2. Pulang

Delapan tahun kemudian ...

Di sebuah ruangan di sebuah gedung pencakar langit, duduk seorang wanita yang sedang sibuk di depan laptop.

"Dir, ini laporan keuangan yang kamu minta," ucap seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangan.

"Terima kasih, taruh saja di meja. Aku akan memeriksanya nanti," balas Dira yang sekarang menjabat sebagai wakil direktur di sebuah perusahaan.

"Setengah jam lagi ada rapat direksi, aku harap kamu nggak lupa." Tia mengingatkan karena atasan yang sudah menganggapnya sebagai teman itu sering lupa waktu kalau sudah di depan laptopnya.

Dira melirik jam di tangannya. "Aku selesaikan ini dulu. Setelah itu aku akan langsung ke ruang meeting."

"Oke," jawab Tia, sang asisten lalu bergegas meninggalkan ruangan.

Belum selesai Dira mengerjakan pekerjaannya, ponselnya berdering. Dira melirik sebentar ke layar ponsel, melihat nama yang tertera di sana. "Ibu?" gumamnya. Segera dia hentikan pekerjaannya. Tidak ada alasan apapun bagi Dira untuk tidak menjawab telepon dari orang yang paling berjasa dalam hidupnya, meskipun sebenarnya hubungan mereka tidak begitu dekat.

"Halo Ibu ... " sapa Dira.

"Halo Dira, gimana kabarmu Nak?"

"Dira baik Ibu, ada apa ibu meneleponku siang-siang begini?" tanya Dira. Tidak biasanya ibunya itu menelepon di siang hari karena dia tahu siang hari adalah waktunya Dira bekerja.

"Ibu hanya kangen sama kamu Dira. Sudah berapa bulan kita tidak bertemu? Ibu sudah tua, sudah sakit-sakitan. Apa kamu tidak mau pulang dan menemani ibu menghabiskan masa tua ibu?" tanya Narti di ujung telepon.

Sudah delapan tahun sejak Dira lulus SMA, dia tidak pernah menginjakkan kakinya di kota kelahirannya. Kenangan buruk semasa remajanya begitu membekas di dalam ingatannya dan meninggalkan goresan-goresan yang dalam di hatinya membuatnya enggan kembali ke kota itu.

Setelah lulus SMA, Dira mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di luar kota, kebetulan setelah lulus kuliah Dira langsung mendapatkan pekerjaan di kota itu hingga Dira menetap sampai sekarang tanpa mau kembali ke kampung halamannya.

Tetapi itu tidak berarti Dira melupakan ibunya. Tiap bulan dia rutin mengirim uang untuk sang ibu. Bahkan dia juga mengirim uang untuk merenovasi rumah sehingga rumah sederhana mereka menjadi rumah yang cukup mewah. Tidak cukup sampai di situ, Dira juga membayar orang untuk bekerja di rumah ibunya sekaligus menjadi teman bagi ibunya. Dira tidak pernah mau kembali ke kota yang dia anggap penuh kenangan menyakitkan itu.

"Kalau begitu aku akan mengirim tiket pesawat. Ibu bisa menyusulku ke sini," jawab Dira. Setiap kali ibunya mengatakan kangen, Dira akan mengirimkan tiket pesawat dan meminta ibunya datang ke kota tempat tinggalnya sekarang. Berkali-kali Dira meminta sang ibu agar mau tinggal bersamanya tetapi Narti selalu menolak karena memilih untuk menghabiskan masa tua di tanah kelahirannya.

"Ibu lelah kalau harus bepergian jauh. Rasanya badan ibu tidak kuat jika harus duduk di dalam pesawat terlalu lama. Kamu saja yang pulang ke sini. Apa kamu tidak kangen dengan teman-temanmu sekolahmu dulu? Non Selvi dan Rieke?"

Kangen? Dira berusaha mati-matian agar bisa melupakan mereka, tetapi ibunya selalu membicarakan mereka dan membuat Dira mengingat mereka.

"Pulanglah, ibu akan sangat senang jika bisa melihatmu barang sehari atau dua hari," ucap Narti penuh harap.

"Akan aku usahakan bu, nanti aku kabari. Maaf ibu, aku harus meeting sekarang, jadi aku akan menutup teleponnya."

"Iya nak, ibu mengerti." Dira menutup teleponnya lalu pergi ke ruang meeting.

Dua jam kemudian...

Dira kembali ke ruangannya dengan wajah murung. Dewan direksi memutuskan Dira untuk memegang kendali atas perusahaan yang ada di kota X, yaitu kota asal Dira. Dira merasa dilema. Di satu sisi dia senang karena ini artinya dia naik jabatan sebagai Direktur utama tetapi di sisi lain dia tidak suka karena harus kembali ke kota yang dia anggap penuh kenangan menyakitkan itu.

