Jangan Bawa Mereka

Setelah di rumah, Gita ingin berbicara pada Radit. Ia meminta maaf dan merayu Radit agar mau berbicara padanya. Setelah pertengkaran malam itu, Radit memang tak ingin bicara pada istrinya. Apalagi, setelah Radit mengetahui cerita tentang istrinya dari Neira, juga ditemukannya pil KB di kamar mereka, ia semakin malas berbicara pada Gita, dan sengaja masih menyembunyikan semua ini.

Gita kemudian mengatakan bahwa ia tahu siapa kembar dan mamanya. Hal ini mencuri perhatian Radit. Gita sengaja menjadikan hal ini sebagai senjatanya agar mereka kembali berbaikan.

“Bagaimana pun, kembar adalah darah daging kamu. Kalian akan saling merindukan. Bagaimana kalau besok siang kita ajak kembar makan siang bersama?” tawar Gita yang sepertinya sudah tak peduli bila kembar akan ingat dan membahas tentang kejadian di hotel kala itu.

Meski malas menanggapi Gita, tetapi Radit setuju akan usulannya. Ia sudah lama merindukan kembar dan ingin bertemu dengannya. Tanpa pikir panjang, Radit mengiyakan penawaran Gita tak peduli apakah Selma akan mengizinkannya atau tidak.

Gita meminta mereka berbaikan dan memeluk suaminya, namun ditampik oleh Radit.

###

Esok harinya, Radit dan istrinya mendatangi toko kue tempat Selma bekerja.

Lia memanggilkan Selma di ruangannya, untuk bertemu mereka.

“Ada apa?” tanya Selma dengan ketus.

Radit meminta maaf pada Selma jika telah menganggu waktunya. Ia kemudian menjelaskan tujuannya ke toko. Dengan hati-hati, Radit meminta izin pada Selma ingin mengajak kembar makan siang bersama. Radit juga berjanji jika hanya sebentar saja.

Mendengar permintaan Radit, Selma geram, ia takut Radit dan istrinya memiliki rencana yang buruk pada kembar.

“Aku tidak mungkin melukai anak-anakku sendiri, Selma. Tolong, jangan berpikir macam-macam. Aku hanya ingin mengajak mereka makan. Aku rindu.” Radit berusaha meyakinkan Selma.

Mendengar ucapan Radit, Lia yang berdiri tak jauh dari mereka, terkejut dan mendongakkan kepalanya tak percaya dengan semua ini. "Jadi, Pak Radit itu..."

Gita juga seolah membujuk Selma agar mau mengizinkan kembar pergi bersama mereka sebentar saja.

Selma kembali menegaskan bahwa ia sudah meminta Radit agar menjauhi anak-anaknya. Dan sekarang, Radit dengan percaya dirinya malah meminta izin untuk pergi dengan mereka. Ketakutan Selma jika Radit ingin mengambil kembar darinya kian menjadi.

“Apa kamu mau mengambil kembar dariku, Dit? Itu rencanamu?” lanjut Selma mulai emosi.

Radit menggeleng. Ia kembali mengulangi ucapannya kala itu jika ia tak akan bisa mengambil kembar dari Selma. Kembar juga tak akan mau dipisahkan dari mamanya. Apa yang ia lakukan hanyalah sebatas melepas kerinduan ingin bertemu dengan kembar. Radit juga tak masalah jika kembar masih memanggilnya Om Coklat.

Saat Selma ingin terus menolak, kembar justru turun dari lantai 2 dan memanggil Radit. Terutama, Raya yang langsung memeluknya. Rayi juga dengan polosnya mengatakan bahwa beberapa hari lalu Raya sempat pingsan dan badannya demam, lalu mengigau menyebut nama Om Coklat.

Mendengar pernyataan Rayi, Radit memandang Selma begitu lama.

Radit sedikit membungkukkan badannya. “Raya sakit? Sekarang sudah sembuh?”

Raya mengangguk.

“Om Coklat mau ajak Raya dan Rayi makan siang, mau?” tanya Radit yang membuat Selma kembali jengkel.

“Mereka harus tidur siang,” sahut Selma.

“Sebentar saja, Ma, besok ‘kan tanggal merah, sekolah libur,” ucap Rayi merayu mamanya.

Raya juga ikut merengek pada Selma.

Tatapan Radit juga begitu memohon. “Selma, satu hari ini saja.”

Selma jelas tak akan percaya jika hari ini saja, karena besok-besok, kembar pasti akan mencari Radit lagi. Namun, ia tak mungkin mengatakan itu semua di depan kembar. Selma kemudian meminta tolong pada Lia untuk mengajak kembar berganti baju di atas.

