“Kenapa kamu baru ngomong sekarang, Lia? Acaranya berapa jam? Apa kamu bisa jamin akan menjaga kembar? Pasti di sana ramai orang, aku takut kembar akan lari-lari dan menjauh dari kamu,” ucap Selma saat Lia meminta izin membawa kembar esok hari dalam acara family gathering.
Lia mencoba menjelaskan kembali bahwa ia berjanji akan menjaga kembar dan tak akan luput dari pengawasannya. Lia bahkan bisa menjamin bahwa pimpinan kantor tersebut pasti juga akan bertanggung jawab pada kembar, karena usianya yang sepertinya masih muda, sama seperti Selma. Lia juga hanya mengajak kembar bermain selama 2 jam, tak sampai acara selesai.
“Taman itu loh, Bu Tia, dekat sini kok. Lagi pula saya ‘kan sedang dapat jatah libur besok Sabtu,” ujar Lia membujuk Selma.
“Kami akan baik-baik saja kok, Ma. Mama jangan khawatir ya. Raya dan aku akan bermain saja di sana bersama Om Coklat. Om Coklat juga berjanji mau kasih coklat lagi,” sahut Rayi meyakinkan mamanya.
Bagaimana bisa anak usia 8 tahun bisa meyakinkan mamanya seperti orang dewasa. Ini lah yang membuat Selma begitu bangga pada anak kembarnya. Mereka sangat pintar dan pandai menunjukkan rasa kasih sayangnya pada sang mama.
“Tapi ingat, hanya 2 jam saja ya. Dan jangan jauh-jauh dari Mbak Lia,” pesan Selma mengingatkan anak kembarnya.
Raya dan Rayi pun mengangguk dan memeluk Selma.
###
Pagi ini, kembar sudah bersiap akan bermain dalam acara kantor Radit. Mereka begitu senang sedari berangkat. Setelah semua kue masuk ke dalam bagasi mobil, Lia berpamitan pada Selma.
Selma kembali berpesan pada Lia untuk tak lengah menjaga anak-anaknya. Karena sopir toko tak mungkin ikut dengan mereka, jadi sopir hanya mengantar jemput saja. Begitu sopir kembali menjemput mereka nanti, mereka sudah harus pulang tanpa alasan. Selma juga kembali mengingatkan anak-anak kembarnya agar tak nakal dan menjaga diri mereka dengan baik.
“Iya, Ma. Aku akan jaga Raya nanti,” ucap Rayi sok dewasa.
Mobil yang membawa mereka pun berangkat.
Selma hanya menghela nafas panjang menghadapi anak kembarnya. Ini adalah pertama kalinya kembar bermain dalam waktu yang sedikit lama tanpa dirinya. Entah mengapa, hatinya tak begitu cemas, meski ia cukup sedih tak bisa menemani mereka.
Beberapa menit kemudian, mobil toko tersebut sampai di parkiran taman.
Karena pesanan cukup banyak, mereka dibantu 2 orang staf kantor untuk mengangkat kue-kue itu menuju meja yang tersedia.
Sementara Radit sudah menunggu dan menyambut kembar dengan 2 batang coklatnya. “Biar dibawa Mbak Lia ya, kita bermain dulu.”
Kembar pun mengangguk dan ikut bersama Radit bermain di area permainan.
“Hmm sudah seperti ayah dan anak saja mereka,” gumam Lia yang mengikuti di belakang Radit dan kembar.
“Mau ikut lomba? Ada hadiahnya lho. Tapi Raya dan Rayi bisa pakai sepatu roda tidak? Atau mau ikut lomba yang lain?” tanya Radit menawarkan mereka bermain.
“Rayi bisa, Om! Mama pernah belikan kita sepatu roda. Rayi mau ikut itu saja,” sahut Rayi bersemangat ingin mengikuti lomba berjalan dengan sepatu roda, bersama anak-anak dari para karyawan kantor.
Raya pun juga ikut menyahut Rayi, bahwa dia juga mau mengikuti lomba yang sama.
Kemudian Radit memakaikan sepatu roda untuk Raya dan Rayi. Setelah memastikan mereka bisa berjalan dan tak jatuh, Radit mengantar mereka menuju garis start. Meski Radit sedikit khawatir jika mereka terjatuh nantinya, namun ia cukup takjub dengan keberanian dan kemampuan mereka dalam bersepatu roda.
“Hati-hati ya, semangat!” ujar Radit sembari menepukkan tangan kirinya dengan tangan kanan Rayi, dan tangan kanannya dengan tangan kanan Raya.
“Sudah siap anak-anak? Nanti kalian harus berjalan sampai garis finish, lalu kembali ke sini lagi ya. Oke, mari kita mulai. 1...2...3...,” ujar sang pembawa acara.
Seketika suasana riuh menyemangati para anak-anak yang sedang berlomba. Tak hanya para orang tua mereka, tetapi juga Radit yang menyemangati kembar. Bahkan, para karyawan yang belum berkeluarga pun ikut bersorak ria menyemangati si kembar.
Rayi dengan cepatnya menuju garis finish dan kembali lagi ke garis start. Namun berbeda dengan Rayi yang berjalan begitu santainya bak tak sedang berkompetisi. Sontak semua orang yang menyaksikan hal ini ikut tertawa melihat kelucuan tingkah Raya yang santai. Radit seakan tak henti tersenyum gemas melihatnya, hingga Raya kembali ke garis start.
