Di dalam kamarnya Dira tertidur tetapi dia terlihat gelisah. Keringat membasahi tubuhnya meskipun AC di dalam kamarnya menyala.
"Jangan ... " rintih Dira dalam tidurnya. "Aku mohon, jangan lakukan itu." Dira terus terisak tetapi matanya tetap terpejam. Berulangkali Dira memohon sampai akhirnya dia membuka matanya dan sadar itu hanya mimpi buruk.
Dira bangun lalu menghapus air mata yang membasahi pipinya. Ini hanya mimpi buruk, tetapi rasa sesak di dadanya sama seperti ketika Dira mengalami pembullyan itu. Kejadian itu terus membayanginya seperti baru kemarin dia mengalaminya.
Dira mengambil gelas berisi air minum yang ada di nakasnya lalu berjalan keluar menuju balkon kamarnya. Hampir setiap malam Dira mengalami mimpi seperti ini. Setelah bermimpi seperti ini Dira tidak akan bisa tertidur lagi hingga pagi harinya dan itu sangat menyiksanya.
Kapan mimpi buruk ini hilang dari hidupku? Apa membalas perbuatan mereka bisa menyembuhkan sakit hatiku? Apa lantas aku akan hidup tenang setelahnya? Apakah orang-orang seperti mereka panas hidup bahagia?
Dira memandang kosong langit malam dari balkon kamarnya.
Selama ini tidak terbesit sedikitpun niat untuk membalas dendam, dia membiarkan karma bekerja dengan sendirinya. Dia sudah hidup enak sekarang, semua yang dulu dia inginkan bisa dia miliki sekarang. Uang, jabatan dan rumah mewah semuanya dia punya. Yang Dira inginkan hanyalah melanjutkan hidupnya tenang dan menjauh dari masa lalunya meskipun ada sesuatu yang terus mengganjal di hatinya.
Tetapi setelah mendengar cerita ibunya, rasa tidak terima itu muncul. Rasa sakit hati yang selama ini dia pendam juga tiba-tiba menyembul ke permukaan seperti mendorong Dira untuk membalas mereka yang pernah menyakitinya.
"Ya, aku akan membalas mereka! Aku bukan Dira yang dulu!" gumam Dira membulatkan tekadnya.
Kepulangan Dira ke kota ini yang tadinya hanya karena pekerjaan berubah setelah mendengar cerita ibunya, Dira jadi punya alasan lain. Dia pulang untuk membalas dendam. Jika karma belum mendatangi mereka, maka Dira yang akan mengantarkannya.
Keesokan harinya...
Dira memulai hari pertamanya bekerja di perusahaannya yang baru. Di perusahaan sebelumnya dia memegang jabatan sebagai wakil direktur, tetapi di sini Dira menjabat sebagai direktur utama. Dira melangkah anggun memasuki lobi perusahaan. Kulitnya yang putih bersih membuatnya terlihat cantik bahkan dari kejauhan sekalipun. Siapa yang menyangka gadis cantik dan anggun ini dulunya adalah korban bully dan mendapat julukan si dekil.
"Dira, langsung ke ruang meeting saja. Rapat akan segera di mulai," sambut Tia yang lebih dulu sampai di sana. Sebelumnya, Dira membawa Tia ikut pindah bersamanya karena dia tidak ingin mencari asisten baru. Dira merasa kinerja Tia sudah cocok dengan kriterianya.
"Oke." Dira dan Tia pun langsung menuju ruang meeting.
Meeting tidak berlangsung lama karena hanya memperkenalkan Dira sebagai Dirut baru di perusahaan ini. Selesai meeting, Dira langsung menemui klien pertamanya setelah dia menjabat sebagai Direktur utama, untuk membahas kerja sama.
"Halo Pak Zaki, senang bertemu dengan anda," sapa Dira kepada klien barunya.
"Panggil Zaki saja, saya belum tua-tua amat untuk dipanggil Bapak," jawab klien Dira yang bernama Zaki itu santai. "Selamat datang di kota ini Bu Indira, semoga anda betah di sini," balas Zaki.
Dira hanya mengangguk datar karena pada dasarnya Dira dingin kepada semua laki-laki.
Pembicaraan kerja sama berjalan lancar lalu mereka lanjut dengan pembicaraan ringan.
"Bu Dira, anda baru di sini 'kan? Kalau anda butuh teman untuk jalan-jalan aku bisa meminta kekasihku untuk menemanimu. Dia pasti senang," Zaki menawarkan.
"Terimakasih Zaki, panggil Dira saja. Saya merasa belum terlihat seperti ibu-ibu, dan tidak usah berbicara formal kepadaku," balas Dira. "Jadi kamu sudah punya kekasih?"
Zaki tersenyum. "Kami sudah berhubungan cukup lama dan akan bertunangan sebentar lagi," terang Zaki.
