Datar, hanya kata itu yang tepat untuk menggambarkan ekspresi wajah Dira. Tidak terlihat kemarahan, tetapi tidak juga terlihat rasa kasihan meski sepertinya Rieke sungguh-sungguh meminta maaf, bukan hanya akting belaka.
"Apa dulu kamu melepaskan aku ketika aku memohon padamu untuk menghentikan siksaanmu?"
Rieke tidak bisa menjawab.
"Jawab aku Rieke!" ucap Dira dingin.
Rieke menggeleng pelan. Sikap dingin inilah yang membuatnya ketakutan padahal Dira belum melakukan apapun kepadanya. Rieke sadar, pendiam yang ditindas akan jauh lebih kejam ketika membalas.
"Jadi menurutmu, apakah aku akan memaafkan kamu meskipun kamu memohon padaku?" lanjut Dira.
Lagi-lagi Rieke tidak bisa menjawab. Entah apa yang dulu ada dipikirannya sehingga mengganggu Dira adalah sesuatu yang menyenangkan dan membuatnya tertawa. Dia tidak menyangka jika perbuatannya itu kelak mendatangkan penyesalan.
"Pergilah! Kamu tidak pantas duduk bersama perempuan dekil anak dari seorang pembantu seperti aku!"
"Dira, maafkan juga kata-kataku yang itu."
Dira tidak bergeming. "Kembalilah ke tempatmu bersama iblis perempuan itu! Apapun alasannya, aku tidak akan pernah memaafkan kalian berdua!"
"Kamu boleh membalas dendammu padaku, tapi aku mohon jangan libatkan anakku," ucap Rieke dengan sorot mata memohon. Dira masih tidak bergeming. Lalu Rieke pun pergi karena tidak ada gunanya lagi dia bicara dengan Dira.
*
Sampai di rumahnya, amarah Selvi meledak. Dia tidak menduga Dira akan datang dan mengacaukan semuanya. Dan parahnya, justru Zaki lah yang memberitahu Dira tentang acara reuni itu.
Di acara reuni tadi, Dira mencuri perhatian semua orang termasuk Zaki. Bahkan, beberapa kali Selvi mendapati Zaki memandangi Dira dengan penuh kekaguman.
"Ini tidak bisa dibiarkan!" geram Selvi mengingat kejadian itu.
"Bagaimana bisa dia melihat kejadian itu?!! Kamu ceroboh Selvi, bodoh!!! Kenapa kamu dulu menuruti nafsumu?! Aku harus berbuat sesuatu, jangan sampai si dekil itu berbuat lebih jauh!" ucapnya sambil mondar-mandir gelisah di dalam kamarnya.
Waktu itu, Selvi adalah murid perempuan paling populer dan paling cantik di sekolahnya. Sedangkan Alex, dia adalah murid laki-laki paling tampan di sekolah dan menjadi idaman setiap murid perempuan. Mereka jatuh cinta lalu berpacaran. Mereka adalah pasangan yang digadang-gadang sangat ideal dan serasi dan itu membuat keduanya terbawa euforia hingga berani berbuat yang lebih jauh. Tetapi hubungan mereka tidak bertahan lama karena ternyata Alex tidak cukup dengan Selvi saja.
Keesokan harinya...
"Sayang, kamu kesini? Kenapa tidak memberitahu aku dulu?" Zaki sedikit terkejut karena Selvi tiba-tiba datang tanpa memberitahunya lebih dulu.
"Kenapa? Tidak suka kalau aku datang?"
"Bukan begitu, hanya saja pekerjaanku sangat banyak sekarang."
"Jadi aku mengganggumu?!"
"Tidak, mana mungkin?! Kamu kenapa 'sih? Sensitif sekali hari ini?!" Zaki menyadari sikap Selvi aneh, tidak seperti biasanya. Sebenarnya mood Selvi sangat buruk sejak kepulangannya dari acara reuni kemarin, karena itu dia jadi gampang tersinggung.
"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan." Selvi langsung duduk di sofa di ruangan Zaki. Zaki pun mengikutinya lalu duduk di sampingnya. "Aku ingin acara pertunangan kita dimajukan. Aku sudah bicara dengan mama dan papa, mereka setuju," ucap Selvi tanpa basa-basi.
Zaki mengernyit. "Kenapa? Tinggal nunggu dua minggu lagi loh?!"
"Jadi kamu nggak setuju?"
"Bukan begitu, aku hanya ingin tahu alasannya. Kenapa kamu langsung marah begitu?"
"Nggak ada alasan, aku hanya ingin pertunangan kita dimajukan. Itu saja."
"Ya, aku harus tahu alasannya dong," balas Zaki.
"Jadi benar 'kan kamu nggak mau acara pertunangan kita dimajukan?"
