NovelToon NovelToon

Revenge Of The System

BAB 1

Di sebuah kota metropolitan dengan terik panasnya matahari di siang bolong, terlihat seorang gadis menyusuri jalan dengan menahan sakit.

Gadis itu adalah Kealeksa berumur 17 tahun masih duduk di bangku SMA yang baru saja pulang sekolah, tubuhnya penuh dengan luka lebam di beberapa bagian tubuhnya, ia kerap mendapatkan pembullyan di sekolahnya.

Saat sampai di rumah, Kealeksa duduk di depan teras. Ia kesakitan dan kelelahan, luka-luka di tangannya terasa perih dan ia pun ingin beranjak masuk ke dalam kamar untuk segera mengobatinya.

"Heh! Mau kemana kamu!" seru Tantenya dengan membelalakkan matanya sambil bercekak pinggang.

"Aku mau mengobati luka ini Tante," jawab Kealeksa dengan pandangan teduh.

"Alah, sakit sedikit saja seperti tanganmu yang patah. Cepat ke dapur! Masak sana! Aku sudah lapar, lama banget pulangnya!" denggus Tantenya kesal yang bernama Karin.

"Iya Tante," ucap Kealeksa terpaksa mengurungkan niatnya untuk mengobati lukanya.

Kealeksa pun masuk ke dapur dan mulai memotong sayuran.

"Andai saja Mama dan Papa masih hidup, aku tidak mungkin seperti ini," ucapnya sambil meneteskan air mata.

Ia ingat saat Mama dan Papanya masih hidup, ia sangat di sayangi oleh keduanya. Sayangnya entah siapa yang melakukannya kebakaran itu dan hingga saat ini ia kasusnya tidak tuntas. Omnya juga memberhentikan pemecahan kasus itu dan di anggap sebagai kecelakaan.

Setelah masak, Kealeksa meletakkan makanan itu di atas meja.

"Tante, masakannya sudah matang," ucap Kealeksa kepada Karin yang saat itu sedang duduk menonton TV.

"Sudah matang, wah kebetulan sekali kami juga lapar," ucap Juli yang tiba-tiba saja nongol dari depan pintu rumah.

Terlihat kedua sepupunya baru saja pulang, mereka membawa banyak barang karena baru saja habis berbelanja di mall.

"Ya udah, ayo Anak-anak, kita makan," ajak Karin kepada kedua anaknya.

Mereka pun duduk di meja makan, Kealeksa yang seperti biasa mengambil makanan itu dan meletakan di atas piring mereka masing-masing, layaknya seorang pembantu.

Karin memasukkan makanan itu kedalam mulutnya dan seketika menyeburnya keluar.

"Kealeksaaaaaa!" teriak Karin memukul meja makan itu membuat Kealeksa terkejut.

"Kamu bisa masak nggak sih! Ini makanannya kenapa asin banget!" teriak Karin geram.

Ia mengambil mangkok yang berisi kuah sayur yang masih panas dan menyiramnya ke tubuh Kealeksa.

"Aduuuuuh!" teriak Kealeksa merasakan pedih yang luar biasa pada lukanya, seketika kulitnya melepuh.

"Kau sengaja ingin membuatku mati dengan masakan seperti ini!" teriak Karin membanting satu piring sambil ikan ke lantai.

Ia mendekati Kealeksa dan menjambak rambutnya.

"Ayo makan masakan mu ini makan!" teriak Karin mendorong kepala Kealeksa hingga wajahnya menyentuh sambal ikan tersebut dengan kuat.

"Ampun Tante, aku ... aku akan memasaknya lagi," jawab Kealeksa sambil menangis terisak-isak.

"Memasaknya lagi! Aku sudah kenyang melihat kau seperti ini! Dasar tidak tahu diri! Kau itu menumpang di sini! Kenapa kau tidak ikut mati saja bersama orang tuamu! Kau hidup juga menyusahkan!" teriak Karin sambil menendang Kealeksa.

"Juli, ambil spatula di dapur!" perintah Karin.

"Oke Ma," jawab Juli segera menuju ke dapur.

"Tante, tolong ampuni aku Tante, aku tidak akan melakukan kesalahan lagi, aku janji Tante," ucap Kealeksa menangis tersedu-sedu.

