"Kenapa memangnya? Aku 'kan hanya menyebut namanya, bukan menceritakan soal ... "
"Diam!!!" potong Selvi sebelum Rieke sempat menyelesaikan kalimatnya. "Jangan pernah membicarakan dia lagi di depan Zaki ataupun di depan semua orang!"
Rieke mengangguk. Lalu kemudian Selvi pergi menyusul Zaki.
"Biasanya kamu tidak pernah terlambat jika berjanji denganku. Kenapa tadi bisa terlambat? Apa yang terjadi?" tanya Selvi begitu mobil mulai berjalan.
"Tadi Dira tiba-tiba pingsan. Aku membantunya dan menemaninya dulu."
Selvi merasa tidak suka mendengar jawaban Zaki. Dia tidak rela Zaki memberikan perhatian kepada perempuan lain selain dirinya.
"Dasar manja! Pasti dia hanya berpura-pura untuk menarik perhatianmu!" gerutu Selvi menunjukkan ketidaksukaannya.
"Aku merasa bersalah karena aku yang mengajaknya meeting padahal dia belum sempat makan. Dan itu aku lakukan agar aku bisa menemani tuan puteriku ini memilih gaun," rayu Zaki yang sadar jika Selvi mulai cemburu. "Aku tidak sendirian Sayang, ada asisten Dira juga jadi kamu jangan berpikir yang tidak-tidak," terang Zaki panjang lebar.
Selvi pun terdiam meskipun masih merasa sedikit kesal.
Sore harinya...
Dira baru saja menyelesaikan pekerjaannya tetapi dia belum ingin pulang. Dia masih harus mencari lokasi yang akan dia gunakan untuk membuka restoran. Dira sedang menunggu taksi pesanannya datang. Dira tidak enak jika harus meminta pak sopir yang biasa mengantar jemput dirinya untuk mengantarnya karena ini bukan urusan perusahaan.
"Sepertinya aku harus membeli mobil," gumam Dira. Lalu dia mengambil ponsel dari dalam tasnya. Dira menghubungi satu-satunya orang yang terlintas di kepalanya, yaitu Zaki. Sebenarnya Dira bisa pergi sendiri, tinggal tunjuk mobil yang dia suka lalu membayarnya, selesai. Tetapi Dira tidak ingin melakukannya karena dengan alasan ini dia bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama Zaki.
"Halo," sahut suara di seberang telepon.
"Apa aku mengganggumu?"
"Tidak, ada apa Dira?"
"Begini, aku ingin membeli mobil. Apa kamu punya showroom rekomendasi atau mungkin seller mobil yang kamu percaya?" tanya Dira.
"Oh, tentu saja. Aku akan mengantarmu ke seller mobil langganan keluargaku. Kapan kamu ada waktu?"
"Aku butuh mobil secepatnya, apakah nanti malam kamu bisa? Sekitar jam delapan?" tanya Selvi hati-hati.
"Tentu saja, kebetulan aku sedang tidak ada acara. Kirimkan aku alamat rumahmu, nanti aku akan menjemputmu." Zaki benar-benar orang baik, bahkan dia berinisiatif untuk menjemput Dira tanpa diminta.
"Apa tidak masalah? Apa kekasihmu tidak marah?" Padahal memang tujuan utama Dira adalah membuat Selvi marah.
"Tenang saja. Sudah aku katakan, kekasihku adalah orang yang sangat pengertian."
"Baiklah, sampai jumpa nanti malam. Terima kasih sebelumnya," ucap Dira kemudian menutup teleponnya.
"Tidak masalah," jawab Zaki.
Tepat saat Dira menutup teleponnya, taksi pesanannya datang. Dira pun bergegas pergi.
Sampai di rumah, Dira hanya membersihkan badannya sebentar lalu bersiap-siap karena Zaki akan datang menjemputnya.
"Kamu akan pergi lagi Dira?" tanya Narti, melihat Dira sudah terlihat cantik meskipun hanya memakai pakaian kasual.
"Iya Ibu, aku akan pergi bersama temanku sebentar," jawab Dira.
"Ada tamu untuk Non Dira," ucap pembantu yang bekerja di rumah Dira.
"Suruh masuk Bi," jawab Dira. Pembantu itu mengangguk.
Beberapa menit kemudian Zaki masuk. "Hai ... Sebentar, Aku ambil tas dulu," ucap Dira lalu pergi ke kamar mengambil tasnya.
"Selamat malam Tante," sapa Zaki kepada Narti yang duduk dan terus memperhatikannya.
Narti tersenyum. Dia pikir laki-laki ini adalah kekasih Dira dan itu membuatnya bahagia. "Silahkan duduk," ucap Narti.
"Terimakasih Tante." Zaki pun duduk berhadapan dengan Narti.
"Sudah lama berteman dengan Dira?"
"Baru saja Tante. Kami adalah rekan bisnis," jawab Zaki apa adanya.