“Hebat! Yeeeeyyyy!” seru Radit mengacungkan dua jempol tangannya.
Karena Rayi juara 1, ia bebas mengambil 1 hadiah di etalase. Rayi tampak sibuk memilih ingin mengambil mobil-mobilan, atau yang lainnya. Namun, ia justru mengambil 1 bolpoin yang terlihat cantik.
“Untuk Mama!” seru Rayi.
Setelah itu, mereka akan bermain voli yang harus didampingi oleh orang tua mereka.
“Bolanya tidak boleh jatuh ya, Raya Rayi bisa?” tanya Radit memastikan mereka mau mengikuti permainan ini.
Kembar mengangguk dan sangat antusias, mereka seolah tak ada takut-takutnya.
Saat sedang bersiap-siap, mama Radit dan istri Radit yang juga ikut dalam acara, menghampiri mereka. “Siapa, Dit?”
“Anak manajer toko kue langganan kantor yang baru, Ma. Saat mengantarkan kue waktu itu, Radit ajak sekalian saja, biar mereka bisa bermain dengan anak-anak yang lain,” jawab Radit dengan bangga memperkenalkan mereka.
Mama Radit pun ikut tersenyum dan mencubit pipi mereka yang tembem. Hatinya juga seakan bahagia melihat mereka. Ia begitu merindukan kehadiran cucu. Bagaimana tidak, penantian setelah 2 tahun menikah, Radit dan istrinya tak kunjung dikarunia seorang anak.
Tak berbeda dengan Gita, istri Radit yang seakan juga gemas pada kembar. Ia lalu sedikit mengajak mereka ngobrol. Kembar seperti tak malu pada siapapun, mereka selalu bisa berinteraksi dengan orang asing.
“Tante Gita istrinya Om Coklat ya?” tanya Raya dengan polos.
Gita menangguk dan mengusap kepala Raya. “Iya, Sayang.”
“Kuenya enak, tadi Mama sudah coba. Minggu depan waktu ada arisan di rumah, kamu beli di sana ya. Tidak usah pesan, langsung beli saja, teman-teman Mama yang datang tidak banyak kok. Paling beli 2 atau 3 jenis saja, masing-masing 10,” pinta mamanya.
Radit mengangguk dan kembali bersiap bermain voli dengan kembar.
Radit dan kembar bermain begitu kompak. Setiap tak sengaja bersentuhan fisik, Radit selalu merasa tenang dan hormon-hormon kebahagiaannya pun seakan kembali aktif. Tak biasanya ia begini kepada anak-anak.
Meski mereka tak juara dalam permainan voli, tetapi mereka tetap dipersilakan mengambil masing-masing 1 hadiah di etalase. Rayi mengambil mainan pesawat terbang. Sedangkan Raya mengambil 1 set peralatan memasak.
Radit kemudian bertanya pada kembar alasan mereka mengambil hadiah tersebut. Betapa semakin bangganya Radit kala mendengar alasan mereka. Rayi mengambil pesawat terbang kareng ingin menjadi pilot, sementara Raya mengambil alat masak karena ingin pandai memasak seperti mamanya.
Hingga sudah hampir 2 jam berlalu dan sopir toko yang sudah menunggu di parkiran taman, Lia berpamitan pada Radit juga istrinya, dan mamanya. Tampak tergurat kecewa dari raut wajah masing-masing. Seakan mereka masih ingin bersama.
“Tidak apa-apa, nanti kita bermain lagi ya,” ucap Radit menghibur kembar.
Sebelum pergi, Rayi membisikkan sesuatu pada Radit. Ia baru ingat tentang apa yang pernah didengarnya saat di lift. Rayi meminta Radit segera ke kantor untuk mengetahui hal ini.
Mimik muka Radit sontak menjadi serius, ia kemudian berterima kasih pada Rayi dan bergegas menuju kantor.
###
1 minggu kemudian...
Radit memenuhi permintaan mamanya untuk membeli kue di toko kue Farah. Ia pergi bersama sang istri. Mereka sengaja datang saat toko baru buka agar persediaan kue masih lengkap.
“Sayang, kamu turun dulu ya aku di mobil dulu mau telepon teman aku yang nanti mau ke rumah,” izin Gita.
Radit mengangguk kemudian turun dari mobil dan memasuki toko kue.
“Selamat pagi, Kak. Ada yang bisa dibantu?” tanya salah seorang karyawan toko melayani Radit.
Radit tampak melihat-lihat kue seperti yang pernah dipesan Sisil, sekretarisnya saat acara gathering kala itu.
Beberapa menit kemudian, Selma keluar dari ruangannya. “Sin, Lia sudah dat...?”
Ucapannya terhenti kala melihat Radit sedang berada di tokonya. Mereka pun saling berpandangan cukup lama, tanpa berkedip sekali pun. Lalu, tiba-tiba muncul Raya menuruni anak tangga dan memanggil Radit.
“Om Coklaaattt...!”
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
pertemuan yang mengharukan namun menyedihkan
2024-01-28
1
LISA
Wah si kembar ketemu papanya nih
2023-12-17
5