"Ini spatulanya Ma." Karin mengambil spatula yang terbuat dari kayu tersebut dan memukul Kealeksa.

Pak! Pak! Pak!

"Kamu itu harus di beri pelajaran baru mengerti! Dasar anak pembawa sial! Lebih baik mati saja kau!" teriak Karin geram dan terus memukul Kealeksa.

"Sakit! Tolong hentikan Tante!" pekik Kealeksa berusaha untuk melindungi dirinya dari pukulan yang cukup keras itu. Saking kuatnya, spatula itu patah, barulah Karin berhenti.

"Kalau kamu melakukan kesalahan lagi seperti ini, kau akan mendapatkan perlakukan yang lebih buruk dari ini!" ancam Karin melempar spatula patah itu ke tubuh Kealeksa.

Karin pun pergi meninggalkan Kealeksa yang meringkuk kesakitan.

"Cuih! Dasar payah, rasain itu!" ejek Riska meludahi Kealeksa.

"Anak-anak, ayo kita makan di luar," ajak Karin.

Dengan susah payah, Kealeksa bangun dan ia pun masuk ke dalam kamarnya. Luka yang sudah parah malah tambah parah, kulitnya yang memerah dan melepuh itu seharusnya ia harus mendapatkan perawatan ke rumah sakit, tapi ia urungkan karena takut jika ketahuan oleh Tantenya.

Dengan tubuh yang lemas, ia bersandarkan di ranjang lusuh sambil menatap luka dengan tubuh yang gemetaran sambil menahan sakit.

Ya, teman sekolah membullynya karena mereka dapat tekanan di rumah sehingga mereka mencari tempat pelampiasan, karena Kealeksa terlihat lemah, ia jadi sasaran empuk untuk mereka melampiaskan kekesalannya.

Di rumah Tante dan kedua sepupunya juga tidak menyukainya karena ia tinggal di rumah mereka. Tapi ia terpaksa tinggal di sana, karena rumah mereka terbakar dan menewaskan kedua orangtuanya saat ia masih SMP kelas lll.

Hanya Omnya yang baik, tapi di balik kebaikannya ia punya maksud lain, karena saat Kealeksa umur 18 tahun nanti, ia di paksa untuk tanda tangan pemindahan perusahaan milik Papanya menjadi milik Omnya. Saat ini Kealeksa tidak tahu jika perusahaan itu adalah milik Papanya, yang ia tahu selama ini adalah perusahaan itu adalah kerja sama Papa dan Omnya, karena Papanya meninggal, ia berpikir perusahaan itu jatuh kepada Omnya.

[Ting]

Tiba-tiba saja layar ponselnya bercahaya, Kealeksa berusaha untuk mengambil ponselnya karena ia berpikir jika sebuah pesan yang masuk.

Sebuah cahaya yang bergerak-gerak tak beraturan dan membentuk tulisan.

Tulisan itu seperti ada seseorang yang mengetiknya.

"Apa Nona ingin balas dendam?"

[Ya] [Tidak]

Kealeksa terkejut dan tanpa sadar ia melempar ponselnya ke atas dan ia pun bersembunyi di bawah ranjang. Ponsel itu mendarat di atas ranjangnya dengan layar ponsel yang masih hidup.

"Apa! Apa itu! Siapa yang menulisnya! Apa itu adalah hantu?" tanya Kealeksa kaget, rasa takutnya mendominasi dari rasa sakitnya.

Ponsel itu berdering lagi membuat Kealeksa penasaran, ia pelan-pelan menongolkan kepalanya dan melihat layar ponsel itu. Tulisan itu muncul lagi yang membuat ia tambah penasaran.

Dengan perlahan, Kealeksa berdiri dan melihat lagi layar ponsel tersebut dan masih tulisan yang sama.

"Apa yang harus ku lakukan? Bagaimana jika ini beneran hantu?" ucapnya bingung sambil mengigit jarinya.

Ia menarik nafasnya berusaha untuk tenang. Sambil bersembunyi, ia ulurkan tangan ke arah ponsel.