"Oh ... Selamat kalau begitu. Ngomong-ngomong, aku asli orang sini. Aku tetapi aku sudah lama tinggal di luar kota jadi tidak begitu punya banyak teman di sini."
Pembawaan Zaki yang lebih dominan dalam pembicaraan membuat Dira cepat akrab dengan laki-laki itu, padahal biasanya Dira adalah sosok yang dingin terhadap laki-laki. Dira yang tidak biasa berbincang dengan orang asing bisa langsung nyambung dengan Zaki bahkan mereka terlihat asyik mengobrol layaknya sahabat yang sudah lama tidak bertemu.
"Benarkah? Kapan-kapan aku kenalkan kamu dengan calon tunanganku. Namanya Selvi Adriani, kalian pasti akan cocok," ujar Zaki yang sejak awal seperti sangat membanggakan kekasihnya.
Deg! Nama itu, tidak salah lagi!
Sepertinya semesta menyetujui rencana Dira untuk membalas dendam. Di hadapannya sekarang duduk seseorang yang saat ini menjadi kekasih dari orang yang sangat dia benci. Ini seperti umpan yang datang sendiri tanpa dicari.
"Sepertinya aku mengenal kekasihmu. Dia satu sekolah denganku ketika SMA dulu. Tetapi kami tidak begitu dekat," ucap Dira penuh percaya diri. Kenapa harus minder jika sekarang dia adalah seorang direktur utama sebuah perusahaan besar? Tidak ada lagi Dira yang minder karena dekil dan miskin.
"Wow ... Benarkah? Ternyata dunia ini sempit sekali. Aku akan katakan padanya jika aku bertemu denganmu."
"Tentu saja, tolong sampaikan salamku," ucap Dira disertai senyum misterius. Dari cara Zaki membicarakan Selvi terlihat sekali jika Zaki sangat mencintainya dan itu membuat Dira tidak suka. Seandainya dulu Selvi baik padanya pasti Dira juga akan ikut bahagia melihat temannya bahagia. Tetapi dulu Selvi sangat kejam sehingga Dira berpikir jika Selvi tidak pantas mendapatkan kebahagiaan yang dia miliki sekarang.
"Pasti akan ku sampaikan," balas Zaki.
"Sepertinya kamu sangat mencintai kekasihmu?" pancing Dira.
"Kami sudah cukup lama berhubungan. Dia sangat baik dan pengertian." Lalau Zaki menceritakan tentang dirinya dan Selvi. Tak henti-hentinya Zaki memuji Selvi yang dia anggap sempurna di matanya hingga Dira ingin sekali memberitahu Zaki seperti apa sebenarnya Selvi. Tapi tidak sekarang.
* *
Di sebuah restoran mewah...
"Bagaimana meeting dengan partner bisnis baru yang kamu ceritakan kemarin Sayang?" Selvi berbicara sambil menyantap hidangan makan malam di depannya.
"Oh ... Aku sampai lupa menceritakannya padamu. Ternyata partner bisnisku ini mengenalmu. Kami sempat ngobrol dan aku menceritakan tentang kamu kepadanya."
"Tunggu ... Tunggu ... Kamu menceritakan aku kepada partner bisnismu?" Selvi tidak percaya.
"Tentu saja, semua orang harus tahu jika aku mempunyai seorang kekasih yang cantik dan baik hati seperti kamu," jawab Zaki dengan manisnya.
"Dia laki-laki atau perempuan?"
"Dia perempuan, cantik seperti kamu. Tetapi bagiku kamu yang paling cantik."
Selvi tersenyum melihat bagaimana bucin-nya sang kekasih kepadanya. "Lalu dia bilang apa?" tanyanya.
"Dia bilang dia mengenalmu dan kalian dulu satu sekolah, bahkan satu kelas."
"Benarkah? Siapa namanya?"
"Namanya Indira Oktavia."
Selvi terdiam sejenak. "Kenapa aku tidak ingat nama itu? Kamu yakin dia teman sekolahku?" tanya Selvi kemudian. Tidak ada ekspresi apapun di wajahnya seperti dia memang tidak mengenal nama yang baru saja disebut oleh tunangannya itu.
"Masa sih? Tetapi dia bilang dia mengenalmu."
"Mungkin dia salah orang. Atau nanti aku lihat di buku tahunan sekolah. Mungkin setelah itu aku akan ingat," ucap Selvi santai.
"Kapan-kapan aku ajak kamu bertemu dengannya. Kamu mau 'kan? Dia sangat baik dan ramah, kamu pasti akan cocok berteman dengannya."
"Tentu saja, aku tidak sabar ingin segera bertemu dengannya," jawab Selvi disertai senyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Siti solikah
ayo balas dendammu dira
2025-02-27
0
Titin Andien
ko Dira di perkalikan ga baik ibunya ga tau sih
2025-01-07
1
Nicky Nick
tunggu blsan dr dira silvi..
2024-10-10
0