"Bukan begitu, hanya saja aku butuh alasan. Aku harus merevisi jadwalku, mungkin hari itu kebetulan aku ada meeting atau acara lain, aku jadi harus membatalkannya dan semua itu harus ada alasan yang jelas. Di dunia kerja, kita tidak bisa seenaknya meskipun kita pemilik perusahaannya," terang Zaki. Hal ini membuatnya teringat kata-kata Dira yang mengatakan jika Selvi tidak tahu dunia kerja.
"Sayang, jadi bagaimana? Kenapa diam saja?" Selvi menggoyang lengan Zaki melihat kekasihnya itu tampak melamun.
Zaki menggelengkan kepalanya, membuang jauh Dira dari pikirannya. "Mau kapan acaranya?"
"Besok Sabtu, malam Minggu?"
"Baiklah," jawab Zaki pada akhirnya. Dia tidak mau ribut dengan Selvi karena masalah ini.
"Terima kasih," ucap Selvi mengecup pipi Zaki. Wajahnya yang sejak tadi ditekuk langsung berubah cerah.
"Sekarang aku harus bekerja. Tidak masalah 'kan kalau aku tinggal melanjutkan pekerjaanku atau kamu mau pulang dulu nanti malam kita bertemu lagi?"
"Kamu mengusirku? Kenapa yang ada di pikiranmu hanya kerja dan kerja terus?! Aku kekasihmu tetapi kamu lebih mementingkan pekerjaanmu!" Wajah Selvi kembali ditekuk.
"Sel, apa kamu tidak mengerti? Pekerjaanku sedang menumpuk dan tiba-tiba kamu ingin pertunangan kita dimajukan. Aku harus menyelesaikan semuanya secepatnya agar besok Sabtu aku bisa cuti dan kita bisa melangsungkan pesta pertunangan seperti yang kamu mau!" Zaki mulai kesal karena Selvi tidak juga mengerti keadaannya.
Selvi tidak menjawab, tetapi dia terlihat marah. Lalu perempuan itu berjalan keluar dari ruangan Zaki sambil menghentak-hentakkan kakinya.
"Kenapa dia sama sekali tidak dewasa? Jika itu Dira, tanpa penjelasan pun dia pasti akan mengerti hal seperti ini," gumam Zaki. Dira lagi, Dira lagi yang muncul di pikirannya.
Bukannya melanjutkan pekerjaan seperti yang dia katakan kepada Selvi sebelumnya, Zaki justru meraih handphone-nya lalu menghubungi seseorang.
"Halo," ucap Zaki begitu panggilan terhubung.
"Halo Zaki, ada apa?" balas suara di ujung telepon.
Mendengar suaranya saja membuat perasaan Zaki senang. Tetapi kemudian Zaki terdiam karena dia tidak tahu kenapa dia menelpon Dira. Dia seperti reflek saja menghubungi perempuan yang selalu mengganggu pikirannya selama beberapa hari terakhir.
"Halo?! Zaki? Kamu masih di sana?"
"Eh ... apa kamu sedang sibuk?" jawab Zaki gelagapan.
"Ya, sebenarnya aku sangat sibuk. Apa ada yang ingin kamu bicarakan?" balas Dira jujur.
"Itu eh ... Anu ... Aku ingin mengundangmu ke acara pesta pertunanganku. Apakah kamu bisa datang?" jawab Zaki sekenanya.
"Tentu saja, aku pasti akan datang. Kapan acaranya?"
"Nanti aku kirimkan lewat pesan, waktu dan tempatnya."
"Baiklah."
"Sampai jumpa Dira." Zaki buru-buru menutup teleponnya.
"Ada apa denganku? Kenapa berdebar-debar begini?" gumam Zaki memandangi handphonenya.
Sementara itu di tempat lain,
Dira tersenyum setelah menutup telepon dari Zaki. Dari cara bicaranya, Dira yakin jika Zaki mengundangnya tanpa persetujuan Selvi. Karena itu dia harus datang dan tampil menawan untuk memberi kejutan Selvi.
Dira segera memanggil Tia asistennya.
"Apa jadwalku hari Sabtu?"
"Pagi ada rapat rutin akhir bulan, sorenya kamu ada meeting dengan PT. Cipta Mulya. Selain itu ada laporan yang harus kamu periksa dan tanda tangani karena Senin harus dikirim ke pusat."
Wajah Dira berubah pesimis. Melihat jadwal sepadat itu sepertinya tidak mungkin dia bisa menyelesaikannya dan pergi ke acara pertunangan Zaki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
selvi mau cepat cepat tunangan huh..padahal takut ketahuan enggak suci lagi...bakal kecewa ni zaki..dpt bekasan
2025-02-10
0
mommyable
baca cerita ku yuk
2024-08-09
1
Ani Ani
pergi untuk sakit kan hati orang tu
2024-07-29
0