“Yeeeyyy,” teriak kembar kegirangan.

“Jangan lama-lama dan hanya hari ini saja. 1 lagi, jangan pernah mengatakan apa pun tentang siapa kamu. Jangan macam-macam!” tegas Selma menunjuk Radit dan Gita.

###

Sementara itu, kembar yang sedang makan siang bersama Radit dan istrinya, berhasil membuat Radit tak henti memandang kagum pada mereka. Rayi yang tampak lahap memakan makanannya dengan sumpit, dan Rayi yang juga seakan menikmati masakan bulenya. Hingga pemandangan itu pun membuat Gita berkomentar.

“Rayi pintar sekali pakai sumpitnya, padahal ada nasinya loh,” puji Gita.

“Soalnya mama sering ajak kita ke restoran, Tante. Aku suka makan pakai sumpit jadi sampai sekarang terbiasa makan apa aja sukanya pakai sumpit,” jawab Rayi polos.

“Kalau Rayi makan apa aja yang penting ada nasi, sambal, dan sumpit. Kalau aku, yang penting ada kejunya,” sahut Raya menggemaskan.

Kembar lalu meminta izin untuk membawakan mamanya makanan seperti yang mereka makan. Tentu, Radit mengizinkannya. Radit juga menawarkan kembar untuk membawa pulang makanan untuk mereka.

Namun, kembar menolaknya karena sesuai apa yang mama mereka pernah katakan, jika ditraktir orang, makanan yang mereka pilih tidak boleh lebih mahal dari orang yang mentraktir, begitu juga dengan mereka yang tak boleh pulang dengan membawa makanan lagi setelah ditraktir.

Radit semakin mengagumi cara Selma mendidik anak-anaknya. Melihat kembar yang begitu baik dalam bersikap, juga sangat aktif dan cerdas, Radit semakin merindukan Selma yang masih memiliki ruang besar di dalam hatinya. Radit kemudian menawarkan jika tak apa kali ini mereka membungkus makanan.

Kembar menolak. “Tidak, Om. Terima kasih, bawa 1 saja untuk mama.”

Selesai makan, Radit menawarkan kembar bermain di playground. Tentu, kembar tertarik dengan ajakan Radit. Hingga mereka begitu seru bermain. Radit tak henti memandang takjub anak kembarnya itu.

###

Hingga pukul 18.30 malam, Radit tak kunjung membawa kembar pulang. Bukan karena Selma cemas akan ada apa-apa dengan mereka, karena Radit pasti bisa menjaganya. Hanya saja, ia cemas jika seandainya Radit nekat membawa kembar dan tak mengembalikannya lagi.

Penyesalan pun datang. Ia menyesal telah mengizinkan Radit membawa pergi kembar. Ia seharusnya lebih tegas untuk berkata tidak. Kini, ia benar-benar takut kehilangan kembar.

Air matanya jatuh. Perasaannya panik. “Raya Rayi, di mana kamu, Nak?”

Tiba-tiba, Lia dan 1 karyawan toko lainnya menghampiri Selma. “Mbak Tia, tokonya sudah mau tutup. Apa masih mau dibuka?”

Selma menyeka air matanya. Ia ingin menunggu kembar pulang. Selma juga mempersilakan jika mereka ingin pulang, ia sendiri yang akan menjaga toko dan menutupnya nanti.

Karena tak tega, Lia bermaksud ingin menemani Selma dan mempersilakan temannya pulang lebih dahulu.

“Lia temani ya, Mbak tutup tokonya. Rumah Lia ‘kan dekat, tinggal jalan kaki saja.”

Selma tersenyum melihat ketulusan Lia. Meski Lia tak tahu seluruh sejarah hidupnya, tetapi ia merasa Lia selalu bisa menjadi teman baiknya bahkan beberapa kali Selma bercerita dengannya. Ia kemudian tak kuasa menahan sedihnya. Selma memeluk Lia dan menangis dalam pelukannya.

Lia merasa bersalah karena kembar bertemu Radit untuk pertama kalinya karena dirinya, begitu pun saat ia menjawab semua pertanyaan Radit tentang Selma.

“Maafkan Lia ya, Mbak,” sesalnya dalam hati.

...****************...

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

Radit tak tepati masa

2024-01-28

1

Ririn Nursisminingsih

Ririn Nursisminingsih

radit ceo kok bodingg

2024-01-09

1

paty

paty

selma lo bego amat coba lo cerita sm sikembar, pasti mrk mengerti dan yg lbh bego lg si radit sdh tau istri selingkuh malah dibiarkan

2023-12-23

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!