Penyeleseian Masalah

“Bu Ratri, kita sebagai orang tua harus bijak. Kesalahan ini bukan hanya dilakukan oleh Radit, tapi juga Selma. Mereka melakukannya atas dasar suka sama suka, bukan hanya Radit yang mau. Jadi Bu Ratri jangan hanya menyalahkan anak saya. Laki-laki memang nafsunya lebih besar, harusnya perempuan bisa lebih mengontrol. Selma ‘kan sudah besar, seharusnya dia juga bisa melawan kalau memang Radit yang mulai duluan.” Bu Yuri, mama Radit tak terima ibu Selma meminta pertanggung jawaban kepada Radit seolah semuanya terjadi karena kesalahan anak lelakinya itu.

“Saya tidak menyalahkan Radit saja, saya hanya ingin dia bertanggung jawab!” ucap Bu Ratri, ibu Selma.

Orang tua Radit kekeh tak mau menikahkan Radit dengan Selma. Hal ini bisa menghancurkan masa depan Radit yang sedang mereka persiapkan menjadi calon pemimpin anak perusahaan papanya. Sedangkan Ratri juga tak terima karena masa depan Selma bahkan sudah hancur saat ini.

“Sudah, Ma. Bu Ratri, kami tetap mau bertanggung jawab, tapi bukan dengan cara menikahkan mereka. Selma masih bisa kuliah tahun depan setelah melahirkan, tapi Radit hanya punya kesempatan tahun ini untuk kuliah di Sydney.” Papa Radit menengahi perdebatan.

“Saya akan biayai kuliah kamu, Selma. Ini nomor sekretaris saya, kamu bisa hubungi dia untuk transfer biaya kuliah kamu nanti. Kamu bebas memilih perguruan tinggi negri bahkan swasta semahal apa pun, untuk mengganti beasiswa kamu yang hangus. Dan untuk sekarang, saya beri cek senilai 100 juta rupiah untuk biaya lahiran dan kebutuhan lainnya. Bisa kamu cairkan mulai hari ini juga. Setelah kamu melahirkan, kamu bisa berikan bayi itu pada pasangan yang sudah menikah lama tapi tak kunjung memiliki anak. Nanti akan dibantu sekretaris saya, dia yang akan mencarikannya. Saya rasa, ini sudah cukup menjadi solusi. Kami sebagai pihak dari Radit sudah mencoba bertanggung jawab,” lanjut papa Radit sembari menyerahkan selembar cek dan sebuah kartu nama.

Sementara Selma dan ibunya hanya bisa menangis tak tahu harus berbuat apa. Sesal, kecewa, dan sakit hati bersatu padu menyerang batin Selma dan ibunya. Dengan mudahnya keluarga Radit menyelesaikan masalah ini dengan uang. Namun apa mau dikata, kesalahan ini memang dilakukan oleh keduanya, sehingga Radit tak bisa sepenuhnya disalahkan.

“Tolong, jangan ganggu Radit. Biarkan dia berjuang untuk masa depannya juga untuk masa depan keluarga kami. Dan bukan hanya itu, mohon maaf saya katakan bahwa bukan besan seperti keluarga Bu Ratri yang kami inginkan. Sekali lagi kami mohon maaf. Kami permisi,” pamit Bu Yuri mengajak suaminya juga Radit, untuk meninggalkan rumah Selma.

Sebelum pergi, Radit bersimpuh di kaki Bu Ratri untuk meminta maaf padanya juga kepada Selma, meski maafnya tak akan mampu meredakan sakit hati mereka akibat ucapan orang tuanya.

Orang tua Radit segera menarik tubuh Radit dan membawanya pergi.

###

“Pergilah ke rumah Bude Winta di Jakarta. Ibu sudah menjelaskan masalah ini padanya. Dia mau menerima kamu tinggal di sana dalam keadaan seperti ini. Setidaknya, agar tetangga di sini tidak mencemooh kamu karena hamil di luar nikah. Nanti sopir budemu akan menjemput kamu ke sini. Sekarang, kamu siap-siap,” ucap Bu Ratri meminta anaknya berkemas.

Semenjak kedatangan keluarga Radit saat itu, Selma memblokir nomor Radit, hingga Radit terus berusaha menghubunginya dengan nomor baru pun, Selma kembali memblokirnya. Baginya sudah tak ada gunanya Radit menghubunginya. Ia dan keluarganya sudah membuatnya semakin hancur. Jika memang Radit tak mau bertanggung jawab menikahinya, ia sendiri yang akan membesarkan anak dalam kandungannya tanpa bantuan dari keluarga Radit sepeser pun.

