Zaki duduk termenung di kursi kerjanya. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Bukan masalah perusahaan, melainkan masalah hubungannya dengan Selvi.
Dulu, Zaki ingin cepat-cepat bertunangan lalu menikah dengan Selvi, perempuan yang sangat dia cintai. Tetapi keinginan itu sudah tidak menggebu-gebu seperti dulu. Seperti ada keraguan atas hubungannya dengan Selvi, apalagi akhir-akhir ini Selvi sering memperlihatkan tabiat aslinya.
Zaki teringat kejadian di pesta pertunangan dimana Selvi merendahkan Dira. Ibu Zaki sampai membahas kejadian itu sepanjang malam. Ibunya cukup kecewa dengan sikap Selvi yang sebentar lagi akan menjadi menantunya dan justru memuji-muji Dira yang baru sekali ditemuinya.
Zaki belum bertemu Selvi sekali pun setelah pesta pertunangan itu. Bahkan setiap kali Selvi menghubunginya, Zaki lebih memilih menghindar dengan alasan pekerjaan.
Seperti pagi tadi, Selvi mengirim pesan padanya jika dia akan menyusul Zaki ke perusahaan. Tetapi Zaki hanya membaca pesan itu tanpa membalasnya. Entah kenapa Zaki tidak suka dengan sikap manja Selvi setelah melihat betapa mandirinya Dira.
Dira lagi, Dira lagi.
"Sayang ... " Tiba-tiba pintu terbuka. Lalu Selvi masuk dengan senyumnya yang menggoda. "Kenapa tidak membalas pesanku?" tanyanya manja. Perempuan itu langsung menghampiri Zaki di kursinya lalu duduk di pangkuannya. Zaki tidak menolak. Bagaimanapun juga dia tetap mencintai perempuan ini, hanya tidak sebesar dulu.
"Maafkan aku, aku sibuk," balas Zaki apa adanya.
"Ayo kita makan siang, sudah beberapa hari kita tidak makan berdua," ajak Selvi.
Zaki melihat jam di tangannya. "Sebentar lagi, aku selesaikan ini dulu baru kita bisa pergi," jawabnya. Selvi pun mengangguk lalu turun dari pangkuan Zaki. Perempuan itu beralih duduk di sofa.
Beberapa saat kemudian asisten Zaki mengetuk pintu kemudian masuk.
"Tuan, saya cuma mau mengingatkan kalau sebentar lagi ada pertemuan sekaligus makan siang dengan Vinson Corp."
"Astaga, aku sampai lupa! Padahal kamu sudah mengingatkannya tadi pagi." Zaki segera berdiri dan membereskan mejanya. Karena kebanyakan melamun Zaki jadi lupa agendanya hari ini.
"Karena itu saya ingatkan lagi, karena kita seharusnya sudah berangkat ke lokasi pertemuan," balas sang asisten.
"Baiklah, tunggu aku di parkiran. Aku segera turun."
Asisten Zaki mengangguk lalu pergi.
"Sayang, maaf sepertinya lain kali saja kita makan siang. Aku lupa kalau sekarang ada meeting dengan Vinson Corp. Kita tunda nanti malam saja. Kamu mau 'kan?" ucap Zaki sambil mengenakan jas nya dengan tergesa-gesa.
"Ada Dira juga?" Mendengar nama Vinson Corp, Selvi langsung teringat Dira. Zaki menghentikan kegiatannya mendengar pertanyaan Selvi, ragu untuk menjawab.
"Kenapa diam? Aku bertanya apa Dira juga ikut makan siang bersama kalian?" ulang Selvi.
"Ya, tentu saja. Dia pimpinan di perusahaan itu," jawab Zaki pada akhirnya.
"Kamu meninggalkan aku yang sudah menunggumu di sini demi perempuan itu?!"
"Ayolah Sel! Ini urusan pekerjaan, bukan urusan pribadi! Pertemuan ini sudah dijadwalkan dari beberapa hari yang lalu. Lagi pula ini bukan pertemuan berdua, kami membawa tim masing-masing! Bukalah sedikit pikiranmu, jangan apa-apa cemburu! Dulu kamu tidak seperti ini!" Zaki mulai kesal karena dicecar pertanyaan oleh Selvi.
"Kamu dulu juga tidak seperti ini! Kamu berubah sejak ada Dira!" balas Selvi sedikit berteriak.
"Sudahlah, aku tidak mau membicarakan ini!" Zaki berlalu meninggalkan Selvi yang terlihat marah. Bukannya mustahil jika perdebatan ini dilanjutkan akan berubah menjadi sebuah pertengkaran besar.
