Keringat membasahi sekujur tubuh Dira. Matanya terpejam tetapi bibirnya terus mengeluarkan kata-kata memohon entah kepada siapa. Belum lagi air mata yang terus mengalir di sudut matanya yang seakan menjelaskan betapa tersiksanya dirinya saat ini.
"Aku mohon hentikan," ucapnya lirih.
Seorang gadis muda berdiri di sampingnya sambil mengangkat rok seragam yang sedang dipakai Dira ke atas. Dira berusaha menarik roknya kembali ke bawah. Dia sangat malu karena perbuatan gadis itu membuat tubuh bagian bawahnya terekspos bahkan sampai c****a d***mnya terlihat. Sementara seorang gadis lagi berdiri beberapa langkah dari Dira sambil memegang handphone yang diarahkan kepada Dira.
"Cepat rekam!" ucap gadis yang menarik rok Dira sambil tertawa lebar seperti yang sedang dia lakukan ini adalah sesuatu yang sangat lucu baginya.
"Iya, ini sedang aku rekam," jawab gadis yang sedang memegang handphone. Tidak hanya mereka bertiga yang berada di ruangan itu. Ada banyak orang di sana, laki-laki dan perempuan dan semuanya hanya diam melihat bahkan kebanyakan dari mereka ikut tertawa melihat apa yang kedua gadis ini lakukan kepada Dira.
Setelah adegan tarik menarik selama beberapa saat akhirnya Dira berhasil menurunkan roknya yang disingkap oleh gadis tadi kembali menutupi bagian bawah tubuhnya seperti seharusnya. Semua pakaiannya masih utuh dia kenakan, tetapi Dira merasa seperti ditelanjangi.
Air mata Dira menetes meskipun tidak diiringi suara tangis. Malu dan marah dia rasakan di dalam dadanya tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Kamu nggak asyik Dir!" ucap gadis yang tadi menarik rok Dira. Wajahnya terlihat kesal karena hiburannya telah selesai.
Sementara gadis yang satunya menghentikan kegiatannya mereka lalu menghampiri Dira. "Ngapain malu sih? Toh nggak ada yang lihat. Tuh ... Nggak ada yang peduli juga," ucapnya sambil menunjuk ke anak-anak lain yang sudah kembali ke aktivitas masing-masing.
"Kaya cakep aja! Padahal kamu telanjang pun juga nggak ada yang mau lihat karena tubuhmu dekil. Nggak sadar?!"
"Aku mohon hapus rekaman itu," pinta Dira mengabaikan kata-kata kedua gadis di depannya. Yang dia inginkan hanya agar rekaman itu segera di hapus dan tidak sampai menyebar kemana-mana.
"Iya, pasti di hapus, tapi ... Setelah di sebar di grup kelas dulu," ledek salah satu dari gadis itu sambil tertawa. Lalu kedua gadis itu pergi.
"Aku mohon jangan ... "
Dira terbangun dari tidurnya. Tangannya memegang erat selimut yang menutupi tubuhnya seperti dia sedang menarik rok seperti dalam mimpinya tadi.
"Mimpi buruk lagi," gumamnya sambil menghapus air matanya. Sejak kepindahannya ke kota ini, Dira semakin sering mengalami mimpi buruk dan dia tidak tahu kapan mimpi buruk itu akan hilang dari tidurnya.
*
Tanggal delapan, tepat jam sepuluh pagi Dira sudah selesai bersiap-siap. Dia membulatkan hatinya untuk datang ke acara reuni teman-teman sekolahnya. Sebenarnya akan lebih baik jika ada Jeff bersamanya, meskipun menyebalkan sebenarnya laki-laki itu lebih banyak manfaatnya. Tetapi laki-laki itu sudah di negara lain sekarang. Akhirnya Dira pergi sendiri.
Tidak butuh waktu lama Dira sudah sampai di sekolahnya dulu. Dira melihat di parkiran sudah ada mobil Zaki di sana, itu artinya Selvi juga sudah datang. Mobil Dira terlihat paling mentereng diantara semuanya.
Ferrari hitam Dira langsung mencuri perhatian, terutama Selvi yang langsung memperlihatkan wajah kesalnya. Mobil itu incarannya dan hanya satu-satunya di kota ini. Hanya dengan melihat mobilnya Selvi tahu siapa yang datang dan itu membuatnya semakin tidak suka.
