5. Pingsan Tanpa Rencana

Dira sampai di rumah hampir pukul sepuluh malam. Dira segera membersihkan badannya tetapi setelah itu dia tidak langsung tidur. Dira justru melamun di balkon kamarnya memikirkan bagaimana selanjutnya. Ide untuk membuka sebuah restoran itu muncul begitu saja di benaknya ketika melihat Hesti. Anggap saja Dira mencapai dua tujuan hanya dengan satu langkah. Dia bisa membantu Hesti sekaligus membalas Rieke di saat yang bersamaan.

Yang Dira pikirkan sekarang adalah tempat yang strategis. Kalau bisa tempat itu juga berdekatan dengan restoran milik Rieke karena tujuan utamanya membuka restoran adalah untuk membuat restoran Rieke sepi pengunjung lalu akhirnya bangkrut.

Dira masuk ke dalam kamar lalu membuka laptopnya. Membuka restoran memang sesuatu yang tidak dia rencanakan, tetapi Dira tidak ingin main-main dalam prosesnya. Dira mulai menyusun konsep, anggaran dan lain sebagainya. Dira sudah cukup lama bekerja di dunia bisnis jadi dia tahu apa yang harus dia lakukan. Soal modal, Dira tidak perlu khawatir karena tabungannya lebih dari cukup untuk membuka empat atau lima restoran lagi.

Keesokan harinya...

Narti sudah menunggu Dira untuk sarapan. Dia sendiri yang memasak semua makanan untuk sarapan meskipun sekarang dia sudah memiliki asisten rumah tangga.

"Ibu masak makanan kesukaanmu," ucap Narti begitu Dira duduk di ruang makan bersamanya.

"Ibu tidak usah repot-repot, nanti ibu kecapekan. Aku bisa makan apa saja."

"Ibu ingin menebus semuanya. Dulu ibu tidak pernah masak buat kamu karena ibu harus bekerja." Dulu Narti berangkat pagi-pagi sekali untuk bekerja di rumah Selvi lalu pulang menjelang petang sehingga dia tidak sempat membuatkan Dira sarapan.

"Sudahlah Bu ... "

"Makanlah yang banyak," ucap Narti disertai senyum. Dira hanya mengangguk.

"Apakah nanti kamu akan pulang malam lagi?"

"Sepertinya begitu. Ada urusan yang harus aku selesaikan malam ini. Ibu tidak perlu menungguku." Bukan urusan perusahaan, melainkan urusan restoran yang akan dia buka bersama Hesti. Pulang kerja nanti Dira akan mencari lokasi untuk restorannya nanti.

Terlihat raut kekecewaan di wajah Narti tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. "Ibu perhatikan kamu terlalu sibuk bekerja. Berangkat pagi pulang malam. Kamu sampai tidak punya waktu untuk bergaul dengan teman-temanmu. Apa kamu tidak ingin memiliki kekasih?"

Kekasih? Pacar? Itu adalah kata yang tidak ada di dalam kamus hidup Dira. Saat ini yang dia inginkan hanyalah bekerja dan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Dia tidak ingin hidup miskin lagi karena sudah pernah merasakannya. Selain itu ada ketakutan terbesar yang membuatnya tidak ingin menjalin sebuah hubungan. Ketakutan yang hanya Dira sendiri tahu alasannya.

"Nanti Bu, Dira masih ingin fokus bekerja. Dira tidak ingin hidup susah seperti dulu," jawab Dira apa adanya.

"Tetapi yang kamu miliki sekarang sudah lebih dari cukup Dira. Apalagi yang kamu cari? Lihatlah Rieke sudah punya anak, dan Non Selvi juga sudah bertunangan, kamu kapan?"

Lagi-lagi Narti menyebut nama Selvi dan Rieke di depan Dira.

Mendengar ibunya selalu menyebut nama dua perempuan itu selalu membuat mood Dira buruk. Tetapi Dira selalu menahan diri agar tidak marah kepada ibunya. Bagaimana pun sikap ibunya kepadanya dulu Dira tetap menyayangi ibunya. "Aku berangkat sekarang," ucapnya. Dira meletakkan sendok makannya meskipun baru makan beberapa suap.

"Kamu baru mulai makan Dira, kenapa buru-buru?"

"Aku akan melanjutkan sarapan di kantor," jawab Dira datar. Dira pun meninggalkan sang ibu yang terlihat bingung dengan sikapnya.