Selama perjalanan menuju lokasi meeting, Zaki lebih banyak diam dan melamun. Dulu, hampir tidak pernah ada perdebatan antara dirinya dan Selvi. Hubungan mereka berjalan mulus. Selvi tidak pernah cemburu terhadap siapapun klien perempuan yang berurusan dengan Zaki, dan Zaki juga merasa jika Selvi adalah perempuan paling pengertian dan paling sempurna yang pernah dia temui.
Tetapi semuanya berubah setelah dia mengenal Dira. Zaki selalu membanding-bandingkan Selvi dengan Dira, dan dari segi apapun Dira jauh lebih unggul. Hal ini membuat Zaki sadar jika ternyata banyak sekali kekurangan Selvi yang entah bagaimana tidak dia sadari selama ini.
Tak lama kemudian Zaki dan timnya telah sampai di lokasi pertemuan dimana Dira dan juga timnya sudah menunggu. Meeting sekaligus makan siang ini berjalan lancar sehingga cepat selesai. Zaki meminta bawahannya untuk kembali ke perusahaan lebih dulu karena ada sesuatu yang ingin dia bicarakan dengan Dira.
"Kamu tidak keberatan 'kan aku menahan kamu di sini?" tanya Zaki.
"Sebenarnya aku sedikit sibuk, tapi tak masalah. Aku bisa luangkan waktu sebentar. Apa yang ingin kamu bicarakan?"
"Dira, aku ingin minta maaf atas sikap Selvi kepadamu malam itu."
Dira tersenyum. "Itu tidak masalah Zaki, aku memang anak seorang pembantu. Selvi mengatakan yang sebenarnya."
Jawaban Dira membuat Zaki semakin kagum. Selain mandiri, cara berpikir Dira juga sangat dewasa, bahkan dia tidak malu mengakui asal-usulnya.
"Tetap saja aku merasa tidak enak kepadamu."
Melihat keseriusan Zaki, Dira berpikir mungkin sekarang saatnya memberi tahu Zaki bagaimana sebenarnya hubungannya dengan Selvi dulu.
"Dulu ibuku bekerja sebagai pembantu di rumah keluarga Selvi. Tuan Harsa sangat baik sampai dia memberikan beasiswa kepadaku. Tetapi itu lantas membuat Selvi jadi bersikap semena-mena kepadaku. Dia jadi sering menghinaku, mempermalukan, melecehkan dan banyak lagi hal buruk lainnya. Itu adalah hal yang biasa dia lakukan padaku. Jadi, apa yang dia lakukan padaku malam itu, tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan bagaimana dulu dia memperlakukan aku."
Zaki tertegun mendengar cerita Dira, antara percaya dan tidak. "Aku tahu kamu marah atas sikap Selvi kepadamu tetapi kamu tidak perlu mengatakan hal buruk tentang Selvi."
Dira kembali tersenyum, tetapi bukan senyum manis yang biasa dia tunjukkan kepada Zaki. "Kamu mengenal teman-teman sekolahnya dulu bukan? Kamu boleh bertanya pada mereka kalau kamu pikir aku hanya mengada-ada. Percaya boleh tidak, tetapi seperti itulah Selvi. Jika dia bilang kami dulu berteman, itu salah. Dia sangat jahat Zaki, tidak seperti yang kamu kenal selama ini."
"Aku permisi, masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Lebih baik kamu pikirkan lagi hubunganmu dengannya, belum terlambat untuk mengakhirinya daripada kamu menyesal," ucap Dira beranjak dari kursinya. "Dan satu hal lagi, seharusnya dia yang minta maaf padaku bukan kamu. Kamu tahu artinya itu?" ucap Dira sebelum melangkah pergi.
Zaki tidak bisa berkata-kata.
Tanpa mereka sadari sepasang mata terus memperhatikan Dira dan Zaki. Ya, Selvi mengikuti Zaki ke tempat ini. Dia sangat kesal karena setelah bawahan mereka pulang, Zaki dan Dira masih lanjut berduaan. Tetapi sayangnya Selvi tidak tahu apa yang Zaki dan Dira bicarakan karena dia mengawasi mereka dari kejauhan. Selvi hanya bisa mengepalkan tangannya menahan amarah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
zaki masih membela selvi rupanya...hmmm
2025-02-10
0
Ani Ani
padan muka kau
2024-07-29
1
Mai Rehman
semangat untuk dira
2024-06-19
0