"Kenapa dia bisa datang? Siapa yang memberitahunya?" bisik Selvi kepada Rieke. Rieke mengedikkan bahunya tidak tahu. "Awas saja kalau aku tahu siapa yang mengundangnya!" geram Selvi seperti ular sedang mendesis.
Sementara itu di dalam mobilnya Dira terlihat ragu-ragu untuk turun. Dia sudah terbiasa menghadapi orang-orang besar seperti saat rapat direksi atau presentasi tender di depan klien internasional, tetapi Dira tidak pernah gugup seperti ini.
Ingin rasanya Dira putar balik dan kembali ke rumahnya, tetapi kemudian Dira teringat kata-kata Hesti. "Ketika kamu sudah memulainya maka jangan ragu dan jangan setengah-setengah!" Kalimat itu seperti menyadarkan Dira dan membulatkan lagi tekadnya. "Oke. Aku akan turun sekarang!" ucapnya sambil mengenakan kacamata hitamnya.
Dira berjalan dengan anggun menunju halaman sekolah yang sudah disulap menjadi lokasi reuni. Semua mata tertuju ke arah Dira, orang-orang pun mulai berbisik-bisik. Banyak dari mereka bertanya siapa perempuan ini. Mereka tidak mengenali jika perempuan ini adalah Dira, murid yang dulu sering di-bully.
Dira berjalan menghampiri Selvi dan Zaki berserta Rieke yang tengah duduk bersama di satu meja.
"Hai Zaki, senang melihatmu di sini." Dira sengaja hanya menyapa Zaki. Dira yakin kedatangannya ke acara reuni ini membuat Selvi kesal, dan dia sengaja menambahnya dengan memperlihatkan kedekatannya Dira dengan Zaki. Sudah pasti hati Selvi meradang meskipun dari luar terlihat tenang.
Gayung bersambut, senyum Zaki merekah melihat Dira dan membalas sapaan Dira dengan sangat hangat. "Dira?! Aku pikir kamu nggak datang," balasnya sambil tersenyum lebar. Selvi yang sudah kesal semakin kesal karena Zaki adegan ini, tetapi dia berusaha menyembunyikannya.
"Terima kasih sudah memberitahu aku," ucap Dira.
"Memberi tahu apa?" sela Selvi.
"Sayang, waktu itu aku tidak sengaja bertemu Dira lalu aku bertanya kepadanya apa dia akan datang ke acara reuni atau tidak, tetapi ternyata dia tidak tahu. Jadi aku beri tahu sekalian kalau hari ini ada reuni SMA kalian."
Kesal sekali hati Selvi mendengar penjelasan Zaki. Sejak tadi dirinya bertanya-tanya siapa gerangan yang memberi tahu Dira sehingga perempuan itu datang ke acara reuni ini, ingin sekali memarahinya pelakunya. Tetapi, ternyata kekasihnya sendiri yang melakukannya. Selvi tidak bisa berbuat apa-apa, jangankan marah, mau menunjukkan kekesalannya saja dia tidak bisa.
"Kalian bertemu?" selidiki Selvi menyembunyikan kekesalannya.
"Tentu saja kami bertemu bahkan kami sering bertemu karena harus membahas kerja sama perusahaan," sahut Dira dengan percaya diri. "Benarkan Zaki?"
Zaki mengangguk dan tersenyum. "Tentu saja," ucap Zaki sambil menatap Dira. "Sayang kamu tidak apa-apa? Wajahmu merah, apa kamu kepanasan?" tanya Zaki yang baru menyadari jika wajah Selvi merah, sebenarnya bukan karena kepanasan, tetapi karena menahan marah.
Selvi mengangguk dan berusaha tersenyum. "Iya, panas banget di luar sini. Sayang, bisakah kamu ambilkan minuman?"
"Baiklah, tunggu sebentar. Dira, kamu mau aku ambilkan sekalian?" tanya Zaki sebelum beranjak.
"Tidak terima kasih, aku bisa ambil sendiri nanti. Aku tidak manja," jawab Dira disertai senyum di wajahnya. Zaki mengangguk.
Senyum di wajah Dira langsung menghilang begitu Zaki berbalik dan berjalan menjauh, begitu pula Selvi yang langsung memperlihatkan kemarahannya.
"Apa maumu?!" tanya Selvi dengan tatapan mengancam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
JanJi ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊
seharusnya jumpa pakar sbb nampak mentalnya Dira terganggu dan menyebabkn Trauma..
2025-02-14
0
Siti solikah
hanya kepura puraan
2025-02-27
0
mommyable
baca cerita author yuk
2024-08-09
1