Revenge Of The System
Di sebuah kota metropolitan dengan terik panasnya matahari di siang bolong, terlihat seorang gadis menyusuri jalan dengan menahan sakit.
Gadis itu adalah Kealeksa berumur 17 tahun masih duduk di bangku SMA yang baru saja pulang sekolah, tubuhnya penuh dengan luka lebam di beberapa bagian tubuhnya, ia kerap mendapatkan pembullyan di sekolahnya.
Saat sampai di rumah, Kealeksa duduk di depan teras. Ia kesakitan dan kelelahan, luka-luka di tangannya terasa perih dan ia pun ingin beranjak masuk ke dalam kamar untuk segera mengobatinya.
"Heh! Mau kemana kamu!" seru Tantenya dengan membelalakkan matanya sambil bercekak pinggang.
"Aku mau mengobati luka ini Tante," jawab Kealeksa dengan pandangan teduh.
"Alah, sakit sedikit saja seperti tanganmu yang patah. Cepat ke dapur! Masak sana! Aku sudah lapar, lama banget pulangnya!" denggus Tantenya kesal yang bernama Karin.
"Iya Tante," ucap Kealeksa terpaksa mengurungkan niatnya untuk mengobati lukanya.
Kealeksa pun masuk ke dapur dan mulai memotong sayuran.
"Andai saja Mama dan Papa masih hidup, aku tidak mungkin seperti ini," ucapnya sambil meneteskan air mata.
Ia ingat saat Mama dan Papanya masih hidup, ia sangat di sayangi oleh keduanya. Sayangnya entah siapa yang melakukannya kebakaran itu dan hingga saat ini ia kasusnya tidak tuntas. Omnya juga memberhentikan pemecahan kasus itu dan di anggap sebagai kecelakaan.
Setelah masak, Kealeksa meletakkan makanan itu di atas meja.
"Tante, masakannya sudah matang," ucap Kealeksa kepada Karin yang saat itu sedang duduk menonton TV.
"Sudah matang, wah kebetulan sekali kami juga lapar," ucap Juli yang tiba-tiba saja nongol dari depan pintu rumah.
Terlihat kedua sepupunya baru saja pulang, mereka membawa banyak barang karena baru saja habis berbelanja di mall.
"Ya udah, ayo Anak-anak, kita makan," ajak Karin kepada kedua anaknya.
Mereka pun duduk di meja makan, Kealeksa yang seperti biasa mengambil makanan itu dan meletakan di atas piring mereka masing-masing, layaknya seorang pembantu.
Karin memasukkan makanan itu kedalam mulutnya dan seketika menyeburnya keluar.
"Kealeksaaaaaa!" teriak Karin memukul meja makan itu membuat Kealeksa terkejut.
"Kamu bisa masak nggak sih! Ini makanannya kenapa asin banget!" teriak Karin geram.
Ia mengambil mangkok yang berisi kuah sayur yang masih panas dan menyiramnya ke tubuh Kealeksa.
"Aduuuuuh!" teriak Kealeksa merasakan pedih yang luar biasa pada lukanya, seketika kulitnya melepuh.
"Kau sengaja ingin membuatku mati dengan masakan seperti ini!" teriak Karin membanting satu piring sambil ikan ke lantai.
Ia mendekati Kealeksa dan menjambak rambutnya.
"Ayo makan masakan mu ini makan!" teriak Karin mendorong kepala Kealeksa hingga wajahnya menyentuh sambal ikan tersebut dengan kuat.
"Ampun Tante, aku ... aku akan memasaknya lagi," jawab Kealeksa sambil menangis terisak-isak.
"Memasaknya lagi! Aku sudah kenyang melihat kau seperti ini! Dasar tidak tahu diri! Kau itu menumpang di sini! Kenapa kau tidak ikut mati saja bersama orang tuamu! Kau hidup juga menyusahkan!" teriak Karin sambil menendang Kealeksa.
"Juli, ambil spatula di dapur!" perintah Karin.
"Oke Ma," jawab Juli segera menuju ke dapur.
"Tante, tolong ampuni aku Tante, aku tidak akan melakukan kesalahan lagi, aku janji Tante," ucap Kealeksa menangis tersedu-sedu.
"Ini spatulanya Ma." Karin mengambil spatula yang terbuat dari kayu tersebut dan memukul Kealeksa.
Pak! Pak! Pak!
"Kamu itu harus di beri pelajaran baru mengerti! Dasar anak pembawa sial! Lebih baik mati saja kau!" teriak Karin geram dan terus memukul Kealeksa.
"Sakit! Tolong hentikan Tante!" pekik Kealeksa berusaha untuk melindungi dirinya dari pukulan yang cukup keras itu. Saking kuatnya, spatula itu patah, barulah Karin berhenti.
