Menikah Dengan Casanova.
"Suster Mita, saran saya sebelum kanker serviks yang di derita ibu anda semakin bertambah parah, sebaiknya ibu anda segera mendapatkan tindakan operasi." seorang dokter spesialis yang baru saja keluar dari kamar perawatan ibu Romlah terlihat menjelaskan tentang kondisi Bu Romlah pada Mita selaku keluarga tunggal dari pasien.
"Baik dokter." jawab Mita. Meski dalam hatinya gadis itu merasa bingung harus mendapatkan uang dari mana untuk biaya operasi ibunya, apalagi untuk biaya operasi tentunya nominal yang tidak sedikit.
"Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu."
Setelah kepergian dokter, Mita segera masuk ke dalam kamar perawatan ibunya. Seperti biasa jika berada di hadapan ibunya, Mita akan menampilkan wajah tegar.
"Apa tidak sebaiknya kita kembali ke kampung saja, nak???."
"Ibu ngomong apa sih, kita tidak akan kemana mana sebelum ibu kembali sehat seperti semula."
"Tapi biaya operasi ibu tidaklah murah, bagaimana kamu bisa mendapatkan uang sebanyak itu, Nak??." setelah sekian lama memendamnya kini Bu Romlah akhirnya mengungkapkan kekhawatirannya itu dihadapan putrinya.
Mita tersenyum di hadapan ibunya seakan ingin memperlihatkan jika semuanya akan baik-baik saja.
"Ibu tidak perlu mencemaskan hal itu, ibu hanya cukup istirahat dan jangan pernah memikirkan tentang itu lagi, biarkan untuk semua biaya rumah sakit serta biaya operasi menjadi urusan Mita, Bu!!!." Mita mengelus lembut kedua tangan ibunya yang tampak lemah.
"Baiklah jika Begitu keinginan kamu, tapi sungguh ibu tidak ingin melihat kamu dalam kondisi kesulitan, nak." Mita menggelengkan kepalanya sebagai pertanda jika ibunya jangan lagi membahas tentang hal itu.
Tak berselang lama, hembusan napas Bu Romlah terdengar mulai teratur pertanda wanita paru baya tersebut telah terlelap dalam tidurnya.
Setelah merapikan selimut yang menutupi tubuh ibunya, Mita pun beranjak keluar dari kamar perawatan tersebut. entah kemana tujuan Mita siang ini, yang jelas ia harus berhasil mendapatkan sejumlah uang untuk biaya operasi ibunya.
Sudah dua Minggu ibunya terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit akibat penyakit kanker serviks yang dideritanya, membuat Paramita atau gadis yang akrab di sapa Mita tersebut harus memutar otak untuk mencari uang yang jumlahnya tidak sedikit agar sang ibu tercinta bisa segera mendapatkan tindakan operasi.
*
"Mita." ia yang baru saja keluar dari kamar perawatan ibunya lantas menoleh ke sumber suara ketika mendengar seseorang menyerukan namanya.
Cukup lama Mita terdiam seraya menatap intens wajah gadis yang kini berdiri di hadapannya itu, seperti sedang mencoba mengingat ingat sosok wanita dihadapannya saat ini.
"Sari??." tebak Mita setelah berhasil Mengingat Sosok gadis cantik yang berdiri dihadapannya itu.
"Iya Ta, ini aku sari masa kamu sudah lupa sih sama aku." cetus Sari seakan tak suka jika Mita telah melupakan dirinya, yang notabenenya adalah sahabatnya ketika duduk di bangku SLTP sewaktu di kampung dulu.
"Ya ampun Sar, kamu makin cantik aja makanya aku jadi pangling sama kamu." kata Mita apa adanya.
"Eh... ngomong Ngomong kamu lagi Ngapain di sini??." lanjut tutur Mita.
"Aku baru saja menjenguk temanku yang sedang sakit." jawab Sari sebelum kemudian melontarkan pertanyaan yang sama pada Mita.
"Kamu sendiri ngapain di sini???."
"Ibuku sedang dirawat di dalam." jawab Mita seraya memandang ke arah pintu kamar perawatan ibunya.
"Ya ampun Ta, memangnya ibu kamu sakit apa???." tanya Sari.
Berhubung waktu berkunjung telah usai Sari lantas mengajak Mita untuk mengobrol di cafe yang letaknya di depan kawasan rumah sakit.
Setibanya di cafe, Sari lantas memesan dua gelas jus yang akan menemani obrolan mereka siang ini.
Setelah mendengar cerita Mita tentang kondisi ibunya saat ini sari turut merasa prihatin mendengarnya, apalagi setelah tahu jika operasi ibunya Mita belum juga terlaksana dikarenakan biaya yang belum terlunasi.
