A Fickle Heart
Flashback on
Wanita berumur 18 tahun itu, menatap sendu pada seorang pria dihadapannya. "Kapan kau akan kembali? Apakah kau tidak akan meninggalkanku?" Tanyanya menatap pria dihadapannya dengan suara lirih.
"Aisya, aku hanya pergi untuk mengikuti perintah orang tuaku. Papa ingin aku kuliah diluar negeri, supaya aku bisa meneruskan usaha papa. Aku janji setelah aku sukses aku pasti akan kembali" ucap pria berumur 23 tahun itu sambil merangkup wajah kekasihnya.
"Aku percaya padamu. Aku pasti menunggumu" senyum tipis terukir diwajah sendu gadis itu.
"Jamie?" Panggil seorang wanita paruh baya yang sedang mencari anak lelakinya.
Jamie menoleh ke arah depan "itu mama sudah memanggilku. Dia pasti telah mencariku ke sekeliling rumah ini. Untung saja tidak ada yang mengetahui keberadaan kita dan tempat rahasia kita ini". Senyumnya merekah menatap kekasihnya sambil tetap mendengar suara kaki yang mulai mendekat ke gubuk kecil yang dirinya bersama Aisya sedang berada didalamnya.
"Pergilah. Sebelum ibumu melihat dan menghajar kita" ujar wanita itu sambil menatap ke arah pintu itu dengan rasa cemas.
"Iya. Tapi ucapkan sesuatu padaku" Jamie memeluk kekasihnya.
Wanita itu semakin ketakutan dengan langkah kaki yang semakin mendekat "pergilah James, aku tidak ingin kau mendapatkan masalah" wanita itu menatapnya dengan penuh permohonan.
"Baik, aku akan pergi tapi katakan dulu kau mencintaiku" pinta lelaki itu sambil memegang tangan Aisya.
"Aku mencintaimu Jamie" ucap wanita itu dengan mata berkaca-kaca.
"Terimakasih Aisya. Aku juga mencintaimu. Aku pergi dulu ya". Jamie mengecup kening wanita itu dengan lembut dan meninggalkannya di gubuk kecil itu.
"Mama, mau kemana?" Ujar Jamie mendekati Amira mamanya.
"Sepertinya aku mendengarkan suara seorang wanita ditempat itu" ucap Amira penasaran.
"Itu mungkin perasaan mama saja. Itukan hanya gubuk kecil yang tidak ada penghuninya. Atau jangan-jangan mama mendengar suara kuntilanak?" Goda Jamie sambil menakuti mamanya.
"Aaah kau ini. Hanya ingin menakuti mama saja. Sudahlah ayo kita berangkat sebelum papamu marah karena menunggu terlalu lama" ajak Amira pada anaknya.
Jamie mengikuti langkah mamanya dan menuju ke mobil yang telah menunggu mereka.
"Kenapa lama sekali? Darimana saja kalian" ucap lelaki paruh baya itu kepada mereka.
"Maaf pa. Tadi aku mencari Jamie ke seluruh penjuru rumah ini" jelas Amira pada Arman suaminya.
"Ayo cepat kita berangkat. Perjalanan ke kota sangat lama kalau tidak berangkat sekarang nanti akan menambah waktu yang sangat lama" ujar Arman sambil membukakan pintu mobil untuk istrinya kemudian mengendarai mobilnya.
***
Aisya merasakan sakit yang luar biasa diperutnya, sepertinya dia mengalami kontraksi dan akan segera melahirkan. "Aisya bersabarlah, aku akan meminta bantuan" ujar Sarah yang sedang mulai panik, lalu menemui tetangga untuk membantu proses kelahiran Aisya.
Ketika Aisya berpisah dengan Jamie, sebenarnya Aisya sedang mengandung anak Jamie, tapi Aisya tidak mengatakannya karena dia ingin memberi kejutan pada Jamie. Dia sangat yakin lelaki yang dicintainya itu akan kembali menemuinya. Namun sampai saat ini lelaki itu tidak juga menampakkan dirinya.
Para tetangga berdatangan untuk membantu proses kelahiran bayi Aisya. Dengan penuh perjuangan Aisya mengerahkan seluruh tenaganya. Setengah jam berlalu bayi mungil itu lahir ke dunia. Suara tangisannya memenuhi ruangan kamar Aisya. Aisya menatap bayi laki-lakinya yang digendong oleh Sarah dan menunjukkannya pada Aisya yang sedang terbaring lemah diatas kasurnya. Aisya menatap anak itu dan mencium putranya dengan air mata yang mengalir disudut matanya. Dia merasa bahagia dengan kehadiran anggota baru keluarganya dan telah menjadi seorang ibu.