"Mungkin memang sudah saatnya kembali. Setidaknya aku bisa menunjukkan pada mereka jika aku bukan si dekil dan miskin seperti yang mereka teriakan kepadaku dulu," gumam Dira meyakinkan dirinya sendiri.

Dira sangat tidak ingin kembali ke kota itu bahkan untuk sekedar berkunjung saja dia tidak sudi. Tetapi demi pekerjaan dia akan melakukannya karena Dira sangat mencintai pekerjaannya. Bagi Dira sekarang, bekerja adalah hal paling penting dalam hidupnya karena dengan bekerja dia bisa menghasilkan uang untuk memperbaiki hidupnya dan hidup ibunya.

* *

Mobil yang mengantarkan Dira berhenti persis di depan rumah yang tampak agak asing bagi Dira. Lama Dira memandangi rumah itu, rumah yang sudah bertahun-tahun dia tinggalkan. Rumah yang dulu sederhana itu kini tampak mewah dan semua berkat kerja kerasnya. Dira terus mematung, hingga akhirnya sopir yang mengantarkannya memanggilnya.

"Bu Dira, sudah sampai," ucap sopir yang mengantar Dira.

"Eh ... Iya Pak. Terimakasih. Besok tolong jemput saya di sini pukul setengah delapan ya Pak," ucap Dira kepada pak sopir yang merupakan sopir perusahaannya.

"Baik Bu Dira," jawab Pak sopir ramah.

Lalu Dira pun turun dari mobil sementara pak sopir membantu mengangkat koper-koper Dira.

"Dira ... ?!!!" pekik Narti yang tiba-tiba membuka pintu rumah. "Kamu pulang nak?! Akhirnya .... " ucapnya tidak percaya.

Dira segera berlari memeluk sang ibu sambil menahan air matanya. Setelah delapan tahun akhirnya dia pulang ke rumahnya lagi bukan karena permintaan ibunya, melainkan karena keputusan perusahaan.

Malam harinya...

Dira bersama Narti sedang menghabiskan waktu bersama di ruang keluarga. Semua barang-barang Dira sudah di tata di kamarnya oleh pembantu sehingga sekarang Dira bisa bersantai bersama ibunya. Hubungan Dira dengan ibunya tidak begitu dekat karena dari dulu ibunya selalu membandingkan dia dengan Selvi, anak majikannya. Meskipun begitu Dira tidak pernah membenci ibunya.

"Beberapa waktu yang lalu ibu bertemu Non Selvi. Dia menanyakan kabarmu Dira," ucap Narti memulai pembicaraan.

Telinga Dira langsung panas hanya mendengar namanya saja. Selama ini dia tidak pernah ingin tahu dengan apa yang terjadi pada Selvi dan yang lainnya. Dira selalu menutup mata dan telinganya rapat-rapat untuk sesuatu yang berkaitan dengan teman-teman SMA nya terutama Selvi dan Rieke. Tetapi setiap kali bertemu ibunya, selalu nama Selvi dan Rieke dia sebutkan. Biasanya Dira langsung mengalihkan topik pembicaraan jika ibunya mulai menyebut nama dua perempuan itu.

"Ibu sudah tidak bekerja di rumahnya, jadi berhentilah menyebutnya Non Selvi," balas Dira datar.

"Dia sudah punya kekasih, seorang pengusaha. Mereka akan bertunangan sebentar lagi," lanjut Narti tanpa memperhatikan perubahan raut wajah putrinya itu dan mengabaikan kata-kata Dira agar tidak menyebut Selvi dengan embel-embel "Non" lagi. "Beruntung sekali Non Selvi, lahir dari keluarga kaya, wajahnya cantik, baik hati sudah gitu dapat jodoh juga laki-laki tampan dan mapan."

Telinga Dira semakin panas mendengar kata-kata ibunya. Bagaimana bisa hidup Selvi mulus-mulus saja setelah apa yang dia lakukan kepadanya. Seharusnya sekarang dia menderita karena mendapatkan balasan atas apa yang dia lakukan dulu, tetapi nyatanya dia baik-baik saja.

"Lalu bagaimana dengan Rieke?" tanya Dira yang akhirnya penasaran dengan orang-orang yang dulu membully dirinya. Bagi Dira, mereka semua tidak layak disebut teman. Tetapi karena ibunya sejak tadi membicarakan mereka akhirnya, Dira pun terpancing.

"Rieke membuka sebuah restoran. Sepertinya usahanya juga sukses karena kata orang-orang restorannya selalu ramai pengunjung," terang Narti. Dira semakin tidak suka mendengarnya. Dira merasa tidak terima mendengar orang-orang yang dulu jahat kepadanya bisa melanjutkan hidup mereka dengan mudah sementara Dira terus dihantui rasa malu dan sakit hati seumur hidupnya. Bahkan bully-an yang dia terima dulu sering membuatnya mengalami mimpi buruk hingga insomnia.