Tiba di perusahaan Dira disambut Tia sang asisten. "Tuan Zaki sudah menunggu," bisiknya.

"Sepagi ini? Bukankah harusnya nanti jam sembilan?!" tanya Dira. Tia mengedikkan bahunya karena tidak tahu kenapa Zaki datang sepagi ini.

"Tolong pesankan makanan karena aku belum sarapan. Antarkan ke ruanganku jika aku dan Zaki sudah selesai," ucap Dira.

"Siap Bos," jawab Tia.

Dira segera masuk ke ruangannya. "Bukankah ini terlalu pagi untuk membicarakan bisnis?" tanya Dira begitu melihat Zaki duduk di kursi tunggu di depan ruangannya. Dira tampak sudah akrab dengan Zaki meskipun mereka baru dua kali bertemu.

"Maaf, kamu boleh menganggap aku tidak profesional tetapi aku sengaja datang lebih pagi karena nanti aku akan pergi ke butik bersama tunanganku untuk memilih gaun untuk pesta pertunangan kami. Kamu tidak masalah 'kan?" balas Zaki berharap Dira mau mengerti.

"Oh ... Tidak masalah. Silahkan masuk." Dira membuka pintu ruangannya dan mempersilahkan Zaki masuk.

"Terimakasih." Zaki pun memasuki ruangan Dira dengan wajah lega. Sementara Dira tampak tersenyum tetapi otaknya berputar memikirkan cara agar Zaki tetap bersamanya dan tidak jadi menemani Selvi memilih gaun.

Zaki dan Dira mulai membicarakan masalah kerja sama. Sudah hampir dua jam mereka berbicara. Tiba-tiba saja Dira merasa pusing. Badannya gemetar dan tubuhnya mengeluarkan keringat dingin.

"Dira, kamu tidak apa-apa? Kenapa wajahmu pucat?" Rupanya Zaki menyadari jika kondisi Dira sedang tidak baik.

"Aku tidak apa-apa Zaki, sudah biasa begini kalau aku telat makan."

"Jadi kami belum sarapan?"

Dira menggeleng. "Rencananya aku akan sarapan di sini tadi. Tetapi kamu sudah menunggu aku tidak enak jika kamu harus menunggu aku selesai sarapan dulu. Tetapi aku tidak apa-apa. Kita lanjutkan saja, sebentar lagi selesai lalu kamu bisa menemani kekasihmu," terang Dira apa adanya sambil berusaha menahan pusing di kepalanya. Rencana untuk menahan Zaki agar tetap di sini pun dia lupakan karena untuk saat ini yang Dira inginkan hanyalah makan.

"Kamu yakin?"

Dira mengangguk.

"Baiklah," jawab Zaki. Sebenarnya dia merasa tidak enak kepada Dira, tetapi dia juga sudah terlanjur berjanji kepada Selvi dan dia tidak ingin mengecewakannya.

Beberapa saat kemudian mereka pun selesai lalu Zaki pun pamit. "Terimakasih atas pengertianmu Dira. Aku sangat menghargainya," ujar Zaki sambil berdiri.

Dira ikut berdiri tetapi tiba-tiba saja tubuhnya lunglai dan hampir ambruk. Beruntung Zaki sempat menahannya hingga Dira tidak jatuh ke lantai.

Zaki membaringkan tubuh Dira di sofa di ruangan Dira. Lalu dia memanggil asisten Dira. "Tolong Dira, dia pingsan," seru Zaki kepada Tia.

Tia bergegas masuk ke dalam ruangan Dira. Dia memberikan pertolongan pertama agar atasannya itu segera sadar.

"Bu Dira tidak apa-apa Tuan, mungkin dia hanya masuk angin karena belum sarapan," terang Tia kepada Zaki yang terlihat khawatir.

"Ya, dia juga bilang begitu tadi. Aku jadi merasa bersalah. Aku akan pesankan makanan," ucap Zaki.

"Tidak perlu Tuan, saya sudah memesan makanan. Tapi Bu Dira ingin makan jika sudah selesai meeting karena tidak enak sama Tuan Zaki."

Penjelasan Tia membuat Zaki semakin merasa bersalah. "Oh ... Ini seratus persen salahku," sesal Zaki.

