GADIS PEMBAWA SIAL
Khadijah tertunduk malu saat kedua orangtuanya Revan datang melamarnya pada paman dan bibinya yang menjadi walinya saat ini.
Kedua orangtuanya Revan meminang Khadijah yang merupakan gadis yatim piatu yang tewas akibat ulah dari tuan Alviano Dermawan yang menabrak mobil tuan Atalla Mahar Dinata.
Saat kecelakaan itu terjadi usia Khadijah masih berusia 10 tahun sementara Revan berusia 15 tahun.
Saat usia Khadijah memasuki 20 tahun, keluarga Alviano siap melamar gadis itu untuk putra mereka Revan. Walaupun begitu Revan tidak datang di acara lamaran itu, namun tidak mengurangi hikmah acara tersebut.
"Pernikahannya cukup dilangsungkan sederhana saja. Yang penting ijab qobul-nya," ucap tuan Aji Musni selaku pamannya Khadijah.
"Maafkan kami soal itu tuan Aji. Kami sangat menyesalkan sikap putra kami yang tidak mau direpotkan dengan acara resepsi karena dia sangat sibuk saat ini," ucap tuan Alviano.
"Tidak masalah. Lakukan secepatnya agar Khadijah ada yang bertanggungjawab untuknya. Kami harus kembali ke Rusia karena tugas kami menumpuk di sana," ucap tuan Aji yang merupakan duta besar RI untuk Rusia.
"Baiklah. Kalau begitu pernikahannya di kantor agama saja biar urusannya cepat selesai. Lagi pula semua berkas mereka sudah masuk dan tinggal menunggu tuan Aji ke Indonesia agar bisa menjadi wali nikah untuk Khadijah," imbuh tuan Alviano.
"Berarti kapan tanggal pernikahan itu?" tanya tuan Aji.
"Dua hari lagi," ucap Tuan Alviano.
"Baiklah. Kami tunggu hari bahagianya. Kami titip putri kami satu-satunya ini. Hanya dia yang kami punya," ucap nyonya Retno yang tidak memiliki anak karena rahimnya sudah diangkat.
"Kami akan menjaganya seperti kami menjaga putra kami Revan," ucap nyonya Shiren. Keluarga itu pamit pulang setelah berbasa-basi sebentar.
Tuan Aji Musni adalah adik kandungnya tuan Attala. Sepekan kemudian, pernikahan itu berlangsung. Cukup lama juga keluarga mempelai wanita menunggu kedatangan mempelai pria yang belum juga unjuk giginya.
"Dasar anak berengsek...! Sudah jam segini masih juga belum datang," umpat tuan Alviano menatap jam tangannya dan terlihat sangat gelisah.
"Maaf pak penghulu. Mungkin putra saya terjebak macet," ucap tuan Alviano pada pak penghulu yang tetap terlihat tenang sambil sesekali menarik nafas berat.
"Tidak apa. Tenang saja tuan Alviano. Ini belum memasuki waktu istirahat," ucap pak penghulu tersenyum tenang.
Tidak lama kemudian masuk seorang pemuda yang sangat tampan. Pemuda itu adalah Revan yang akan menikahi Khadijah.
Khadijah tidak ingin melihat calon suaminya itu karena pernikahan ini semuanya berlangsung hanya karena memenuhi sebuah janji.
Ia sendiri tidak mengerti janji apakah itu. Yang ia tahu, ia harus memenuhi permintaan kedua orangtuanya sebelum meninggal. Itu yang disampaikan oleh paman dan bibinya.
Begitu juga dengan Revan yang tidak mengetahui ada cerita apa dibalik pernikahan ini karena dirinya hanya diberitahu ini adalah sebuah janji. Jika tidak dipenuhi olehnya maka namanya dicoret dari ahli waris.
"Ayo cepatlah...! Semua orang di sini hampir mati karena kehabisan oksigen menanti kedatanganmu," bisik tuan Alviano menggiring putranya duduk di depan pak penghulu.
"Baiklah. Untuk mempersingkat waktu kita mulai saja pernikahan ini. Silahkan tuan Aji untuk menikahkan keponakan anda dengan saudara Revalino...!" pinta pak penghulu.
"Baik pak penghulu."
Janji suci pernikahan melalui di ikrarkan sumpah ijab qobul yang diucapkan oleh Revalino begitu lancar dalam satu tarikan nafas.
"Sah...!"
"Sah...!"
Kedua saksi pernikahan itu mengucapkan kata sah secara bersamaan. Saling menyalami satu sama lain diantara mempelai pengantin dengan keluarga mereka masing-masing.
Revan tampak jengah melihat adegan tangisan itu. Ia segera menarik tangannya Khadijah agar cepat keluar dari kantor KUA itu.
