Penjelasan Tia membuat Zaki semakin merasa bersalah. "Oh ... Ini seratus persen salahku," sesal Zaki.
Akhirnya Zaki memutuskan untuk menunggu Dira siuman dan menemaninya makan.
"Aku tidak apa-apa. Jujur aku malu karena aku terlihat seperti perempuan lemah di depanmu," ucap Dira beberapa saat setelah dirinya siuman.
Melihat ketulusan Zaki, Dira bisa menilai jika Zaki adalah orang yang baik. Dira merasa tidak rela jika orang sebaik Zaki mendapatkan pasangan orang yang jahat seperti Selvi. Ngomong-ngomong soal Selvi, Dira jadi ingat jika seharusnya sekarang Zaki menemani Selvi ke butik.
"Bukankah seharusnya kamu menemani kekasihmu ke butik?"
"Astaga .... !!! Aku sampai lupa!!!" Zaki segera meraih handphone dari dalam sakunya. Dia melihat banyak sekali pesan dan panggilan dari Selvi. "Maaf Dira, aku harus pergi sekarang. Kamu nggak apa-apa 'kan?"
"Pergilah, aku tidak apa-apa."
"Sekali lagi aku minta maaf," ucap Zaki kemudian pergi meninggalkan ruangan Dira.
Dira tersenyum melihat kepergian Zaki tetapi di dalam hatinya dia merasa malu. Pingsan bukanlah bagian dari rencananya tetapi justru itu yang akhirnya membuat Zaki terlambat menemui Selvi.
"Tidak dengan pingsan juga kali Dir, apalagi karena kelaparan. Sungguh memalukan!" Dira merutuki dirinya sendiri.
Sementara itu di tempat lain, Selvi sedang merasa kesal karena Zaki tidak bisa dihubungi. Memang sudah kebiasaan jika sedang meeting Zaki menyetel handphone-nya dalam mode silent. Tetapi ini sudah terlalu lama Selvi menunggu dan Zaki belum ada kabar.
Selvi mencoba menghubungi Zaki lagi dan kali ini Zaki mengangkat teleponnya. "Kamu kemana saja? Aku sudah menunggumu dari tadi?!" ucap Selvi gusar.
"Aku baru selesai meeting Sayang, aku dalam perjalanan ke sana. Kamu menunggu di restoran Rieke 'kan?"
"Baiklah, aku tunggu setengah jam lagi. Aku akan sangat marah jika kamu sampai tidak datang!" ancam Selvi.
Selvi terus uring-uringan karena ini pertama kalinya Zaki telat menemuinya. Dia sudah menunggu selama hampir dua jam tetapi Zaki belum datang juga.
"Kenapa Sel?" Rieke menghampiri Selvi yang wajahnya terlihat kusut.
"Tau nih, tidak biasanya dia telat begini," jawab Selvi masih dengan wajah cemberut.
"Sudah deh Sel, ngga usah dimarahi. Ngga usah berpikiran yang aneh-aneh. Kalau dia bilang meeting pasti dia memang meeting. Dia ngga seperti laki-laki lain, bilang meeting ternyata lagi karaoke, harusnya kamu bersyukur."
"Hmm ... Iya juga sih," gumam Selvi.
"Sel, kamu ingat Dira ngga?" Rieke mengalihkan pembicaraan.
"Dira siapa?" Selvi menautkan alisnya.
"Dira, Dira! Indira Oktavia!"
"Apaan sih? Dari kemarin pada ngomongin Indira. Zaki juga cerita kalau rekan bisnisnya sekarang namanya Indira Oktavia. Dira siapa yang kalian maksud?" tanya Selvi penasaran.
"Dira si dekil, anak pembantu di rumah kamu dulu. Kamu ingat ngga?!"
"Astaga ... !!!" Selvi terlihat terkejut tetapi terkekeh setelahnya. "Dira si dekil, bilang dari tadi! Kalau kamu bilang Indira aku mana ngerti," ucap Selvi sambil terus terkekeh. "Aku sampai lupa kalau punya teman seperti dia. Bagaimana dia sekarang? Apa masih dekil seperti dulu? Pakaiannya gimana? Kumal? ketinggalan jaman?"
"Kamu ngga akan percaya kalau aku beritahu kamu. Dia terlihat sangat cantik dan elegan. Pakaiannya mahal dan dari gerak geriknya, seperti sekarang dia bukan orang biasa."