"Oh Tuhan, tolong bantu aku. Semoga saja ini bukan hantu," ucap Kealeksa pelan sambil menekan tulisan [Ya] dengan memejamkan mata di dalam ketakutannya.

[Ting]

Tiba-tiba saja tulisan tadi keluar dari layar ponselnya dan membentuk sebuah database yang mengambang di udara dan berputar mengelilinginya.

Kealeksa tampak bingung dan berputar-putar. Mendadak saja, database itu masuk ke kepala Kealeksa dan membuat ia merasakan sakit.

"Apa ini! Apa di kepala ku!" teriak Kealeksa meremas kepalanya.

Database itu pun bersatu dengan kepalanya dan ia melihat sebuah sistem di kepalanya dan hanya ia sendiri yang melihatnya.

[Ding Ding]

Menemukan Nona pemilik system…

Nama: Kealeksa Adinda

Umur: 17 tahun

Pekerjaan: Belum bekerja

Jenis kelamin: Perempuan

Status: Pelajar.

BAB 2

WELCOME

[Selamat datang di system super canggih, yaitu Revenge Of The System. Sistem sudah memilih Anda sebagai Nona pemilik sistem luar biasa ini. Sistem akan mewujudkan balas dendam Anda kepada orang yang sudah menyakiti Anda]

"Apa! Tidak mungkin! Bagaimana bisa sistem bisa membalaskan dendam ku?" tanya Kealeksa memejamkan matanya tak percaya.

[Tentu saja bisa, karena ini adalah sistem dari kecerdasan buatan, Anda tidak perlu khawatir. Sistem akan memandu Anda]

"Jadi ini beneran?" tanya Kealeksa.

[Benar Nona, sistem akan membantu Anda untuk mewujudkan balas dendam Anda yang pastinya Nona akan menjadi kuat agar tidak di tindas lagi]

"Tapi bagaimana kau bisa membalaskan dendam ku?" tanya Kealeksa lagi yang masih penasaran.

[Anda harus mengerjakan misi balas dendam yang sudah terprogram di sistem, setiap Anda menyelesaikan misi maka status pembalasan Anda akan meningkat. Apabila status pembalasan Anda penuh itu berarti semua balas dendam Anda sudah terbalaskan. Akan tetapi jika Anda gagal menyelesaikan misi maka Anda akan mendapat hukuman dari system]

"Tapi kenapa harus aku?" tanya Kealeksa menekuk alisnya.

[System sudah memilih Anda karena hidup Anda yang selalu saja di tindas dan kehidupan Anda yang tidak beruntung ini]

"Begitu ya, lalu bagaimana aku menggunakan system ini?" tanya Kealeksa ragu-ragu.

[Anda cukup mengklik profil Anda, maka Anda bisa menggunakannya]

Kealeksa pun mengklik poto profilnya dan di sana banyak fitur-fitur berbetuk database yang ada di komputer, tapi yang ini berbentuk hologram dan hanya ia sendiri yang bisa melihatnya.

[Hadiah pengenalan]

[Saldo 100.000]

[Penampilan:1]

[Pesona:1]

[Kekuatan:1]

[Kecepatan:1]

[Kelincahan:1]

[Pertahanan:1]

[Kecerdasan:1]

[Keberanian:1]

[Poin:10]

[Status pembalasan: 000000/100000]

"Sangat luar biasa. Dengan adanya sistem ini, aku bisa membalas mereka yang telah menyakitiku. Aku tidak ingin di tindas lagi, Aku lelah hidup dalam ketakutan,aku ingin hidup menjadi diriku yang pemberani," ucap Kealeksa mengengam tangannya dengan tekad yang dalam.

[Ding Ding]

[Misi baru]

[Membuat kulit Riska dan Juli menjadi rusak]

[Hadiah: Menjadi lebih percaya diri]

[Status misi sedang berlangsung]

"Eh, apa misinya sudah di mulai?" tanya Kealeksa kaget.

[Benar sekali, Anda harus menyelesaikan misi untuk mengklaim hadiah]

"Cepat sekali. Baiklah kalau begitu, aku harus pikirkan caranya," ucap Kealeksa berpikir.

Ia pun mencoba masuk ke dalam kamar Riska dan Juli.