"Cepatlah...! Aku banyak urusan. Urusanku tidak hanya dengan dirimu saja," ketus Revan yang tidak ada manis-manisnya pada Khadijah.
"Astaghfirullah halaziiim," batin Khadijah yang hanya bisa beristighfar.
Mobil mewah itu meninggalkan kantor agama menuju hotel yang merupakan milik keluarga Revan sendiri.
"Tidak ada acara bulan madu. Kita hanya punya status menikah dengan embel-embel suami istri. Tapi bukan dalam arti yang sesungguhnya.
Aku harap kamu tidak perlu tampil sebagai istri yang berbakti dan begitu pula denganku dan kamu jangan banyak menuntut dariku sebagai suami yang baik. Apakah kamu paham, Khadijah?" tanya Revan sambil fokus membawa mobilnya.
"Insya Allah."
Khadijah tetap tenang tanpa merasa tersinggung apa lagi emosi karena itu bukan bagian dari hidupnya yang menanggapi orang yang lagi senewen seperti suaminya saat ini.
Tiba di hotel, tidak seperti pengantin bahagia lainnya yang saling bergandengan tangan atau pelukan mesra, justru tampang sadis dan dingin membeku terlihat jelas di wajah tampan Revan.
Sementara wajah Khadijah yang tertutup cadar berjalan menunduk mengikuti langkah kaki Revan masuk ke dalam lift.
Para karyawan hotel yang awalnya ingin memberi selamat terlihat gugup dengan raut wajah ketakutan seakan sedang menghadapi malaikat maut. Mereka hanya menundukkan kepala seperti biasanya.
"Bagaimana dengan kalungan bunganya?" Tanya Dini pada temannya yang hanya menggelengkan kepalanya.
"Ya sudahlah. Di simpan saja. Sepertinya pernikahan itu tidak sesuai yang diharapkan kelurga Darmawan," ucap Ian manajer hotel.
"Ohhh...! Pantesan. Apakah karena gadis itu jelek membuat tuan Revan ngambek?" ledek salah satu karyawannya.
"Oh kasihan...! Padahal apa kurangnya kita, cantik, bahenol dan tentunya smart." Memuji diri sendiri.
"Smart kepala loe peang. Kalau smart ijasah loe nggak sampai D3 doang...hiks..hiks..!"
"Eh...! Gue juga bisa sampai jenjang tinggi. Bokap gue nggak mampu aja makanya sampai level 3 doang."
"Level 3. Loe kira pesan ayam ri**s" ledak tertawa itu menggema.
"Hussstt...diam...! Sana... kembali bekerja lagi..!" titah manajer Ian. Semuanya kembali ke ruang kerja mereka masing-masing.
Di dalam kamar pengantin, Revan hanya duduk di sofa sementara Khadijah duduk di tempat tidur.
"Mulai besok jangan mengenakan cadarmu. Aku tidak mau berjalan dengan orang aneh...!" ucap Revan lalu bangkit berdiri melepaskan jasnya.
"Baik." Khadijah masuk ke kamar mandi untuk melepaskan semua apa yang melekat di tubuhnya.
"Mungkin suamiku tidak membutuhkan aku. Baiklah. Kalau begitu aku mandi saja dan tidur siang. Aku juga sangat lelah karena kurang tidur akhir-akhir ini." Menatap wajah cantiknya di depan kaca wastafel.
Guyuran air membasahi tubuh mulusnya. Ia membasahi juga rambutnya dengan menggunakan sampo mahal yang tersedia di dalam kamar mandi itu.
Harum semerbak sampo yang merupakan pilihan sang mertua untuk Khadijah agar bisa merangsang gairah Revan.
Sementara di luar sana Revan membuka pintu kamarnya untuk pelayan yang membawa makan siang untuk mereka.
Sepeninggalnya pelayan itu, Revan juga menanggalkan bajunya dan tampaklah dada berotot itu dengan lekukan roti sobek tersusun di perut sixpack miliknya.
Tidak lama Khadijah keluar dengan rambut terbalut handuk dan mengenakan jubah mandi warna merah.
Deggggg....
Keduanya sama-sama terpana melihat wajah dan tubuh mereka masing-masing. Jakun Revan naik turun melihat kecantikan istrinya.
Begitu juga Khadijah yang baru melihat jelas ketampanan suaminya dengan tubuh setengah telanjang.
Revan mengalihkan wajahnya dengan jantung berdebar sekuat tabuh genderang mau pecah.
"Gawat.....! Kalau wajahnya secantik itu di perlihatkan di depan orang lain, maka habislah istriku di kerubutin lalat," batin Revan yang menyesali ucapannya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Qurotul Aini
haha
2024-04-28
0
Wirda Lubis
lanjut
2024-01-07
0
Wirda Lubis
lanjut
2024-01-07
0