"Mereka 'kan sahabatmu Dira, masa kamu sampai tidak tahu kabar mereka? Apa kalian tidak saling menelepon?" tanya Narti yang masih berpikir jika Selvi dan Rieke adalah sahabat Dira. "Temuilah Non Selvi dan Rieke. Mereka pasti senang melihatmu."

Terpopuler

Comments

élis 🇵🇸

élis 🇵🇸

narti knp selalu membanggakan orang lain

2024-05-07

1

Elsa Devika

Elsa Devika

baru juga 1 detik udh 8 tahun aja thor🤭
cepar kilat skalee🤣😭

2024-05-17

1

R yuyun Saribanon

R yuyun Saribanon

kasih tauin aja pd ibu mu kondisi sebenarnya dir

2024-04-25

0

lihat semua
Episodes
1 1. Dikerjai dan Difitnah
2 2. Pulang
3 3. Semesta Memberi Jalan
4 4. Restoran dan Kenangannya
5 5. Pingsan Tanpa Rencana
6 6. Dira Si Dekil
7 7. Membeli Mobil
8 8. Reuni Tak Terduga
9 9. Manis Di Depan
10 10. Insomnia
11 11. Keluarga Vinson
12 12. Menggali Lubang
13 13. Teror Kecil
14 14. Makan Malam
15 15. Reuni
16 16. Rahasia
17 17. Undangan
18 18. Pesta Pertunangan
19 19. Dipermalukan
20 20. Bicara Berdua
21 21. Alex
22 22. Keributan
23 23. Memanfaatkan Alex
24 24. Kegalauan Zaki
25 25. Kedatangan Selvi
26 26. Kedatangan Selvi 2
27 27. Selamat Tinggal Ibu
28 28. Kemarahan Jeff
29 29. Rencana
30 30. Pertunjukan Segera Dimulai
31 31. Layar Raksasa
32 32. Batal
33 33. Tersangka
34 34. Balasan
35 35. Datang Untuk Meminta Maaf
36 36. Usai
37 37. Pelaku Sebenarnya
38 38. Laporan Dari Yayasan
39 39. Bulan-bulanan
40 40. Kejahatan Lain
41 41. Bara Api
42 42. Belum Jera
43 43. Selvi Menemui Alex
44 44. Bangkrut
45 45. Kekurangan Uang
46 46. Hutang Budi
47 47. Menjenguk Harsa
48 48. Serangan Tiba-tiba
49 49. Sengaja Memanas-manasi
50 50. Rencana Lain
51 51. Makan Malam Jebakan
52 52. Senjata Makan Tuan
53 53. Pergi Kemana?
54 54. Karma Apalagi?
55 55. Hamil Tanpa Suami
56 56. Harsa
57 57. Laki-laki Itu
58 58. Extra Part 1
59 59. Ekstra Part 2
60 60. Extra Part 3 (Tamat)
Episodes

Updated 60 Episodes

1
1. Dikerjai dan Difitnah
2
2. Pulang
3
3. Semesta Memberi Jalan
4
4. Restoran dan Kenangannya
5
5. Pingsan Tanpa Rencana
6
6. Dira Si Dekil
7
7. Membeli Mobil
8
8. Reuni Tak Terduga
9
9. Manis Di Depan
10
10. Insomnia
11
11. Keluarga Vinson
12
12. Menggali Lubang
13
13. Teror Kecil
14
14. Makan Malam
15
15. Reuni
16
16. Rahasia
17
17. Undangan
18
18. Pesta Pertunangan
19
19. Dipermalukan
20
20. Bicara Berdua
21
21. Alex
22
22. Keributan
23
23. Memanfaatkan Alex
24
24. Kegalauan Zaki
25
25. Kedatangan Selvi
26
26. Kedatangan Selvi 2
27
27. Selamat Tinggal Ibu
28
28. Kemarahan Jeff
29
29. Rencana
30
30. Pertunjukan Segera Dimulai
31
31. Layar Raksasa
32
32. Batal
33
33. Tersangka
34
34. Balasan
35
35. Datang Untuk Meminta Maaf
36
36. Usai
37
37. Pelaku Sebenarnya
38
38. Laporan Dari Yayasan
39
39. Bulan-bulanan
40
40. Kejahatan Lain
41
41. Bara Api
42
42. Belum Jera
43
43. Selvi Menemui Alex
44
44. Bangkrut
45
45. Kekurangan Uang
46
46. Hutang Budi
47
47. Menjenguk Harsa
48
48. Serangan Tiba-tiba
49
49. Sengaja Memanas-manasi
50
50. Rencana Lain
51
51. Makan Malam Jebakan
52
52. Senjata Makan Tuan
53
53. Pergi Kemana?
54
54. Karma Apalagi?
55
55. Hamil Tanpa Suami
56
56. Harsa
57
57. Laki-laki Itu
58
58. Extra Part 1
59
59. Ekstra Part 2
60
60. Extra Part 3 (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!