"Kami hanya teman ibu, Zaki sudah punya kekasih," ucap Dira memotong pembicaraan Zaki dan ibunya. Dira tahu ibunya ingin dia punya pasangan dan segera menikah, tetapi itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat. "Kita berangkat sekarang," ucap Dira.
Lalu Zaki pamit kepada Narti dan mereka berdua pun pergi. Selama di dalam mobil, Zaki tidak henti-hentinya mencuri pandang ke arah Dira. Dia seperti terpesona melihat Dira yang sangat berbeda jika dibandingkan ketika dia sedang bekerja. Seandainya dia belum punya Selvi, pasti Zaki jatuh cinta padanya.
"Kamu terlihat berbeda." Kata-kata itu keluar juga dari bibir Zaki setelah beberapa saat dia menahannya.
Dira tersenyum. "Apa maksudmu?"
"Kamu terlihat anggun dan berwibawa ketika di kantor, tetapi kali seperti ini kamu terlihat seperti anak remaja." Zaki tidak bisa menyembunyikan kekagumannya.
"Jangan merayuku Zaki, ingat kamu sudah punya kekasih dan akan bertunangan," balas Dira santai.
Zaki tertawa mendengar jawaban Dira. "Kamu benar-benar orang yang asyik Dira. Ngomong-ngomong, apa kamu sudah punya kekasih? Dari pertama kita bertemu, hanya aku yang terus-terusan membicarakan kekasih."
"Tidak. Aku tidak punya kekasih dan aku juga tidak berniat untuk menjalin hubungan dengan siapapun saat ini."
"Wow, padahal kamu cantik. Aku pasti akan memacarimu seandainya aku belum punya kekasih."
"Ya, tetapi aku belum tentu mau pacaran denganmu," balas Dira tanpa ragu dan Zaki tertawa dibuatnya.
Beberapa saat kemudian mereka berdua sampai di sebuah showroom mobil.
"Selamat datang." Zaki dan Dira disambut langsung oleh pemilik showroom. Keluarga Zaki adalah orang yang cukup terpandang di kota ini, jadi mereka selalu mendapatkan pelayanan yang terbaik.
"Hai Felix, temanku mencari sebuah mobil. Tawarkan padanya apa yang kamu punya," ucap Zaki.
"Dengan senang hati," jawab Felix. "Kamu ingin mobil yang seperti apa?" Pria bernama Felix itu ingin membawa Dira melihat-lihat.
Belum sempat melangkah, Dira menunjuk sebuah Ferrari hitam tidak jauh dari tempatnya berdiri. "Aku mau yang itu!"
"Kamu tidak ingin melihat yang lain dulu?" tanya Felix.
"Tidak. Aku sudah punya yang merah sebelumnya, dan sekarang aku ingin yang warna hitam."
"Tapi ... "
"Tapi apa Felix? Berikan saja!" ucap Zaki.
"Tapi sudah ada yang melihat dan ingin membelinya. Dan mobil Ferrari hitam itu hanya satu-satunya di kota ini. Orang itu bisa marah."
"Tapi dia belum membayarnya 'kan?"
"Belum sih, tapi ... " Felix terlihat ragu.
"Ya sudah, berikan saja pada temanku ini." Zaki memaksa.
"Aku mau mobil itu. Titik. Kita urus pembayarannya sekarang!"
"Wow, aku suka temanmu ini Zaki. Dia bahkan tidak menanyakan harganya, tidak seperti calon pembeli sebelumnya," ucap Felix. Lalu pria itu menyuruh asistennya menyiapkan surat-surat yang harus ditandatangani oleh Dira.
"Apa Zaki merayumu? Dia sudah punya kekasih, jangan sampai tergoda rayuannya."
"Aku tidak akan jatuh pada rayuan siapapun," balas Dira datar.
"Dia seorang direktur Felix, jangan bicara macam-macam dengannya," tegur Zaki.
"Wow lagi ... Kamu masih muda tapi sudah menjadi direktur. Luar biasa!"
Zaki dan Dira akan pulang setelah selesai mengurus semuanya. Mereka akan mengendarai mobil masing-masing.dan akan kembali ke rumah masing-masing.
"Aku rasa aku akan pulang sekarang. Terima kasih Felix, terima kasih Zaki. Sampai jumpa." Lalu Dira berjalan menuju mobil barunya.
"Sebaiknya kamu bersiap-siap karena mungkin Selvi akan marah setelah ini," ucap Felix kepada Zaki dan Dira masih bisa mendengarnya.
"Kenapa? Dia sudah tahu kalau Dira adalah rekan bisnisku."
"Bukan soal itu, tetapi soal mobil itu. Dia lah yang kemarin datang dan ingin membelinya. Tetapi dia masih menunggu ayahnya memberinya uang."
"Apa? Kenapa kamu tidak mengatakannya dari tadi?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Rafinsa
balas dendam dimulai dengan cara TK terduga
2024-11-28
1
Shinta Dewiana
ha ..ha...ha. ..balas dendam tanpa sengaja ...mantap
2025-02-10
0
Siti solikah
bagus kak
2025-02-27
0