Setelah membaca isi chat istrinya, Radit tak bisa berprasangka baik. Namun, ia tak ingin berdebat sekarang. Ia ingin mengumpulkan bukti lain, dengan mulai menyelidiki istrinya kembali.
Gita yang selesai menyiapkan makan malam, meminta Radit turun ke meja makan.
“Sayang, aku masak hari ini, makan yuk,” ucap Gita lembut.
Radit seakan malas menanggapi Gita, namun ia tak ingin Gita curiga.
Ia hanya senyum sembari menunggu istrinya mengambilkan nasi dan lauk untuknya.
“Dengar-dengar, anak kembar yang waktu itu ikut acara kantor, anaknya yang punya toko ya. Apa dia masih suka ikut antar kue ke kantor?” tanya Gita mulai mengorek soal kembar.
Radit menggeleng. “Anak managernya. Sudah lama ia tidak diizinkan ikut mengantar kue oleh mamanya.”
Ada perasaan sedikit lega karena itu artinya Radit tak akan bertemu mereka lagi.
Gita kemudian izin pada suaminya kalau esok dia akan pergi ke salon sekaligus pergi makan siang bersama temannya. Radit tentu mengizinkannya. Justru ini bisa menjadi momen yang pas untuk menyelidiki istrinya.
Gita memang mengelola suatu kafe dan restoran cepat saji milik ayahnya. Sehingga, ia tak harus selalu berada di sana. Bahkan, Gita lebih banyak waktu untuk jalan-jalan. Ia mengunjungi kafe maupun restorannya hanya untuk mengecek atau saat ada urusan tertentu saja.
###
Saat istirahat jam makan siang, Radit mulai melakukan aksinya. Tak lain adalah membuntuti istrinya. Radit mulai berani memata-matai Gita setelah sekian lama tidak melakukannya. Bisa jadi, Gita sedang lengah saat ini dan mulai untuk tak hati-hati, karena merasa suaminya tak lagi curiga padanya.
Setelah mengetahui jam berapa Gita pergi, Radit bersiap menunggunya di depan kafe. Hari ini memang Gita hanya ke kafe, dan tak mengunjungi restoran cepat sajinya. Dan benar saja, tak lama setelah mobil Radit parkir, Gita keluar dari parkiran mobil kafe.
Radit sengaja meminjam mobil dari salah satu karyawan kepercayaannya, agar Gita tak tahu.
Selama beberapa menit perjalanan, mobil Gita belok di sebuah hotel. Namun, Gita hanya berhenti di depan lobi. Ketika mobilnya berhenti, masuk seorang lelaki dan Gita kembali melajukan mobilnya, disusul mobil Radit.
“Beraninya kamu pergi dengan lelaki lain,” gumam Radit mulai geram.
Mereka kemudian meminggirkan mobilnya. Setelah beberapa menit kemudian, mereka turun untuk bertukar tempat duduk, lalu kembali melanjutkan perjalananya. Tak lupa, Radit mendokumentasikan hasil penyelidikannya.
Radit terus mengikuti mobil Gita hingga berhenti di salah satu salon elit.
“Sejak kapan dia nyalon di sini? Bukankah biasanya tak di sini?” Radit mulai bertanya-tanya.
Ia kemudian kembali ke kantor dan tak melanjutkan penyelidikannya.
###
Sementara itu sepulang sekolah, Raya yang tak biasanya rewel, kali ini terus menanyakan tentang Radit.
“Kenapa sih, Ma, kita tidak boleh ikut mengantar kue ke kantornya Om Coklat? Raya kangen tau,” ucapnya polos membuat Selma terkejut.
Bagaimana bisa, mereka hanya bertemu beberapa kali, namun sudah bisa merasakan rindu.
Selma berusaha mengalihkan perhatiannya dengan meminta Raya berganti baju. “Rayi aja sudah ganti baju tuh.”
Dengan lemas, Raya berdiri dan ingin berganti baju. Namun, saat ia tengah mencoba berdiri, tubuhnya ambruk. Sontak Selma menopang tubuh Raya dan dengan panik memanggil-manggil juga menggoyangkan tubuh anak perempuannya itu.
“Raya bangun, Sayang. Bangun, Nak. Raya sayang."
Menyadari Raya pingsan, Selma menggendongnya ke kasur di lantai atas tempat biasa kembar tidur siang. Didekatkannya aromaterapi ke hidung Raya agar segera tersadarkan. Rayi juga ikut terus memanggil-manggil Raya.
Tak lama, Raya sadar. Dengan mata yang masih tertutup, ia mengigau dan menyebut sebuah nama yang membuat Selma terkejut. “Om Coklat, Om Coklat.”
Selma membangunkan Raya dan mendekapnya. Air matanya jatuh. Apa yang sudah diperjuangkannya selama ini terasa sia-sia. Anaknya sendiri bahkan sudah bisa merindukan ayahnya.