"Aisya kau akan memberikan nama siapa pada anak ini?" Tanya Sarah yang masih menggendong bayi merah itu.
Belum sempat Aisya memberikan nama untuk anaknya. Tiba-tiba seorang wanita berpakaian hitam dengan jas dan kacamata hitam beserta lima orang pria berjas hitam menerobos masuk ke dalam rumahnya. "Berikan bayi itu padaku Sarah" suara wanita itu menunjukkan keangkuhan.
"Nyonya Amira?" Ucap Sarah menatap wanita itu. Sambil memelototkan matanya.
"Jangan, jangan ambil anakku" ucap Aisya pada wanita itu.
"Bukankah aku pernah memperingatkan padamu Aisya, jangan pernah mendekati putraku, karena aku telah menjodohkannya dengan anak temanku, tapi kau malah berhubungan dengannya dan lihatlah buah dari perbuatanmu. Kau memiliki anak dari Jamie tanpa pernikahan" ucapan Amira benar-benar menusuk hati Aisya. Menikam jantungnya saat itu juga.
"Aku tahu nyonya, tapi aku sangat mencintai Jamie, kami saling jatuh cinta" jelas Aisya padanya.
"Cih... persetan dengan cinta. Kau hanya wanita tidak berkasta dan tak pantas untuk putraku. Kau tahu mengapa aku mengajak Jamie pergi ke kota? Itu semua karena agar dia terlepas dari jeratan wanita licik sepertimu" Amira berdecih dan semakin menghinanya.
Aisya menangis menahan sesak didadanya. Rasanya ingin sekali dia membalas perkataan wanita itu tapi dia benar-benar tidak berdaya dan tidak mampu melakukan apapun saat ini.
"Kau tidak perlu khawatir Aisya, mulai hari ini kau tidak perlu menyusahkan dirimu dengan membesarkan anak ini, karena mulai detik ini aku akan membawa anak ini bersamaku" Amira menyeringai dengan sorot mata menajam pada Aisya. Kemudian membawa anak itu bersamanya dan menyuruh pengawalnya memberikan uang pada Aisya.
"Nyonya jangan nyonya" Sarah mencoba mencegahnya.
"Pergi sana, atau kau mau mati?" Bentak salah seorang pengawalnya sambil mendorong Sarah hingga kepalanya membentur sudut tempat tidur.
"Anakku... anakku... jangan bawa anakku" lirih Aisya menatap orang-orang yang membawa paksa bayi yang baru saja dilahirkannya itu.
Amira memang sangat kejam dan tidak punya perasaan. Dia semgaja menyakiti Aisya karena tidak menyukai wanita itu, tapi dengan kejamnya dia merebut anak Aisya. Dia melakukannya, karena saat itu Jamie anaknya telah menikah dengan perempuan pilihan Amira yang bernama Clara, tapi mereka tidak mempunyai anak, begitu mendengar kehamilan Aisya mereka sengaja membiarkan wanita itu merawat kandungannya hingga melahirkan kemudian merebut anak itu dari Aisya sebagai pewaris tahta dari keluarga Arman Wirayuda yaitu ayah Jamie.
Orang-orang yang berada disekitar itu hanya bisa menatap Aisya dengan sedih. Mereka juga tidak berdaya untuk melawan Amira beserta pengawalnya, karena keluarga Arman Wirayuda merupakan orang berpengaruh dan sangat disegani. Masyarakat disana banyak menerima bantuan darinya, oleh sebab itu mereka tidak berani menentangnya.
***
Wanita tua itu masih terduduk dikursi goyangnya. Matanya mulai berkaca-kaca ketika teringat pada putranya yang diculik oleh Amira. "Jika saja anakku masih hidup mungkin sekarang aku telah melihatnya menikah dan mempunyai cucu darinya, " gumam wanita itu dalam hati.
"Nyonya, nyonya Hilda, apa anda baik-baik saja?" Tanya seorang pelayan rumah itu memperhatikan wanita tua yang sedang menangis itu.
"Aku baik-baik saja" ucap wanita itu lirih sambil menoleh pada ART nya.
"Nyonya, Tadi tuan Reihan memberi kabar kalau dia telah menyelesaikan kuliahnya dan akan kembali hari ini ke rumah." ART itu menyampaikan kabar padanya.
"Benarkah? Aku tidak sabar menunggu kedatangan cucu kesayanganku" ucap Hilda sambil menghapus air mata yang membasahi pipinya.
"Siapkan makanan yang enak untuk cucuku dan jangan lupa bilang pada supir untuk bersiap-siap menjemput kepulangannya" sambung Hilda kembali pada ART nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Itha Fitra
crita ny kok muter" sih thor? td nm ny nyonya amira,skrng brubah jd nyonya hilda?
2024-01-13
1