BAB 7

Kealeksa melihat kulit-kulitnya yang menyatu, perlahan-lahan kulitnya menjadi sedikit cerah, padahal ia tidak memakai skincare.

"Waw ... ini sangat luar biasa," ucapnya terpana. Kulit yang seharusnya menggelembung karena panasnya makanan yang di siram oleh Karin kini berangsur-angsur sembuh.

Tiba-tiba penyembuhannya berhenti dan sebagian masih ada bekas lukanya.

"Eh, kenapa berhenti?" tanya Kealeksa. Berhubungan penyembuhannya hanya mencapai 20% jadi hanya sebagian yang terobati.

Kealeksa pun keluar dari persembunyiannya.

"Ini lebih baik dari pada sebelumnya," ucap Kealeksa.

"Apa sebaiknya aku pulang saja? Kira-kira Riska dan Juli sudah sembuh belum ya?" tanya Kealeksa.

Ia pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Saat sampai di rumah, ia melihat rumah sudah bersih dan rapi.

Terlihat Riska dan Juli membawa sampah di dalam plastik untuk di buang.

Kealeksa datang mendekat.

"Ngapain tuh?" tanya Kealeksa sambil tersenyum.

Riska dan Juli melihat ke arah Kealeksa.

"Kurang ajar kamu ya! Kamu sengaja bilang ingin kerja kelompok biar kami yang bersihkan rumah ya kan!" teriak mereka.

"Siapa suruh kalian makan kue yang 1 M itu? Mana kue nya di lapisi emas dan berlian, kalo di jual lumayan bisa beli rumah satu buah," ucap Kealeksa.

"Udah di bilang bukan kami yang makan! Kamu kok berani sekarang menjawab ya! Apa mulutmu mau kami pukul dulu biar kamu diam!" teriak mereka marah-marah.

Saat itu, Kealeksa melihat Omnya pulang, jadi kesempatan ia untuk mengambil perhatian Omnya.

Tiba-tiba saja ia terjatuh sambil menangis.

"Aduh! Sakit! Tolong jangan pukul aku lagi!" teriak Kealeksa menghalangi tangannya di kepala.

Riska dan Juli menekuk alisnya, ia merasa heran dengan tingkah Kealeksa yang tak biasa seperti ini, lagian mereka juga tidak memukulnya.

"Kamu kenapa?" tanya Juli binggung.

"Aduh, sakiiit! Kalian jahat banget, kenapa kalian pukul aku! Hu-hu-hu, aku nggak punya salah sama kalian," ucap Kealeksa.

"Juli! Riska! Apa yang sudah kalian lakukan!" terima Surya marah.

"Eh, Papa!" ucap mereka terbelalak.

"Kenapa kalian pukul dia! Dia juga adalah saudara kalian! Perlakukan dia seperti saudara kalian juga," ucap Surya sambil membantu Kealeksa untuk berdiri.

"Papa! Kami tidak memukulnya!" ucap Juli terbelalak, pasalnya ia baru tahu kalau Kealeksa bersandiwara.

"Papa harap kalian jangan pernah menyakiti dia lagi, ini adalah peringatan terakhir untuk kalian," ucap Surya mengingatkan.

"Papa," ucap Juli mewek karena di sergah oleh Surya.

Surya pun membawa Kealeksa ke dalam dan mendudukinya di sofa.

"Papa cuka sayang Kealeksa aja, Papa ngga sayang kita," ucap Riska menahan tangis.

"Terima kasih Om," ucap Kealeksa.

"Iya sama-sama, kalo kamu di pukul mereka bilang saja sama Om ya, biar Om marah mereka balik," ucap Surya tersenyum penuh kasih sayang. Kealeksa merasa jika Papanya masih hidup dan Omnya adalah pengganti Papanya.

"Eh, ada apa ini! Kenapa dia duduk di sofa! Kotor!" teriak Karin yang keluar dari kamarnya.

"Sudahlah Ma, biarkan saja dia duduk di sini, dia itu sedang sakit," ucap Surya membela Kealeksa.

"Tapi dia itu kotor Pa! Dia itu belum mandi dan banyak kumannya, aku nggak mau kena penyakit karena bakteri dari dia," ucap Karin merasa jijik.

"Ya udah Kealeksa, kamu masuk kamar gih, istirahat yang cukup ya," ucap Surya lembut.

Terpopuler

Comments

Mai Rehman

Mai Rehman

lumayan actingnya

2024-07-08

3

om nya ada dua mungka ini 🙄

2024-01-13

0

Yami Yani

Yami Yani

baik Krn ad mksdx masa y kealeksa gk sdr Thor low omx tu sbnrx cm pr" aj

2023-12-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!