"Kalau kamu melakukan kesalahan lagi seperti ini, kau akan mendapatkan perlakukan yang lebih buruk dari ini!" ancam Karin melempar spatula patah itu ke tubuh Kealeksa.
Karin pun pergi meninggalkan Kealeksa yang meringkuk kesakitan.
"Cuih! Dasar payah, rasain itu!" ejek Riska meludahi Kealeksa.
"Anak-anak, ayo kita makan di luar," ajak Karin.
Dengan susah payah, Kealeksa bangun dan ia pun masuk ke dalam kamarnya. Luka yang sudah parah malah tambah parah, kulitnya yang memerah dan melepuh itu seharusnya ia harus mendapatkan perawatan ke rumah sakit, tapi ia urungkan karena takut jika ketahuan oleh Tantenya.
Dengan tubuh yang lemas, ia bersandarkan di ranjang lusuh sambil menatap luka dengan tubuh yang gemetaran sambil menahan sakit.
Ya, teman sekolah membullynya karena mereka dapat tekanan di rumah sehingga mereka mencari tempat pelampiasan, karena Kealeksa terlihat lemah, ia jadi sasaran empuk untuk mereka melampiaskan kekesalannya.
Di rumah Tante dan kedua sepupunya juga tidak menyukainya karena ia tinggal di rumah mereka. Tapi ia terpaksa tinggal di sana, karena rumah mereka terbakar dan menewaskan kedua orangtuanya saat ia masih SMP kelas lll.
Hanya Omnya yang baik, tapi di balik kebaikannya ia punya maksud lain, karena saat Kealeksa umur 18 tahun nanti, ia di paksa untuk tanda tangan pemindahan perusahaan milik Papanya menjadi milik Omnya. Saat ini Kealeksa tidak tahu jika perusahaan itu adalah milik Papanya, yang ia tahu selama ini adalah perusahaan itu adalah kerja sama Papa dan Omnya, karena Papanya meninggal, ia berpikir perusahaan itu jatuh kepada Omnya.
[Ting]
Tiba-tiba saja layar ponselnya bercahaya, Kealeksa berusaha untuk mengambil ponselnya karena ia berpikir jika sebuah pesan yang masuk.
Sebuah cahaya yang bergerak-gerak tak beraturan dan membentuk tulisan.
Tulisan itu seperti ada seseorang yang mengetiknya.
"Apa Nona ingin balas dendam?"
[Ya] [Tidak]
Kealeksa terkejut dan tanpa sadar ia melempar ponselnya ke atas dan ia pun bersembunyi di bawah ranjang. Ponsel itu mendarat di atas ranjangnya dengan layar ponsel yang masih hidup.
"Apa! Apa itu! Siapa yang menulisnya! Apa itu adalah hantu?" tanya Kealeksa kaget, rasa takutnya mendominasi dari rasa sakitnya.
Ponsel itu berdering lagi membuat Kealeksa penasaran, ia pelan-pelan menongolkan kepalanya dan melihat layar ponsel itu. Tulisan itu muncul lagi yang membuat ia tambah penasaran.
Dengan perlahan, Kealeksa berdiri dan melihat lagi layar ponsel tersebut dan masih tulisan yang sama.
"Apa yang harus ku lakukan? Bagaimana jika ini beneran hantu?" ucapnya bingung sambil mengigit jarinya.
Ia menarik nafasnya berusaha untuk tenang. Sambil bersembunyi, ia ulurkan tangan ke arah ponsel.
"Oh Tuhan, tolong bantu aku. Semoga saja ini bukan hantu," ucap Kealeksa pelan sambil menekan tulisan [Ya] dengan memejamkan mata di dalam ketakutannya.
[Ting]
Tiba-tiba saja tulisan tadi keluar dari layar ponselnya dan membentuk sebuah database yang mengambang di udara dan berputar mengelilinginya.
Kealeksa tampak bingung dan berputar-putar. Mendadak saja, database itu masuk ke kepala Kealeksa dan membuat ia merasakan sakit.
"Apa ini! Apa di kepala ku!" teriak Kealeksa meremas kepalanya.
Database itu pun bersatu dengan kepalanya dan ia melihat sebuah sistem di kepalanya dan hanya ia sendiri yang melihatnya.
[Ding Ding]
Menemukan Nona pemilik system…
Nama: Kealeksa Adinda
Umur: 17 tahun
Pekerjaan: Belum bekerja
Jenis kelamin: Perempuan
Status: Pelajar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Ida. Rusmawati.
/Smile/
2024-07-24
0
Anonymous
.
2024-07-04
0
Elok Fauziah
sambil ikan dilantai itu maksudnya apa ya thor?
2024-03-27
0