Selvi yang tadinya terkekeh, justru tergelak mendengar cerita Rieke. "Mana ada orang berubah sedrastis itu?! Kamu salah orang kali?! Coba kamu pikir, dari mana si dekil itu punya uang untuk mengubah penampilannya?! Mau melacur ngga bakalan laku dia, mau jadi simpanan juga mana ada bos-bos yang mau sama modelan kaya begitu."
"Bukankah selama ini dia kuliah di luar kota? Siapa tahu dia sukses di sana?"
"Aku sih lebih percaya kalau dia pergi ke luar kota untuk menjadi pembantu di sana, sama seperti ibunya!" cibir Selvi.
"Kamu memang susah diberitahu. Bukankah Zaki juga bilang kalau partner bisnisnya sekarang bernama Indira? Siapa tahu Dira si dekil sekarang menjadi orang sukses dan memiliki perusahaan?"
Selvi semakin tergelak mendengar kata-kata Rieke. "Tidak mungkin. Hentikan Rieke! Kamu membuatku sakit perut karena terus tertawa. Banyak nama yang sama di dunia ini, tetapi tidak lantas membuat nasib mereka sama. Rekan bisnis Zaki memang bernama Indira, tetapi bukan berarti dia si dekil itu."
"Dasar keras kepala! Yang penting aku sudah memberi tahu kamu. Sebaiknya kamu bersiap karena siapa tahu dia ingin membalas apa yang kita lakukan kepadanya dulu."
"Membalas dengan apa? Dia tidak punya apa-apa." Selvi kembali tertawa. Ini sangat lucu menurutnya. "Sudahlah, aku lelah tertawa dari tadi. Pokoknya aku tidak akan percaya si dekil itu telah berubah sampai aku melihatnya sendiri."
"Semoga kamu tidak terkena serangan jantung ketika melihatnya nanti!" ucap Rieke kesal karena Selvi masih saja kekeh dengan pendiriannya.
"Kita bicarakan hal lain saja. Pesta pertunanganku misalnya."
Beberapa saat kemudian Zaki tiba di restoran Rieke. "Halo Sayang," sapa Zaki mendaratkan kecupan di pipi Selvi. "Syukurlah kamu tidak marah." Zaki melihat wajah Selvi terlihat bahagia jadi dia tahu jika Selvi tidak marah kepadanya.
"Ya, Rieke menghiburku dengan cerita lucu tadi. Kamu harus berterima kasih padanya karena berkat dia aku jadi lupa kalau aku sedang marah."
"Benarkah?" Lalu Zaki menoleh ke arah Rieke. "Terimakasih Rieke. Kamu memang teman terbaik. Memangnya apa yang kamu ceritakan tadi? Kenapa calon istriku ini sampai terlihat ceria seperti itu padahal aku sudah membuatnya marah?"
Rieke melirik Selvi sekilas dan Selvi memberi kode dengan matanya agar Rieke tidak menceritakannya pada Zaki.
"Kamu hanya menceritakan teman SMA kami, namanya Dira," jawab Rieke jujur.
"Kebetulan, aku juga baru selesai meeting dengan Dira."
"Benarkah?!" Selvi dan Rieke melotot bersamaan.
"Apa Dira yang kita bicarakan ini adalah orang yang sama?" tanya Rieke.
Zaki mengedikkan bahunya. "Entahlah, dia bilang dia tidak ingat ada teman SMA nya yang bernama Indira," melirik Selvi yang berdiri di sampingnya.
"Sayang, kita berangkat sekarang. Kamu tunggulah di mobil. Aku ingin membenarkan riasanku dulu di toilet," usir Selvi sebelum Zaki dan Rieke berbicara lebih lanjut.
"Baiklah, aku akan menunggu di mobil," ucap Zaki, kemudian keluar meninggalkan restoran.
"Apa-apaan sih kamu Rieke?! Kenapa membicarakan si dekil itu di depan Zaki?!" tanya Selvi begitu Zaki tidak terlihat.
"Kenapa memangnya? Aku 'kan hanya menyebut namanya, bukan menceritakan soal ... "
"Diam!!!" potong Selvi sebelum Rieke sempat menyelesaikan kalimatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
selvi masih jahat aja...tunggulah kamu akan syok begitu tau bagaimana dira sekarang
2025-02-10
0
Lisna Wati
masih sombong ya dua orang itu
2024-11-16
0
Siti solikah
Selvi belom sadar juga
2025-02-27
0