Akhir dari tudingan menyakitkan.

"Kita kembali sekarang, tuan???." Asisten Randi nampak kebingungan dengan sikap tuannya itu. bagaimana tidak, mereka bahkan baru saja tiba dan belum membeli apapun tapi kini sudah beranjak meninggalkan supermarket begitu saja.

"Hemt." mendapatkan respon sesingkat itu dari Damar berhasil membuat asisten Randi membungkam mulutnya. Sebagai asisten pribadi yang sudah menemani Damar lebih dari lima tahun membuat pria itu cukup mengenal kepribadian tuannya itu, di mana jika Damar menampilkan sikap demikian itu artinya pria itu dalam suasana hati yang kurang baik.

Di sepanjang perjalanan kembali ke rumah Damar terlihat hanya diam, seperti sedang memikirkan sesuatu hingga membuat asisten Randi dibuat bertanya tanya dalam hati. Apakah gerangan yang berhasil merubah mood Damar.

"Kita sudah sampai di rumah, tuan." sudah lebih dari Lima belas menit tiba di rumah namun Damar belum juga melakukan pergerakan apapun, akhirnya Asisten Randi pun nekat bersuara dan sepertinya usahanya itu berhasil membuyarkan lamunan Damar.

Tersadar dari lamunannya, Damar pun segera turun dari mobil dan melangkahkan kakinya memasuki rumah.

"Mana titipan mama, Damar???." tanya mama Lina seraya menatap tangan Damar yang nampak kosong begitu pun dengan asisten Randi.

"Damar tidak sempat mampir untuk membeli pesanan mama." dusta Damar, lalu kemudian melanjutkan langkahnya menapaki anak tangga menuju kamarnya.

Mendengar tuannya itu tengah berdusta pada ibunya, Asisten Randi memilih mengangguk mengiyakan ketika pandangan Mama Lina beralih padanya, sebelum kemudian ia pamit kembali ke perusahaan.

Hari ini Damar memang Sengaja kembali lebih awal untuk mempersiapkan keberangkatannya ke luar negeri untuk urusan pekerjaan malam ini.

"Apa karena aku tidak pernah memberi nafkah batin sehingga membuatmu seenaknya saja berjalan berduaan dengan pria lain di luar sana???." seraya menahan amarahnya Damar bergumam saat menjatuhkan bokongnya di sofa kamar. Damar yang tengah duduk di sofa sesekali menatap ke arah jalan dinding yang menggantung pada dinding kamar.

Satu jam berlalu, namun Mita belum juga kembali. "Apa mereka berniat menginap di hotel sampai dia tak kunjung kembali????." entah mengapa membayangkan hal itu hati Damar semakin memanas.

Dua jam kemudian, tepatnya pukul lima sore.

Ceklek.

Suara pintu kamar yang dibuka dari arah luar sontak mengalihkan perhatian Damar ke sumber suara. pria itu kini tengah duduk dengan posisi menyilangkan kedua kakinya di sofa kamar.

Tatapannya kini terhunus tajam ke arah Mita yang kini masih berdiri mematung di ambang pintu. tatapan Damar mampu membuat Mita bertanya tanya dalam hati, apa gerangan yang terjadi pada suaminya itu. Mita kembali menutup pintu kamar, sebelum kemudian kembali mengarahkan tubuhnya menghadap ke arah Damar.

"Dari mana saja kau, apa yang kau lakukan seharian di luar sana???." cecar Damar.

Pertanyaan Damar mampu membuat alis Mita saling bertaut bingung. Selama dua bulan usia pernikahan mereka baru kali ini suaminya itu ingin tahu tentang kegiatannya.

"Tentu saja bekerja." jawab Mita apa adanya.

Lidah Damar berdecak. "Pekerjaan seperti apa yang kau maksud?? apa jalan berdua bersama pria lain termasuk dalam pekerjaan yang kau maksud??." tatapan Damar semakin terhunus tajam.

"Apa maksud kamu, mas??." bukannya menjawab, Mita justru balik bertanya karena tidak paham dengan maksud ucapan Damar.

"Cukup, tidak perlu bersandiwara!!." tekan Damar merasa jengah.

"Sandiwara apa yang kamu maksud, mas, aku sungguh tidak mengerti???."

Lidah Damar kembali berdecak. "Apa yang kau lakukan pergi berduaan bersama Brian Jilbert??? Jangan katakan karena saya tidak pernah memberikan nafkah batin untukmu lalu dengan mudahnya kau mencari kehangatan bersama pria lain di luar sana." tidak ingin terus bertele-tele akhirnya Damar mengungkapkan apa yang dilihatnya tadi di supermarket.

Damar beranjak dari sofa kemudian mengayunkan langkahnya mendekat ke arah berdirinya Mita saat ini. Mendapat tatapan tajam dari Damar membuat lidah Mita seakan kelu, ia tak dapat berkata apa-apa, hanya bisa menundukkan pandangannya tak berani menatap manik mata hitam milik Damar.

