"Apa maumu?!" tanya Selvi dengan tatapan mengancam.
Dira melepas kacamata hitamnya. Matanya menatap tajam mata Selvi tanpa sedikitpun terlihat rasa gentar. Jika dulu dia hanya bisa menunduk saat Selvi mengintimidasinya, tidak lagi sekarang. Bahkan jika Selvi berani terang-terangan menyakitinya, Dira tidak segan membalasnya dua kali lipat.
Belum sempat Dira menjawab pertanyaan Selvi, seorang laki-laki datang menghampiri. "Sel, kenalkan dia padaku? Apakah dia temanmu?" ucap laki-laki itu.
Dira kembali memakai kacamata hitamnya, malas menghadapi laki-laki itu.
"Pergi sana Alex, jangan ganggu kami!" ketus Selvi.
"Hai cantik, siapa namamu?" Laki-laki bernama Alex mengabaikan kata-kata Selvi dan langsung menyapa Dira. Tetapi Dira tidak menggubris Alex, bahkan menoleh saja tidak.
Alex adalah murid laki-laki paling populer di sekolah, dulu. Dia tampan dan banyak murid perempuan yang mengejarnya, termasuk Selvi. Mereka sempat berpacaran tetapi hanya sebentar karena Alex doyan gonta ganti pacar.
"Aku Alex, boleh aku tahu namamu?" Alex terus bertanya meskipun sudah di acuhkan oleh Dira.
"Sungguh? Kamu ingin tahu namaku?!" balas Dira tanpa ekspresi di wajahnya.
"Tentu saja, kamu sangat cantik. Aku suka perempuan cantik."
"Tapi aku tidak suka laki-laki yang hanya modal tampang!" balas Dira dengan sombongnya. Dia membenci laki-laki ini sama seperti dia membenci teman-temannya yang lain.
"Oh iya Sel ... Apa Zaki tahu kalau kalian dulu sempat berpacaran?" Dira kembali melancarkan serangan verbalnya kepada Selvi.
"Kalau Zaki tahu terus kenapa? Zaki pasti akan mengerti, setiap orang di punya mantan kekasih dalam hidupnya!" jawabnya tak mau kalah.
"Benarkah?! Apa menurutmu Zaki akan mengerti jika dia tahu kalian berdua pernah berbuat mesum di dalam kelas?" Tubuh Selvi meremang mendengar pertanyaan Dira.
"Apa maksudmu?! Jangan asal bicara!"
"Aku tidak asal bicara! Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kalian berdua tel ... "
"Diam!" bentak Selvi. "Jangan teruskan kata-katamu!" Selvi menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada orang lain yang mendengar apa yang Dira katakan. Gugup, tentu saja. Dia pikir tidak ada yang tahu hal ini selain Alex, dirinya sendiri dan tentu saja Rieke teman dekatnya.
"Sepertinya aku harus berterima kasih padamu karena telah mengunciku di toilet. Karena itu membuatku bisa menyaksikan adegan panas kalian!" Untuk pertama kalinya Dira terkekeh. "Beruntung waktu itu aku adalah gadis penakut, jadi aku tidak memberitahu siapapun. Mmm ... Apa sebaiknya aku beritahu Zaki?!" ujar Dira, sengaja untuk mempermainkan emosi Selvi.
"Jangan macam-macam denganku Dira! Aku bisa melakukan apapun untuk membungkam mulutmu! Lagi pula Zaki tidak akan percaya karena kamu tidak punya bukti!"
"Siapa bilang aku tidak punya bukti? Buktinya ada di sampingmu," ucap Dira sambil tersenyum miring, telunjuknya menunjuk ke arah kejantanan Alex yang tertutup celana panjang. "Benarkan Alex?"
Wajah Selvi yang tadinya merah berubah menjadi pucat. Sementara Alex justru tersenyum dan semakin penasaran dengan sosok perempuan di depannya. "Aku suka perempuan ini!" gumamnya terkagum-kagum kepada sosok Dira.
"Sayang, ini minumanmu. Maaf lama, tadi aku bertemu rekan bisnisku, ternyata satu sekolah denganmu tetapi tidak satu kelas." Zaki muncul membawa segelas minuman untuk Selvi. "Wajahmu pucat Sayang, apa kamu tidak enak badan?" tanyanya.
"Aku tidak apa-apa," jawab Selvi kaku.
"Zaki, aku permisi dulu. Ada sesuatu yang harus aku kerjakan," pamit Dira.
Zaki mengangguk. "Silahkan."
Sebelum pergi Dira membisikkan sesuatu di telinga Selvi. "Bagaimana reaksi Zaki jika tahu ternyata kekasihnya yang dia pikir polos ini ternyata sangat liar saat bermain se*?!"