"Untung saja tidak di kunci, mereka emang sering teledor seperti ini," ucap Kealeksa melihat sekeliling.

Kealeksa mengambil lem, lalu meletakan ke dalam serum yang botolnya sudah kosong. Meskipun sama-sama bening warnanya, lem mengeluarkan aroma lain, Kealeksa pun mengambil pewangi dan mencampurkannya dan bau lem itu hilang. Kealeksa meletakan di antara beberapa botol di antara peralatan makeup mereka.

Setelah melakukannya, Kealeksa mengambil kunci dari dalam kamar mereka lalu mengunci pintu kamar tersebut dan anak kunci ia letakkan tidak jauh dari pintu masuk.

"Dulu aku memang tidak berani menganggu mereka, tapi karena aku punya sistem, aku akan menjadi lebih kuat agar tidak di tindas lagi," ucap Kealeksa kembali masuk ke dalam kamarnya.

Ia mengambil obat seadanya, lalu memoleskan di lukanya, rasanya sangat pedih, tapi ia harus menahannya agar luka-luka itu sembuh.

Tak lama kemudian, terdengar suara ketiga orang itu pulang kerumah sambil tertawa.

"Aku nggak menyangka bisa ketemu dengan Tuan Alqazio yang super tampan itu. Ya ampun, Andai aku bisa minta tanda tangan dia aku pasti sangat bahagia," ucap Riska tersenyum membayangkan jika ia ada di pelukan Tuan Alqazio seorang CEO tampan di kota itu.

"Jangan mimpi kamu, emang nggak lihat, pengawalnya saja nggak boleh kita mendekatinya," ucap Juli.

"Eh, siapa yang mengunci pintu kamar ini?" tanya Juli saat membuka pintu kamar tersebut tidak bisa di buka.

"Kau yakin menguncinya kali," ucap Riska.

"Mana ada aku menguncinya," jawab Juli.

"Kealeksa! Kealeksa! Di mana kamu!" panggil Karin.

Mendengar namanya di panggil, Kealeksa menarik nafasnya.

"Kealeksa, kamu harus siap, apa pun yang terjadi," ucapnya. Ia pun keluar dari kamarnya dan menghampiri Karin.

"Ada apa Tante?" tanya Kealeksa dengan wajah memelas.

"Kamu ya mengunci pintu kamar mereka?!" tanya Karin dengan mata terbelalak.

"Hm ... mana aku tahu Tante, sejak tadi aku ada di kamar mengobati luka-luka ku, mungkin Juli dan Riksa menguncinya tapi mereka lupa kali," ucap Kealeksa memasang wajah sedih.

"Aku rasa aku tidak ada menguncinya," ucap Riksa mengingat-ingat.

"Itu kuncinya di sana, mungkin tercecer saat kalian pergi," ucap Kealeksa menunjuk ke arah kunci di depan pintu.

"Sana ambil!" perintah Karin kepada Kealeksa.

Kealeksa pun mengambilnya dan memberikan kepada Juli.

"Ya udah anak-anak, Mama mau istirahat," ucap Karin berjalan menuju kamarnya.

Juli dan Riska masuk ke dalam kamarnya lalu menutup pintu itu dengan kuat membuat Kealeksa yang masih berdiri di sana terkejut.

Tapi seketika Kealeksa tersenyum dan meninggalkan kamar Riska.

"Eh, kamu ada beli serum ini tadi ya?" tanya Juli mengambil botol di atas meja.

"Enggak," jawab Riska menggeleng.

"Jangan bohong kamu, aku ambil ya," ucap Juli membuka serum itu yang baunya sangat wangi.

Mencium bau yang sangat wangi itu, Riska pun menarik botol serum tersebut.

"Ikh kembalikan, ini punya ku!" teriak Riska.

"Enak saja, bukannya tadi kau bilang kau tidak membelinya? Berarti ini punya ku!" ucap Juli tak mau kalah, pada akhirnya mereka saling tarik menarik dan pada akhirnya tutup botol itu terbuka dan terciprat di mana-mana.

Cipratan itu tumpah di baju dan wajah mereka dan juga di barang-barang belanjaan yang baru saja mereka beli.