Tepat di depan wajah Mita, Damar berucap. "Bagaimana saya bisa lupa, wanita malam seperti dirimu pasti mencari mangsa di luar sana, bukan begitu bukan???." mendapat tudingan demikian dari suaminya itu sontak Mita mengangkat pandangannya.

Namun di saat hendak bersuara untuk membela diri, dengan gerakan cepat Damar meraup bibir mungil Mita dan mulai menc*umnya dengan kasar.

Entah perasaan seperti apa yang kini tengah di rasakan Damar, ia sendiri tidak paham yang pasti hatinya terasa begitu panas setelah melihat istrinya itu bersama dengan pria lain. dengan kasarnya Damar mendorong tubuh Mita hingga terjerembab ke ranjang.

Dengan posisi Mita yang kini terlentang di atas ranjang dengan mudahnya Damar mengungkung t*buh gadis itu, lalu kemudian mengunci kedua tangannya di atas kepala.

"Apa yang kamu lakukan, mas??." melihat sorot kemarahan di manik mata hitam milik Damar membuat tubuh Mita semakin bergetar ketakutan dibuatnya.

"Kenapa, bukankah kau sudah sering melakukannya dengan para pria hidung belang di luar sana, lalu kenapa kau masih bersikap seperti seorang anak gadis yang takut kehilangan kehormatannya???." terluka, sudah pasti Mita merasa terluka, istri mana yang tidak merasa terluka jika suaminya sendiri selalu menudingnya demikian.

Entah apa yang kini dirasakan Damar sehingga membuat pria itu seperti kesetanan. Dengan kasarnya ia mulai mencium istrinya itu, bahkan dari b*bir hingga turun ke l*her jenjang milik Mita dan dengan sengaja meninggalkan jejak kepemilikan di sana.

Bukan hanya itu, Damar bahkan telah menarik dengan kasarnya pakaian yang kini menutupi t*buh indah Mita hingga sobek tak beraturan.

Mendapat perlakuan demikian dari Damar berhasil membuat kedua sudut mata Mita mulai basah. Bukannya tidak ingin menunaikan kewajibannya sebagai seorang istri namun di perlakukan dengan begitu kasarnya membuat Mita semakin yakin jika dirinya memang tidak berharga sedikit pun di mata suaminya itu.

"Aku mohon mas, jika mas ingin mengambil hak mas sebagai suami, sungguh aku tidak akan keberatan tapi bisakah mas tidak melakukannya dengan kasar seperti ini!!!." dengan berderai air mata Mita berucap, berharap Damar menyadari tindakan kasarnya. tetapi sepertinya permohonan Mita tak mampu menghentikan pergerakan Damar terlihat di penuhi api amarah.

Sesaat Damar menatap manik mata Mita dengan intens ketika ia merasa begitu kesulitan menerobos inti t*buh istrinya itu. "Bukankah dia seorang w*nita malam, lalu kenapa sulit sekali memasukinya???." lirih Damar dalam hati, di tengah kegiatannya.

Berbeda dengan Damar yang telah di kuasai kabut gairah, Mita justru semakin merasa tak berharga sekaligus terluka ketika pria itu mengambil haknya dengan cara yang begitu kasar, hingga rintihan serta ringisan Mita sekalipun tak mampu menghentikan tindakan kasar Damar.

Setelah beberapa kali gagal akhirnya Damar pun berhasil menembus pertahanan istrinya. diliputi g*irah yang hampir menembus hingga ke ubun-ubun membuat Damar tak lagi dapat berpikir dengan jernih. setelah satu jam berlalu saat menuntaskan perm*inannya, barulah Damar menyadari alasan yang sejak tadi membuatnya kesulitan memasuki inti t*buh istrinya.

"Darah....." lirih Damar ketika melihat bercak darah. Sebagai pria dewasa tentu saja Damar tahu betul apa arti semua itu. tatapan Damar sontak beralih pada Mita, yang kini justru mengalihkan pandangannya ketika menyadari tatapan Damar.

Damar merasa lidahnya kelu seakan tak sanggup berkata-kata ketika menyaksikan kenyataan yang ada, Di mana ternyata istrinya masih suci dan malam ini kesucian itu direnggutnya dengan begitu kasarnya.

Mita memiringkan tubuhnya, kini ia memunggungi Damar yang masih terdiam seraya menatap punggungnya. Tanpa sepatah katapun Damar mendaratkan kecupan di bahu istrinya itu. Rasa bersalah yang teramat besar kini menyelimuti perasaan pria itu.

Melihat bahu Mita yang bergetar, membuat Damar yakin jika saat ini istrinya itu tengah menangis tanpa suara.