Tubuh Selvi kembali meremang dan wajahnya semakin pucat sementara Dira mulai berjalan menjauh.
"Cantik, kamu mau kemana?" tanya Alex, mengekor di belakang Dira.
"Bukan urusanmu!" Alex berhenti mengikuti ketika dia tahu Dira pergi ke toilet.
Masuk ke area toilet perempuan, jantung Dira mulai berdetak kencang. Tempat ini adalah saksi bisu bagaimana dia dulu sering dikunci dan juga tempat pelariannya untuk menangis. Tiba-tiba saja air mata Dira meleleh dan mulai menangis sesenggukan.
Dira sendiri tidak tahu kenapa air matanya meleleh begitu saja. Yang jelas ada sesuatu yang terasa sakit ketika memasuki toilet. Maklum saja, dulu Dira sering dikunci di salah satu dari beberapa bilik toilet. Belum lagi Dira selalu melampiaskan kesedihannya di tempat ini jika Selvi ataupun Rieke baru saja berbuat jahat padanya.
Setelah beberapa saat akhirnya Dira berhenti menangis. Dia menghapus air matanya lalu bercermin dan memperbaiki penampilannya.
"Baiklah, kita keluar dan hadapi mereka lagi," ucapnya pada bayangannya di cermin toilet.
Keluar dari toilet, Dira langsung disambut oleh Alex. Rupanya laki-laki itu sejak tadi menunggu di sana dan langsung menghampiri begitu melihat Dira keluar. "Siapa kamu sebenarnya? Kamu tahu hubunganku dan Selvi tetapi aku tidak tahu siapa kamu."
"Masih belum tahu juga rupanya," gumam Dira malas. "Aku Dira, Dira si dekil!"
Mata Alex melotot. "Benarkah?!! Aku tidak percaya ini! Wow .. Kamu berubah jadi secantik ini?!"
"Kamu ingat aku sekarang?!"
"Astaga," ucap Alex memandang Dira dari atas ke bawah. "Maukah kamu jadi pacarku?!" tanyanya to the point.
"Ternyata memang hanya tampangmu saja yang lumayan, otak dan yang lainnya, semuanya pas-pasan!"
"Jangan salah Dira, senjataku juga lumayan. Bukankah kamu pernah melihatku bersama Selvi? Bagaimana menurutmu? Apa kamu ingin merasakannya juga?"
Dira bergidik mendengar kata-kata Alex. "Pergilah Alex, jangan ganggu aku!" usir Dira.
"Aku akan terus di sini, aku senang berada di dekat perempuan cantik."
Alex terus mengajak Dira bicara padahal Dira malas menanggapinya. Beberapa langkah dari Dira ada Zaki dan Selvi yang sedang duduk dan menikmati makanan. Dira sadar sejak tadi Zaki mencuri-curi pandang ke arahnya tetapi Dira pura-pura tidak tahu.
Dira diam-diam memperhatikan wajah Selvi yang terlihat sudah kembali biasa, tetapi Dira yakin jika sebenarnya Selvi merasa sangat kesal dan ketakutan. Dia pasti takut rahasianya terbongkar karena setahu Zaki, Selvi adalah perempuan alim dan tidak pernah berbuat macam-macam karena berasal dari keluarga terhormat.
"Dira, aku akan mengambilkan kamu minum," ucap Alex tanpa bertanya. Dira cuek saja, karena dia tidak minta. Setelah Alex beranjak, Rieke datang menghampiri Dira.
"Dira," panggil Rieke lirih. Sejak tadi dia hanya diam tetapi kali ini dia memberanikan diri bicara dengan Dira, berdua.
"Aku benar-benar minta maaf padamu. Aku sungguh-sungguh dengan kata-kataku," ucapnya sambil menunduk. "Aku sudah menjadi orang tua, cara berfikirku sudah berubah. Jujur aku sangat menyesal atas apa yang aku lakukan kepadamu dulu, bahkan sebenarnya aku malu jika ingat bagaimana sikapku dulu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ramlah Kuku
traumanya Dira begitu mendalam sehingga sulit melupakan nya
2024-04-17
2
syh 03
trauma itu bukan hal yg gampang sembuh bahkan ada yg seumur hidup ga sembuh2..kcuali berobat ke psikiater..itu pun ada jg yg sulit sembuh..tergantung hati kita masing2..apa yg di alami dira pstinya sangat menyakitkan krna ini tentang pelecehan fisik dan non fisik..jd butuh dukungan perhatian org sekitar biar ga terjebak dendam yg takutnya jd bumerang utk diri sendiri..tp klo itu aku yg ngalamin mkin sm spt yg dira lakukan..krna aku ta sekuat itu..bully yg dira alamin..bener2 menyakitkan sampai utk tidurpun sulit /Sob//Sob/
2024-03-21
3