Izinkan Aku

Malam ini, Selma mengajak kembar untuk makan malam di restoran. Selma memang sengaja melakukan ini setiap 2 minggu sekali. Selma ingin anak-anaknya tak merasakan susah seperti dirinya saat kecil. Ia ingin anak-anaknya hidup bak orang yang berada. Selain itu, Selma juga ingin kembar mengetahui berbagai jenis makanan, tidak hanya masakan nusantara, namun juga masakan dari negara lain.

Jika biasanya mereka diantar oleh sopir Bu Winta, namun kali ini Selma ingin naik taksi online saja. Bukan tanpa alasan, saat ini bertepatan dengan acara Bu Winta di kantor. Meski Bu Winta sudah meminta agar Selma saja yang memakai mobilnya, namun Selma enggan melakukannya karena tak enak hati.

Sudah 9 tahun Selma hidup bersama budenya, namun ia masih saja sungkan untuk merepotkannya. Padahal, budenya itu sudah menganggap Selma seperti anak sendiri. Ia akan terus mengingat ucapan ibunya ketika masih hidup, untuk tak merepotkan budenya.

Saat taksi mereka datang, Selma segera mengajak kembar untuk masuk.

Kemudian, Rayi menyeletuk. “Ma, kok kita pakai taksi, kenapa tidak pakai mobil biasanya?”

Selma menjelaskan bahwa mobil yang selama ini mereka pakai bukan lah milik sang mama. “Mobil itu ‘kan punya Oma Winta. Oma Winta ‘kan sedang ada acara di kantor, jadi mobilnya dipakai Oma.”

“Kenapa kita tidak beli mobil sendiri saja, Ma?” sahut Raya.

Selma tersenyum. Senyumnya getir. Dalam hatinya sangat ingin meminta maaf pada kembar akan kondisi mereka saat ini. Mereka seharusnya merasakan kenyamanan berada di mobil orang tuanya sendiri. “Doakan Mama punya banyak uang untuk beli mobil ya, Sayang.”

“Memang harganya berapa, Ma? Apa bisa Rayi bantu kumpulkan uangnya?”

Ucapan Rayi seketika menusuk jantungnya. Mereka terlalu cerdas dan begitu perhatian pada mamanya. Hingga urusan seperti ini pun mereka seakan ingin membantu sang mama.

“Mobil itu harganya mahal, Sayang. Rayi belajar saja yang pintar, biar kalau sudah besar nanti, Rayi juga bisa beli mobil sendiri. Kalau sekarang, biar Mama yang cari uang untuk sekolah Raya dan Rayi, juga untuk beli mobil.”

###

Saat tengah makan di restoran, seseorang yang tak ingin ditemui Selma, kini baru saja datang di tempat yang sama.

Radit datang bersama istrinya, yang juga ia temui saat di toko kue. Istri Radit menggandeng lengan Radit begitu mesra. Selma yang sebelumnya tak sengaja beradu pandang dengan Radit, kembali mengalihkan pandangannya pada kembar yang tengah makan dengan lahap.

Radit tampak salah tingkah. Meski agak jauh, posisinya berlawanan arah dengan Selma, sehingga mereka bisa dengan mudah saling bertatapan. Apalagi, Gita begitu melayani suaminya. Ada rasa tak enak hati pada Radit. Pemandangan ini pun juga tentu membuat Selma semakin hancur.

Ia kemudian meminta kembar untuk segera menghabiskan makanannya, karena ia ingin segera pergi dari restoran itu. “Sudah, Sayang makannya? Sudah malam, pulang yuk.”

“Mama, terima kasih ya, sudah ajak kita makan lagi di tempat yang bagus. Semoga rejeki Mama dilancarkan oleh Allah,” ucap Rayi membuat Selma semakin tak dapat membendung kesedihannya.

Rasanya, lelahnya berjuang untuk hidup si kembar, terbayar sudah dengan sikap mereka.

Sementara Radit sesekali melihat kembar. Kerinduannya kembali menyesakkan dada kala melihat tingkah lucu mereka. Kembar terlihat saling bertengkar lucu seperti anak kecil pada umumnya.

“Ih, Rayi! Sanaaa!” teriak Raya memekakkan telinga para pengunjung restoran.

“Sssttt.” Selma dengan segera meminta Raya untuk tak berteriak dan meminta Rayi agar tak usil pada saudara kembarnya.

Selma kemudian segera bergegas mengajak kembar pulang, tanpa melihat Radit lagi, begitu juga dengan pandangan kembar yang sengaja dijaga olehnya agar tak melihat Radit.

Radit semakin nelangsa melihat kejadian ini. Selma tampak menjauhkan kembar darinya. Perasaan menyesal pun kembali datang. Andai ia lebih cepat datang ke sini, setidaknya, ia bisa melihat kembar lebih lama.

###

Keesokan harinya, Radit sengaja menyuruh salah seorang anak buahnya untuk mengikuti Selma saat pulang dari toko kue. Ia ingin tahu di mana Selma dan anak kembarnya tinggal. Ia juga meminta anak buahnya untuk mencari tahu di mana kembar bersekolah.

“Halo, Bos.” Anak buah Radit itu seperti melaporkan sesuatu pada bosnya.

Dari penyelidikan anak buahnya, diketahui Selma tinggal di rumah seorang persit bernama Bu Winta. Seketika Radit teringat akan bude Selma itu. Saat masih berpacaran, Selma pernah bercerita tentang budenya yang selalu memberikan uang saku padanya saat masih sekolah, karena beliau tidak punya anak. Radit juga baru ingat bahwa Selma memang akan tinggal di rumah budenya di Jakarta ketika kuliah. Yang paling membuatnya bodoh adalah ketika tak menyadari bahwa bude Selma itu memang memanggil Selma dengan nama tengahnya, Tia.

Beberapa hari kemudian, Selma yang sedang bekerja, mendapat pesan elektronik dari sekolah kembar. Pesan itu berupa konfirmasi keberhasilan pembayaran SPP bulan ini. Memang, setiap kali ia telah membayar SPP kembar, notifikasi itu akan masuk melalui email.

Merasa aneh, Selma menelepon salah satu petugas sekolah kembar yang juga merupakan wali kelasnya.

“Halo, Bu Nurul. Saya mau tanya, saya ‘kan biasa melakukan pembayaran SPP setiap tanggal 5 ya, dan sekarang masih tanggal 2 kok tiba-tiba saya sudah mendapat notifikasi konfirmasi pembayaran? Apa ada yang salah?”

...****************...

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

pasti Radit yang bayar

2024-01-28

1

𝑸𝒖𝒊𝒏𝒂

𝑸𝒖𝒊𝒏𝒂

klo kmu emng lelaki yg brtanggung jwab kmu tidk akan menikah dg wanita lain dikala kmu sndiri tau mantan pacarmu hamil, hrs'y setelh sukses kmu kembali & mncari tau tentang ank & mntn pacar bukn'y nikah sma wanita lain 🙄

2023-12-16

11

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!