang jangan dulu pacaran, ini akibatnya! Selma, jawab Ibu!” teriak ibu Selma histeris saat mendengar percakapan anaknya.

Dengan takut Selma mengangguk dan meminta maaf pada ibunya.

“Selma, kamu harapan Ibu satu-satunya. Ibu ingin kamu bisa kuliah biar hidupmu bisa lebih baik dari Ibu. Dari pagi sampai petang Ibu cari uang untuk kamu, untuk uang jajan kamu nanti dan kebutuhan lainnya. Sekarang, kamu sia-siakan beasiswa itu, sedangkan Ibu tidak mampu jika harus membiayai kuliah kamu tanpa beasiswa! Ibu benar-benar kecewa! Kenapa tidak kamu pikirkan sebelum berbuat. Lihat, bagaimana masa depanmu sekarang. Kamu cantik dan pintar, tapi kamu menyia-nyiakan itu semua!" Tubuh ibunya pun bergetar bak tersambar petir di siang bolong, tangisnya semakin pecah.

Sementara Selma juga terus menangis dan tak henti bersujud di kaki ibunya untuk memohon maaf. “Selma menyesal, Bu, maafkan Selma.”

Ibu Selma mengangkat tubuh anaknya agar ia kembali berdiri. “Minta dia ke rumah bersama orang tuanya hari ini juga!”

...****************...

Terpopuler

Comments

Leng Loy

Leng Loy

Sepertinya Radit ga mau bertanggung jawab

2024-02-18

1

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

moga saja Radit mau tanggungjawab

2024-01-28

1

Wo Lee Meyce

Wo Lee Meyce

pantau dulu thor😊🙏

2024-01-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!