Seketika mereka terdiam, lem itu dengan cepat mengering karena di luar suhu udara cukup hangat.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaa!" teriak mereka bersamaan.

Mereka mencoba untuk mengelupas lem itu dari kulit mereka, tapi rasanya sangat sakit, belum lagi yang ada di kulit mereka yang lain karena mereka memakai pakaian minim.

[Ding Ding]

[Misi selesai]

[Selamat, kepercayaan diri Anda meningkat 3%]

[Selamat, penyembuhan pada kulit Anda 2%]

[Saldo 200.000]

[Penampilan:2]

[Pesona:2]

[Kekuatan:2]

[Kecepatan:2]

[Kelincahan:2]

[Pertahanan:2]

[Kecerdasan:2]

[Keberanian:2]

[Poin:20]

[Status pembalasan: 000001/100000]

"Eh, ini hadiah ku?" tanya Kealeksa.

[Benar Nona, Anda bisa menikmati hadiah yang sudah di sediakan]

"Wah, banyak sekali reward yang aku dapatkan," ucap Kealeksa senang.

"Mamaaaaa!" teriak Juli dan Riska.

"Ada apa!" tanya Karin yang langsung keluar dari kamarnya karena terkejut. Kealeksa juga terkejut dan ikut keluar, tapi ia hanya mengintip di depan pintu kamarnya.

"Mama! Lihat muka aku dan kulit ku kena lem. Mana lemnya nempel dan nggak bisa di lepaskan," rengek Riska.

Kealeksa tersenyum. "Rasakan kalian," ucap Kealeksa merasa puas, karena lem itu adalah lem yang sulit di lepaskan.

"Kenapa dengan kalian?" tanya Karin terbelalak melihat kedua putrinya tubuhnya menempel banyak lem.

"Dia nih Ma, meletakan lem di dalam serum," ucap Juli menujuk ke arah Riska marah.

"Hey! Siapa yang meletakkannya, lagian untuk apa aku lakukan itu!" balas Riska.

"Kamu sengaja kan untuk menjebak ku!" teriak Juli membelalakkan matanya.

"Cukup!" teriak Karin pusing melihat tingkah kedua anaknya.

"Ayo kita ke salon, mungkin mereka punya cara untuk melepaskan lem itu dari kulit kalian," ucap Karin mencoba untuk tenang.

"Aku mau tempat salon yang mahal, aku nggak mau salon di pinggir jalan itu," ucap Juli melipat tangannya sambil manyun.

"Aku juga nggak mau, tempat salon di pinggir jalan itu banyak debunya, kotor!" sahut Riska.

"Tidak! Kalian pikir Mama tulang cetak uang buat ajak kalian ke salon mahal! Ikut saja kemana Mama pergi dan jangan banyak protes kalau kalian mau lemnya di lepas dari wajah kalian itu!" ucap Karin menegaskan.

"Hihihi, padahal untuk melepaskan lem itu cukup dengan merendam air hangat saja sudah lepas, emang dasarnya aja mereka aja yang manja," celetuk Kealeksa.

BAB 3

Keesokan paginya. Terlihat sinar cahaya mentari dari celah jendela, pagi ini terasa cerah seperti perasaan Kealeksa.

Seperti biasa sebelum mereka berangkat sekolah. Kealeksa harus membuat sarapan untuk ketiga

"Cepat! Mana makanannya!" teriak Karin.

"Iya Tante, sedang aku siapkan," ucap Kealeksa yang saat itu sedang memasak nasi goreng untuk sarapan mereka pagi itu.

Kealeksa meletakan nasi setiap piring di atas meja.

"Mama, aku malu ke sekolah dengan wajah seperti ini," rengek Riska.

Kealeksa hampir saja tertawa melihat wajah mereka merah-merah bekas lem kemaren.

"Ah, itu hanya sedikit, tunggu Papamu pulang dari luar kota, baru kita akan ke salon," ucap Karin menenangkan.

"Mama sih! Udah di bilang ke salon mahal malah nggak mau! Kan jadi kayak gini muka aku!" seru Juli kesal. Sepertinya mereka datang ke tempat salon yang pemiliknya kurang pengetahuannya.