“Ma, sepertinya Raya ingin bertemu Om Coklat. Raya pernah bilang semalam dia mimpi bermain sama Om Coklat. Panggil aja Om Coklat ke sini, Ma,” saran Rayi yang membuat Selma semakin sesak.
Ia membujuk Rayi agar tak membahas Om Coklat lagi, karena lelaki itu sudah berkeluarga dan pasti sangat sibuk bekerja, jadi mereka tak boleh menganggunya.
Rayi kemudian mengusulkan agar mereka saja yang menemui Om Coklat ke kantornya.
Selma menghela nafas panjang. Ia berusaha memberi pengertian pada anak kembarnya. “Sayang, Om Coklat itu ‘kan bos, jadi dia sangat sibuk. Mama tidak enak kalau kalian mengganggunya. Lagi pula, kalau istrinya marah bagaimana? Kalau anaknya juga tidak suka papanya diganggu anak lain, bagaimana? Mama minta tolong sama Rayi ya untuk berhenti membahas Om Coklat. Kemarin-kemarin kalian tidak pernah begini lho sama Mama. Mama juga selalu ajak kalian main, berenang di hotel, makan di restoran. Masak, malah mau main sama orang lain?”
###
Sore tadi, Radit sengaja mengabarkan akan lembur, padahal ia justru akan pulang lebih sore dari biasanya. Sementara Gita juga telah meminta izin karena akan pulang malam. Ada masalah di kafe yang harus ia urus.
Diam-diam, Radit menghubungi kafe Gita sekedar untuk menanyakan apakah benar istrinya itu sedang di sana.
“Maaf, Pak. Bu Gita dari tadi siang sudah pulang.”
1 jam kemudian, terdengar suara mobil Gita baru saja parkir di garasi rumah mereka.
Radit berpura-pura tengah santai di ruang televisi.
“Hai, Sayang. Sudah pulang dari tadi?” sapa Gita sedikit terkejut melihat Radit yang sudah berada di rumah.
“Dari mana kamu?” tanya Radit tak menjawab pertanyaan Gita.
“Aku ‘kan sudah mengirimimu pesan tadi kalau aku ke kafe, ada yang harus aku urus,” jawabnya berusaha tenang.
Jujur, Radit merasa dibodohi oleh istrinya sendiri. Ia merasa telah dicurangi selama ini. Bodohnya ia bisa dikelabui dengan mudahnya.
“Aku cek ke kafe, tak ada kamu. Jujur saja!” tegas Radit.
Bukannya menjelaskan baik-baik, Gita justru mempertanyakan sikap Radit yang berubah.
"Kamu kenapa sih, Dit. Jadi berubah keras sama aku?" tanya Gita masih dengan nada pelan.
“Oh aku tahu. Pasti karena anak kembar itu ya? Kamu merasa ingin punya anak yang lucu seperti mereka, dan karena aku belum dapat memberikanmu anak, kamu jadi dingin sama aku. Iya?” lanjut Gita mulai berbicara dengan nada tinggi.
“Jangan bawa-bawa mereka dalam masalah kita! Jangan juga menyalahkan sikapku yang berubah, tapi lihatlah apa yang sudah kamu lakukan selama ini padaku! Aku bahkan tak pernah sekalipun mempermasalahkan soal keturunan. Tapi kamu? Kecurangan apa yang sudah kamu lakukan?” bentak Radit dengan menunjukkan ponselnya.
“Belum puas kamu menuduhku? Apa kamu lupa dulu kamu juga pernah mencurigaiku tapi nyatanya tak terbukti apa pun. Di mana kepercayaanmu, Radit? Aku lelah kalau harus dituduh seperti ini. Hanya chat seperti itu saja kamu sudah berpikir macam-macam.” Gita justru memutar balikkan fakta.
Radit kembali menunjukkan foto seorang lelaki yang pergi bersama Gita siang tadi.
"Oh, jadi kamu sudah berani sampai mengikutiku? Aku sudah bilang kemarin kalau aku akan pergi sama temanku. Memang kamu pikir temanku hanya perempuan? Kamu memang sudah keterlaluan, Radit!" amuk Gita yang berbalik marah.
Radit tak ingin mengindahkan ucapan Gita dan berlalu darinya, menaiki tangga menuju kamar.
Gita memandangi Radit dengan kesal, kemudian, ia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang.
Sementara itu, Radit yang akan cuci muka karena ingin segera tidur untuk meredakan amarahnya, tak sengaja melihat dan mengambil pil berbentuk bulat berwarna putih di dekat pintu kamar mandi yang sepertinya terjatuh.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
abis lah Gita.... ketahuan makan pil perancang.. patut lah tak kunjung hamil
2024-01-28
1
Hotma Gajah
anaknya jgn buat rewellah kasihan ibunya berjuang sendiri
2023-12-25
1
Esther Lestari
Gita maling teriak maling nih. sudah ketahuan masih aja ngeles
2023-12-24
5