Sore hari, Selma berpamitan pada sang ibu setelah mobil sopir budenya datang. Keduanya sama-sama menangis karena harus berpisah dengan alasan yang tak baik. Sejujurnya, Selma tak tega jika harus meninggalkan ibunya, tapi tak ada pilihan lain. Sementara Bu Ratri juga bersedih karena harus berpisah dengan Selma demi nama baik anaknya yang harus dijaga. Ia akan mengatakan pada tetangganya bahwa Selma sedang kuliah di Jakarta, karena memang begitu seharusnya.

“Nanti Ibu akan kunjungi kamu. Jangan merepotkan bude ya, nanti Ibu juga akan telepon kamu setiap akhir pekan,” ucap ibu Selma.

Selma mengangguk dan memeluk ibunya. “Maafkan Selma ya, Bu. Ibu jaga diri baik-baik.”

Selesai memasukkan tas dan koper ke dalam bagasi, giliran Selma masuk ke dalam mobil. Selma dan ibunya saling melambaikan tangan tanda perpisahan, dan mobil itu pun perlahan melaju menjauh dari titik Bu Ratri berdiri. Hingga mobil perlahan tak terlihat lagi, ibu Selma masih terus berdiri mematung.

Sementara itu, Radit yang akan berangkat ke bandara, meminta Lulu, sepupunya yang juga teman Radit dan Selma di sekolah, untuk selalu menanyakan kabar Selma dan memberitahukannya pada Radit. Hal itu lantaran ia sudah tak bisa lagi menghubungi Selma. Sedangkan dirinya selalu ingin tahu kabar Selma juga bayi dalam kandungannya.

Sama halnya dengan Selma, berada di posisi Radit juga berat. Meninggalkan Selma yang tengah mengandung anaknya. Namun, ia yang masih berada dalam pengawasan orang tuanya, tak bisa melakukan apa pun selain menuruti perintah mereka.

###

Bu Winta, bude Selma, begitu menyambut hangat keponakan satu-satunya itu. Bahkan, dia yang lama tak bisa memiliki anak, juga begitu menyambut kelahiran Selma pada saat itu, ia juga yang memberikan nama untuk Selma. Tatiana Selma, adalah nama pemberian Bu Winta.

Bu Winta yang menjanda usai ditinggal meninggal suaminya saat tengah bertugas 10 tahun lalu sebagai tentara nasional, begitu bahagia saat Selma ingin tinggal di rumahnya. Hal ini sudah Bu Ratri katakan semenjak Selma diterima sebagai penerima beasiswa yang akan kuliah di Jakarta, meski kedatangan Selma saat ini tidak untuk belajar. Setidaknya, Bu Winta tak kesepian lagi sekarang. Sayangnya, ia tak bisa mengajak adiknya untuk juga ikut tinggal bersama mereka di Jakarta karena ibunda Selma itu tak ingin berhenti bekerja sebagai buruh pabrik di kotanya.

“Tia, istirahat dulu ya. Nanti kita ngobrol lagi saat makan malam. Jangan sampai kelelahan biar kandunganmu sehat. Besok kita kontrol ke dokter kandungan, Bude sudah buat janji.” Begitu lah Bu Winta memanggil Selma, lebih suka memanggilnya dengan panggilan Tia.

Selma mengucapkan terima kasih pada budenya yang sudah baik padanya.

###

3 bulan berlalu, Selma menjalani hari-harinya seperti umumnya ibu hamil. Ia begitu diperhatikan oleh Bu Winta. Dari mulai disiapkan makanan yang bergizi hingga kebutuhan lainnya, agar Selma tetap merasa nyaman menjalani kehamilannya seorang diri tanpa sosok suami. Bu Winta juga seakan bisa menjadi ibu kedua bagi Selma, yang selalu menghiburnya di kala Selma teringat akan sosok Radit dan masa depannya yang kandas. Tak lupa, Selma juga selalu menghubungi ibunya setiap akhir pekan karena rindu.

Hari ini, waktunya Selma kontrol, seperti biasa, mereka selalu memilih hari Sabtu saat Bu Winta libur bekerja, sehingga bisa selalu menemani Selma ke rumah sakit.

“Dari pemeriksaan USG, janin Ibu Selma kembar. Selamat ya, Bu,” ucap dokter yang menangani kandungan Selma.