"Ini anak kok ngelunjak ya! Udah di bilang tunggu Papamu pulang! Nggak dengar apa!" teriak Karin.

Riska melihat di dalam wajah ada tersisa nasi goreng untuk Kealeksa.

"Kealeksa, berikan aku semua nasi goreng itu!" pinta Riska.

"Tapi udah ada meja untuk mu," ucap Kealeksa.

"Tapi aku mau tambah lagi," jawab Riska.

"Kealeksa! Kalau dia tambah ya tambah aja!" bentak Karin.

"Tapi Tante, itu bagianku," ucap Kealeksa.

"Cepat berikan!" ucap Karin membulatkan matanya.

Kealeksa menambahkan nasi goreng itu lagi dan ia terpaksa membuatkan lagi untuk dirinya.

Setelah makan mereka pun berangkat sekolah.

Juli dan Riska di antara sekolahnya dengan menggunakan mobil, Kealeksa sendiri berjalan kaki.

"Tidak apa-apa, jalan kaki malah lebih sehat," ucapnya menghibur diri.

Setelah sampai di sekolah, Kealeksa duduk di kursinya. Kelasnya adalah neraka baginya selama ini, karena tiap kali ia datang, semua mata menatap tertuju ke arahnya seolah-olah mereka semua siap menerkamnya.

Untuk kali ini, ia tidak mempedulikan itu, ia duduk di kursi seperti biasanya.

Terlihat Fitri, Kirana dan Rita masuk ke dalam kelas dan mereka melihat ke arah Kealeksa sambil tersenyum.

Fitri dan kedua temannya datang mendekati Kealeksa.

"Kau masih bisa datang ke sekolah meskipun sudah terluka seperti ini? Kau memang tahan banting ya," ucap Fitri tersenyum mengejek.

"Dulu tidak, mungkin sekarang iya," jawab Kealeksa membalas senyum Fitri.

"Kau bisa tersenyum juga rupanya, akan ku buat kau tidak bisa tersenyum lagi," ucap Fitri geram.

Ia ingin menjitak kepala Kealeksa, tapi Kealeksa menepis tangan Fitri.

"Kau ... berani melawan rupanya!" ucap Fitri geram. Ia ingin menjambak rambut Kealeksa, tapi Kealeksa mendorong Fitri hingga Fitri terjatuh.

Brukkk!

"Kurang ajar, kau berani mendorong ku!" teriak Fitri tak terima, Fitri menjebak rambut Kealeksa, Kealeksa juga nggak mau kalah, ia juga menjambak rambut Fitri.

Biasanya Kealeksa diam saat ia di sakiti, kali ini ia harus melakukan perlawanan balik, karena adanya sistem yang sudah mengembalikan kepercayaan dirinya.

"Hey! Kalian lihat apa! Cepat bantu!" teriak Fitri kesakitan. Kealeksa menambah tarikannya hingga rambut Fitri tercabut.l sebagian.

Rita dan Kirana datang membantu dengan memegangi Kealeksa dan menariknya.

Sedangkan yang lain sama sekali tidak ada yang datang memisahkan mereka, malah mereka memvideokan mereka yang sedang berantem sambil tertawa lucu.

Tiba-tiba saja guru masuk ke dalam kelas dan terkejut melihat kejadian tersebut.

"Hey! Apa yang kalian lakukan!" teriak Bu April dan langsung memisahkan mereka.

Mereka pun berhenti, di tangan Kealeksa ada gumpalan rambut Fitri, dan begitu juga Fitri yang berhasil menarik rambut Kealeksa.

"Kalian ini kenapa sih malah berantam! Kalian nggak punya kerjaan lain apa! Ini di sekolah! Seharusnya kalian jaga sikap kalian!" teriak Bu April marah.

Semua yang ada di dalam ruangan terdiam.

"Kalian juga! Bukannya memisahkan! Malah menjadi tontonan, kalian pikir ini sedang acara reog! Jika ada lagi kejadian seperti ini, maka Ibu akan laporkan kepada kepala sekolah dan akan melaporkan kepada orang tua kalian!" ancam Bu April.

"Jangan donk Buk, tolong jangan lakukan itu," pinta Fitri.