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

Wahh.. seru 👍

2023-12-25

0

Bivendra

Bivendra

menunggu kelanjutannya

2023-12-07

0

Rita Susanti

Rita Susanti

lama amat thor ....upnya

2023-12-07

0

lihat semua
Episodes
1 Situasi yang menuntut.
2 Mendapat Tatapan merendahkan dari seseorang.
3 Seakan mendapatkan angin segar.
4 Tudingan pedas Damar.
5 Perjanjian pernikahan.
6 Hari pernikahan.
7 Menolak bulan madu.
8 Mencari rumah kontrakan.
9 Mencoba menghindari.
10 Paramita Anindita.
11 Meminta Izin suami.
12 Di ketahui oleh Ayah mertua.
13 Akhir dari tudingan menyakitkan.
14 Rahasia papa Anggara.
15 Gugatan perceraian.
16 Dugaan ibu.
17 Mengandung.
18 Lamaran dokter Arjun.
19 Menerima lamaran Pria itu.
20 Bocah tampan.
21 Setelah empat tahun.
22 Saya adalah Ayahnya.
23 Dia, darah dagingku.
24 Ikatan batin antara ayah dan anak.
25 Tidak ingin terpengaruh.
26 Hasil pemeriksaan DNA.
27 Keinginan Farrel.
28 Pembuktian, karena kenyataannya dia adalah putraku.
29 Apa dia cemburu???
30 Kartu Ajaib pemberian Damar.
31 Kedatangan ibu mertua.
32 Om Om Aneh.
33 Menantu dari pemilik rumah sakit.
34 Ungkapan perasaan.
35 Ingin kembali bersama.
36 Keputusan Mita.
37 Menguji Damar.
38 Lembaran baru dalam kehidupan rumah tangga.
39 Kepergok berdua di kamar hotel.
40 Kepergok di kamar hotel.
41 Kembalinya wanita di masa lalu.
42 Mempertanyakan Mahar.
43 LAMARAN.
44 Mencari cincin pernikahan
45 Kedatangan Leana.
46 layaknya seekor anak kucing.
47 Pernikahan Arjun dan Anin.
48 Resepsi pernikahan Anin dan Arjun.
49 Resepsi pernikahan.
50 Beribadah bersama.
51 Dugaan Anin.
52 Keberangkatan Arjun ke Surabaya.
53 Jatuh hati.
54 Menetap di kota yang sama.
55 Villa 1.
56 Vila 2.
57 Datang bulan.
58 Bulan madu kilat yang Gatot.
59 Rumah sakit harapan bangsa.
60 Pulang bersama.
61 Hamil lagi.
62 Melakukan kewajiban.
63 Hama.
64 Mewakili pertanyaan.
65 Sikap posesif.
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Situasi yang menuntut.
2
Mendapat Tatapan merendahkan dari seseorang.
3
Seakan mendapatkan angin segar.
4
Tudingan pedas Damar.
5
Perjanjian pernikahan.
6
Hari pernikahan.
7
Menolak bulan madu.
8
Mencari rumah kontrakan.
9
Mencoba menghindari.
10
Paramita Anindita.
11
Meminta Izin suami.
12
Di ketahui oleh Ayah mertua.
13
Akhir dari tudingan menyakitkan.
14
Rahasia papa Anggara.
15
Gugatan perceraian.
16
Dugaan ibu.
17
Mengandung.
18
Lamaran dokter Arjun.
19
Menerima lamaran Pria itu.
20
Bocah tampan.
21
Setelah empat tahun.
22
Saya adalah Ayahnya.
23
Dia, darah dagingku.
24
Ikatan batin antara ayah dan anak.
25
Tidak ingin terpengaruh.
26
Hasil pemeriksaan DNA.
27
Keinginan Farrel.
28
Pembuktian, karena kenyataannya dia adalah putraku.
29
Apa dia cemburu???
30
Kartu Ajaib pemberian Damar.
31
Kedatangan ibu mertua.
32
Om Om Aneh.
33
Menantu dari pemilik rumah sakit.
34
Ungkapan perasaan.
35
Ingin kembali bersama.
36
Keputusan Mita.
37
Menguji Damar.
38
Lembaran baru dalam kehidupan rumah tangga.
39
Kepergok berdua di kamar hotel.
40
Kepergok di kamar hotel.
41
Kembalinya wanita di masa lalu.
42
Mempertanyakan Mahar.
43
LAMARAN.
44
Mencari cincin pernikahan
45
Kedatangan Leana.
46
layaknya seekor anak kucing.
47
Pernikahan Arjun dan Anin.
48
Resepsi pernikahan Anin dan Arjun.
49
Resepsi pernikahan.
50
Beribadah bersama.
51
Dugaan Anin.
52
Keberangkatan Arjun ke Surabaya.
53
Jatuh hati.
54
Menetap di kota yang sama.
55
Villa 1.
56
Vila 2.
57
Datang bulan.
58
Bulan madu kilat yang Gatot.
59
Rumah sakit harapan bangsa.
60
Pulang bersama.
61
Hamil lagi.
62
Melakukan kewajiban.
63
Hama.
64
Mewakili pertanyaan.
65
Sikap posesif.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!