Terpopuler

Comments

asmara wati

asmara wati

atau paling nggak jujur sama Raidhers 😟, siapa tau kita dapet membantu 😀😀

2024-01-23

1

asmara wati

asmara wati

dira, bahkan sama ibunya sendiri gak bisa jujur,, gimana ibunya bisa tau masalahnya

2024-01-23

0

lihat semua
Episodes
1 1. Dikerjai dan Difitnah
2 2. Pulang
3 3. Semesta Memberi Jalan
4 4. Restoran dan Kenangannya
5 5. Pingsan Tanpa Rencana
6 6. Dira Si Dekil
7 7. Membeli Mobil
8 8. Reuni Tak Terduga
9 9. Manis Di Depan
10 10. Insomnia
11 11. Keluarga Vinson
12 12. Menggali Lubang
13 13. Teror Kecil
14 14. Makan Malam
15 15. Reuni
16 16. Rahasia
17 17. Undangan
18 18. Pesta Pertunangan
19 19. Dipermalukan
20 20. Bicara Berdua
21 21. Alex
22 22. Keributan
23 23. Memanfaatkan Alex
24 24. Kegalauan Zaki
25 25. Kedatangan Selvi
26 26. Kedatangan Selvi 2
27 27. Selamat Tinggal Ibu
28 28. Kemarahan Jeff
29 29. Rencana
30 30. Pertunjukan Segera Dimulai
31 31. Layar Raksasa
32 32. Batal
33 33. Tersangka
34 34. Balasan
35 35. Datang Untuk Meminta Maaf
36 36. Usai
37 37. Pelaku Sebenarnya
38 38. Laporan Dari Yayasan
39 39. Bulan-bulanan
40 40. Kejahatan Lain
41 41. Bara Api
42 42. Belum Jera
43 43. Selvi Menemui Alex
44 44. Bangkrut
45 45. Kekurangan Uang
46 46. Hutang Budi
47 47. Menjenguk Harsa
48 48. Serangan Tiba-tiba
49 49. Sengaja Memanas-manasi
50 50. Rencana Lain
51 51. Makan Malam Jebakan
52 52. Senjata Makan Tuan
53 53. Pergi Kemana?
54 54. Karma Apalagi?
55 55. Hamil Tanpa Suami
56 56. Harsa
57 57. Laki-laki Itu
58 58. Extra Part 1
59 59. Ekstra Part 2
60 60. Extra Part 3 (Tamat)
Episodes

Updated 60 Episodes

1
1. Dikerjai dan Difitnah
2
2. Pulang
3
3. Semesta Memberi Jalan
4
4. Restoran dan Kenangannya
5
5. Pingsan Tanpa Rencana
6
6. Dira Si Dekil
7
7. Membeli Mobil
8
8. Reuni Tak Terduga
9
9. Manis Di Depan
10
10. Insomnia
11
11. Keluarga Vinson
12
12. Menggali Lubang
13
13. Teror Kecil
14
14. Makan Malam
15
15. Reuni
16
16. Rahasia
17
17. Undangan
18
18. Pesta Pertunangan
19
19. Dipermalukan
20
20. Bicara Berdua
21
21. Alex
22
22. Keributan
23
23. Memanfaatkan Alex
24
24. Kegalauan Zaki
25
25. Kedatangan Selvi
26
26. Kedatangan Selvi 2
27
27. Selamat Tinggal Ibu
28
28. Kemarahan Jeff
29
29. Rencana
30
30. Pertunjukan Segera Dimulai
31
31. Layar Raksasa
32
32. Batal
33
33. Tersangka
34
34. Balasan
35
35. Datang Untuk Meminta Maaf
36
36. Usai
37
37. Pelaku Sebenarnya
38
38. Laporan Dari Yayasan
39
39. Bulan-bulanan
40
40. Kejahatan Lain
41
41. Bara Api
42
42. Belum Jera
43
43. Selvi Menemui Alex
44
44. Bangkrut
45
45. Kekurangan Uang
46
46. Hutang Budi
47
47. Menjenguk Harsa
48
48. Serangan Tiba-tiba
49
49. Sengaja Memanas-manasi
50
50. Rencana Lain
51
51. Makan Malam Jebakan
52
52. Senjata Makan Tuan
53
53. Pergi Kemana?
54
54. Karma Apalagi?
55
55. Hamil Tanpa Suami
56
56. Harsa
57
57. Laki-laki Itu
58
58. Extra Part 1
59
59. Ekstra Part 2
60
60. Extra Part 3 (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!