"Kalau tidak mau cukup sekali ini saja," ucap Bu April.

"Iya Buk, janji," ucap mereka.

Bu April menarik nafasnya berusaha untuk mengontrol emosinya. "Ayo anak-anak, duduk di kursi masing-masing," ucap Bu April.

Para murid pun kembali duduk di kursi masing-masing dan pelajaran pun berlangsung.

"Awas saja kamu, tunggu pulang sekolah nanti," ucap Fitri menatap tajam Kealeksa.

☘️☘️☘️☘️☘️

Saat pulang sekolah, Kealeksa cepat-cepat pergi dari kelas, karena Fitri pasti akan membalaskan dendam yang belum usai.

[Ding Ding]

[Misi baru]

[Siram mereka dengan air got]

[Hadiah penyembuhan luka 10%]

[Status misi sedang berlangsung]

"Eh, aku mendapatkan misi lagi. Hm ... kira-kira dengan apa aku menyiram mereka ya?" tanya Kealeksa berpikir.

Tak sengaja ia menabrak tong sampah, ia mengambil tong sampah lalu mengambil air dari got.

Ia pun membawanya dan bersembunyi di balik tembok pembatas pagar sekolah.

"Kemana dia lari, kok cepat sekali? Kalau dia dapat, sudah ku penyet kan dia kayak sambal terasi," ucap Fitri geram, saat itu ia sedang berada di gerbang keluar sekolah.

"Hm, entahlah," jawab Kirana mengangkat bahunya.

"Saatnya beraksi," ucap Kealeksa. Ia pun menyiram air got itu ke arah Fitri dan kedua temannya.

Sayangnya, tangannya terpeleset dan saat itu Sandy datang menghampiri Fitri dan air itu menyiram tubuh Sandy.

Byuurr!

Seketika menjadi hening.

"Astaga! Aku salah sasaran," ucap Kealeksa menutup mulutnya.

"Kurang ajar! Kamu benar-benar ingin cari mati!" teriak Sandy geram.

Kealeksa membuang tong sampah itu dan ambil langkah besar.

Ia pun langsung melarikan diri dan Sandy langsung mengejar Kealeksa, mana Sandy adalah sahabat Fitri dan mereka dekat sejak kecil.

Kealeksa masuk ke gang dan ia bersembunyi di dalam drum milik salah warga di dekat gang itu.

"Sial! Kemana lari bocah sialan itu!" ucap Sandy melihat ke kiri dan kanan. Akan tetapi ia tidak menemui Kealeksa.

Karena tidak menemukannya, Sandy memutuskan untuk pulang saja.

"Lihat saja dia besok, aku akan memenyetnya menjadi tempoyak. Mau bau lagi bajuku, kalo gini Fitri pasti jijik mendekati ku dan tidak menyukai ku lagi!" ucap Sandy berlalu pergi.

'Oh, jadi dia menyukai Fitri,' batin Kealeksa.

"Sepetinya sudah aman," ucap Kealeksa, ia pun keluar dari drum tersebut.

[Ding Ding]

[Misi tidak selesai]

[Anda mendapatkan hukuman]

[Hukuman Anda di kejar anjing selama 20 detik]

[Waktu hukuman di mulai]

Dari kiri, ada 2 ekor anjing yang menatap Kealeksa.

"Guk! Guk! Guk!"

"Lariiiiiiiiiiii!" teriak Kealeksa melarikan diri lagi dan kedua anjing itu mengejarnya.

Kealeksa lari terbirit-birit hingga ia kelelahan.

"Tidak bisa begini, aku kehabisan tenaga nih," ucap Kealeksa.

Mau tak mau ia harus memanjat sebuah pohon agar ia terhindar dari kejaran Anjing itu. Dari bawah Anjing terus menggonggongnya.

[Masa hukuman Anda selesai]

Anjing itu pun kehausan dan pergi meninggalkan Kealeksa.

"Ah, selamat," ucap Kealeksa lega. "Lain kali aku harus menyelesaikan misi dengan benar dan teliti, jika tidak aku akan mendapatkan masalah lebih besar lagi. Mana udah di kejar Sandy, di kejar Anjing lagi," ucap Kealeksa turun dari pohon tersebut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!