Sebagai seseorang yang cukup dekat dengan Mita tentunya Sari sangat tidak tega melihat Mita dalam situasi seperti ini, namun ia pun bingung harus membantu Mita dengan cara apa sedangkan dirinya sendiri tidak memiliki uang sebanyak itu.
"Sar, apa di tempat kerja kamu tidak membutuhkan karyawan baru???." pertanyaan Mita membuat Sari terkesiap mendengarnya.
"Butuh sih tapi..." Sari seakan ragu melanjutkan kalimatnya.
"Tapi apa???." Mita terlihat senang sekaligus penasaran setelah mendengar Sari mengatakan jika tempat kerjanya membutuhkan karyawan baru, namun ia pun merasa penasaran karena sari sengaja menggantung kalimatnya.
"Tapi aku tidak yakin kamu mau bekerja di sana." Sari pun melanjutkan kalimatnya setelah cukup lama terdiam.
"Club malam???." ulang Mita setelah mendengar semua cerita Sari tanpa sadar Mita mengeraskan suaranya sehingga membuat Sari melebarkan kelopak matanya ke arah Mita.
"Kecilkan suaramu!!!."
Mita sontak menutup mulutnya dengan telapak tangannya."Maaf." ucapnya.
"Sudah kuduga kau pasti tidak akan mau bekerja di tempatku bekerja." tebak Sari setelah melihat reaksi Mita saat mendengar cerita darinya.
"Bukan begitu, aku hanya terkejut saja." kata Mita apa adanya.
Sejenak Mita terlihat diam seperti sedang berpikir. Kini ia benar-benar merasa dilema antara bersedia bekerja di club malam bersama Sari atau membiarkan ajal tiba untuk menjemput ibunya.
"Aku bersedia bekerja denganmu." kata Mita setelah cukup lama berpikir. apalagi gaji yang akan di dapatkannya dengan bekerja di club malam tersebut cukup besar Dengan begitu ia bisa mengumpulkan uang untuk membayar biaya operasi ibunya.
Setelah percakapan mereka usai, Mita pamit pada Sari untuk kembali ke rumah sakit. Namun sebelum itu tentu saja Mita meminta nomor ponsel milik Sari, karena malam ini ia akan ikut bersama sari untuk menemui bosnya.
Kini Mita telah kembali ke kamar perawatan ibunya.
Mita mengayunkan langkahnya mendekat ke arah tempat tidur ibunya di mana saat ini ibunya masih terlelap.
"Semoga keputusan yang Mita ambil ini adalah keputusan yang tepat, bu." lirih Mita. Dalam hati Mita merasa bersalah karena akan bekerja di tempat yang paling tidak disenangi ibunya.
Perlahan Mita mendaratkan bokongnya di kursi yang berada di samping tempat tidur ibunya, kemudian di pegangnya tangan lemah wanita yang telah melahirkan serta merawatnya hingga dewasa tersebut.
"Ibu pasti akan sembuh seperti sedia kala. Mita akan melakukan apapun untuk kesembuhan ibu." lirih Mita dalam hati, tanpa sadar sudut matanya kini mulai basah.
Menyadari pergerakan ibunya, Mita sontak mengusap sudut matanya yang basah karena air mata kemudian mengukir senyum indah di bibirnya.
"Ibu sudah bangun." ucapnya ketika melihat kedua kelopak mata ibunya mulai terbuka.
Bu Romlah merespon ucapan putrinya dengan menarik salah satu sudut bibirnya ke samping.
Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Mita kembali membuka percakapan di antara ia dan ibunya.
"Bu.... malam ini Mita akan mulai bekerja, apa tidak masalah jika Mita meninggalkan ibu selama Mita bekerja???." ucap Mita.
"Kerja??? bukankah kamu sudah mengundurkan diri dari rumah sakit ini, nak???." dengan dahi sedikit berkerut ibunya berucap.
"Mita tidak bekerja di rumah sakit ini Bu tapi....."
"Tapi apa???."
"Tapi Mita bekerja di sebuah restoran, Bu." Mita terpaksa berdusta pada ibunya, sebab jika ia berterus terang sudah pasti ibunya tidak akan mengizinkannya bekerja di Club malam.
Selamat datang di karya recehku yang baru sayang sayangku.....😘😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Nurhayati Nia
hadirr thorr
2024-05-27
1
Ida. Rusmawati.
/Sleep//Smile/
2024-05-04
0
Uthie
coba nyimak lagi 👍😁
2023-12-24
1