Selma dan budenya senang bukan main. Mereka terharu, terlebih Selma. Meski ia tak tahu bagaimana nasib anak-anaknya kelak, tapi ia merasa bahagia saat mengetahui dalam rahimnya ada 2 janin, meski juga belum diketahui jenis kelaminnya. Apakah laki-laki kembar, perempuan kembar, atau laki-laki dan perempuan kembar.

“Tuh, Ti, ada 2 calon bayimu. Kamu harus menjaga mereka, jangan suka bersedih, mereka bisa merasakan loh kalau mamanya sedang sedih,” ujar Bu Winta mengingatkan Selma.

Setelah kontrol selesai, mereka memutuskan segera pulang ke rumah karena Selma harus banyak istirahat saat memasuki trimester kedua ini.

Selama perjalanan pulang, Selma tak berhenti tersenyum. Tak lama, ponselnya berdering tanda ada pesan masuk. Sebuah pesan masuk dari Lulu.

Kali ini, Selma kembali menerima pesan dari sepupu Radit itu. Selma pun tahu bahwa ini semua pasti atas perintah Radit. Selma kemudian mengabarkan bahwa ia dan janin kembarnya dalam keadaan sehat, juga memberikan foto perut buncitnya.

Lulu tentu langsung meneruskan berita ini pada Radit yang selalu menunggu kabar darinya. Radit pun tak dapat menahan harunya ketika melihat perut Selma yang semakin besar dan menggemaskan, apalagi setelah mengetahui mantan pacarnya tersebut mengandung bayi kembar. Ia bahkan membayangkan pasti anak-anaknya akan lucu. Radit tak kuasa menahan sesal dan bahagia yang menyatu tanpa mau dipisahkan.

###

Malam hari, Selma kembali melamun di dekat jendela. Ia kembali menikmati langit yang tampak indah dengan ribuan bintang yang menghiasi. Tak dapat dipungkiri, ia selalu merindukan Radit. Tak jarang ia menangis karena rindu yang menyesakkan dada. Namun, marah dan kecewanya juga tak kalah membuatnya sesak saat berhasil menghadang kerinduan itu.

“Pasti sekarang dia sudah berkenalan dengan bule-bule teman kuliahnya di sana dan bersenang-senang. Tak ada gunanya memikirkan lelaki yang tak bisa bertanggung jawab itu. Rasanya, tak perlu lagi dia tahu kabarku dari Lulu,” gumamnya.

Di bawah langit yang sama, Radit juga tak jarang melamun dan merenungi nasibnya. Rindunya pada Selma juga tak kalah menghantam jantungnya. Sakit. Setiap hari ia selalu memikirkan Selma dari bangun hingga tidur kembali.

“Sedang apa kamu di sana, Sayang?”

Hingga hari demi hari berlalu, Radit meminta Lulu kembali menanyakan kabar Selma. Ia semakin tak kuat menahan rindu pada mantan kekasihnya itu, juga calon anak-anaknya. Setiap hari ia selalu ingin tahu kondisi Selma.

“Dit, sejak chat kita terakhir saat itu, aku sudah tidak bisa lagi menghubungi Selma. Aku tanya teman-teman dekatnya, mereka juga tak bisa lagi menghubungi Selma. Katanya, nomornya sudah ganti. Dan aku baru tahu kalau Selma sudah tak tinggal di rumahnya. Kata ibunya, dia sudah pindah dan tidak mau mengatakan di mana.” Itulah laporan yang Lulu berikan.

Dengan perasaan yang semakin tak menentu, ia mengkhawatirkan kondisi Selma saat ini. Kini ia benar-benar tak bisa lagi mengetahui kabar Selma. Namun setidaknya, ia bisa tenang jika Selma pergi dengan uang yang pernah dituliskan ayahnya dalam cek. Ia kemudian menghubungi ayahnya untuk menanyakan hal tersebut.

“Sampai saat ini, tidak ada laporan cek yang dicairkan, Dit.”

...****************...

Terpopuler

Comments

Leng Loy

Leng Loy

Dasar pengen menang sendiri Radit sm keluarganya

2024-02-18

1

Naraa 🌻

Naraa 🌻

papa dan mamanya Radit gak bijak, kejam bgt, gimanapun itu cucu lo darah daging kalian, bisa²nya tega.

2024-02-17

1

en

en

Bagus Thoor alur ceritamu , semangaaat dan Succes 👍👍💪💪

2024-02-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!