NovelToon NovelToon

A Fickle Heart

Mengurai Kenangan

Flashback on

Wanita berumur 18 tahun itu, menatap sendu pada seorang pria dihadapannya. "Kapan kau akan kembali? Apakah kau tidak akan meninggalkanku?" Tanyanya menatap pria dihadapannya dengan suara lirih.

"Aisya, aku hanya pergi untuk mengikuti perintah orang tuaku. Papa ingin aku kuliah diluar negeri, supaya aku bisa meneruskan usaha papa. Aku janji setelah aku sukses aku pasti akan kembali" ucap pria berumur 23 tahun itu sambil merangkup wajah kekasihnya.

"Aku percaya padamu. Aku pasti menunggumu" senyum tipis terukir diwajah sendu gadis itu.

"Jamie?" Panggil seorang wanita paruh baya yang sedang mencari anak lelakinya.

Jamie menoleh ke arah depan "itu mama sudah memanggilku. Dia pasti telah mencariku ke sekeliling rumah ini. Untung saja tidak ada yang mengetahui keberadaan kita dan tempat rahasia kita ini". Senyumnya merekah menatap kekasihnya sambil tetap mendengar suara kaki yang mulai mendekat ke gubuk kecil yang dirinya bersama Aisya sedang berada didalamnya.

"Pergilah. Sebelum ibumu melihat dan menghajar kita" ujar wanita itu sambil menatap ke arah pintu itu dengan rasa cemas.

"Iya. Tapi ucapkan sesuatu padaku" Jamie memeluk kekasihnya.

Wanita itu semakin ketakutan dengan langkah kaki yang semakin mendekat "pergilah James, aku tidak ingin kau mendapatkan masalah" wanita itu menatapnya dengan penuh permohonan.

"Baik, aku akan pergi tapi katakan dulu kau mencintaiku" pinta lelaki itu sambil memegang tangan Aisya.

"Aku mencintaimu Jamie" ucap wanita itu dengan mata berkaca-kaca.

"Terimakasih Aisya. Aku juga mencintaimu. Aku pergi dulu ya". Jamie mengecup kening wanita itu dengan lembut dan meninggalkannya di gubuk kecil itu.

"Mama, mau kemana?" Ujar Jamie mendekati Amira mamanya.

"Sepertinya aku mendengarkan suara seorang wanita ditempat itu" ucap Amira penasaran.

"Itu mungkin perasaan mama saja. Itukan hanya gubuk kecil yang tidak ada penghuninya. Atau jangan-jangan mama mendengar suara kuntilanak?" Goda Jamie sambil menakuti mamanya.

"Aaah kau ini. Hanya ingin menakuti mama saja. Sudahlah ayo kita berangkat sebelum papamu marah karena menunggu terlalu lama" ajak Amira pada anaknya.

Jamie mengikuti langkah mamanya dan menuju ke mobil yang telah menunggu mereka.

"Kenapa lama sekali? Darimana saja kalian" ucap lelaki paruh baya itu kepada mereka.

"Maaf pa. Tadi aku mencari Jamie ke seluruh penjuru rumah ini" jelas Amira pada Arman suaminya.

"Ayo cepat kita berangkat. Perjalanan ke kota sangat lama kalau tidak berangkat sekarang nanti akan menambah waktu yang sangat lama" ujar Arman sambil membukakan pintu mobil untuk istrinya kemudian mengendarai mobilnya.

***

Aisya merasakan sakit yang luar biasa diperutnya, sepertinya dia mengalami kontraksi dan akan segera melahirkan. "Aisya bersabarlah, aku akan meminta bantuan" ujar Sarah yang sedang mulai panik, lalu menemui tetangga untuk membantu proses kelahiran Aisya.

Ketika Aisya berpisah dengan Jamie, sebenarnya Aisya sedang mengandung anak Jamie, tapi Aisya tidak mengatakannya karena dia ingin memberi kejutan pada Jamie. Dia sangat yakin lelaki yang dicintainya itu akan kembali menemuinya. Namun sampai saat ini lelaki itu tidak juga menampakkan dirinya.

Para tetangga berdatangan untuk membantu proses kelahiran bayi Aisya. Dengan penuh perjuangan Aisya mengerahkan seluruh tenaganya. Setengah jam berlalu bayi mungil itu lahir ke dunia. Suara tangisannya memenuhi ruangan kamar Aisya. Aisya menatap bayi laki-lakinya yang digendong oleh Sarah dan menunjukkannya pada Aisya yang sedang terbaring lemah diatas kasurnya. Aisya menatap anak itu dan mencium putranya dengan air mata yang mengalir disudut matanya. Dia merasa bahagia dengan kehadiran anggota baru keluarganya dan telah menjadi seorang ibu.

"Aisya kau akan memberikan nama siapa pada anak ini?" Tanya Sarah yang masih menggendong bayi merah itu.

Belum sempat Aisya memberikan nama untuk anaknya. Tiba-tiba seorang wanita berpakaian hitam dengan jas dan kacamata hitam beserta lima orang pria berjas hitam menerobos masuk ke dalam rumahnya. "Berikan bayi itu padaku Sarah" suara wanita itu menunjukkan keangkuhan.

"Nyonya Amira?" Ucap Sarah menatap wanita itu. Sambil memelototkan matanya.

"Jangan, jangan ambil anakku" ucap Aisya pada wanita itu.

"Bukankah aku pernah memperingatkan padamu Aisya, jangan pernah mendekati putraku, karena aku telah menjodohkannya dengan anak temanku, tapi kau malah berhubungan dengannya dan lihatlah buah dari perbuatanmu. Kau memiliki anak dari Jamie tanpa pernikahan" ucapan Amira benar-benar menusuk hati Aisya. Menikam jantungnya saat itu juga.

"Aku tahu nyonya, tapi aku sangat mencintai Jamie, kami saling jatuh cinta" jelas Aisya padanya.

"Cih... persetan dengan cinta. Kau hanya wanita tidak berkasta dan tak pantas untuk putraku. Kau tahu mengapa aku mengajak Jamie pergi ke kota? Itu semua karena agar dia terlepas dari jeratan wanita licik sepertimu" Amira berdecih dan semakin menghinanya.

Aisya menangis menahan sesak didadanya. Rasanya ingin sekali dia membalas perkataan wanita itu tapi dia benar-benar tidak berdaya dan tidak mampu melakukan apapun saat ini.

"Kau tidak perlu khawatir Aisya, mulai hari ini kau tidak perlu menyusahkan dirimu dengan membesarkan anak ini, karena mulai detik ini aku akan membawa anak ini bersamaku" Amira menyeringai dengan sorot mata menajam pada Aisya. Kemudian membawa anak itu bersamanya dan menyuruh pengawalnya memberikan uang pada Aisya.

"Nyonya jangan nyonya" Sarah mencoba mencegahnya.

"Pergi sana, atau kau mau mati?" Bentak salah seorang pengawalnya sambil mendorong Sarah hingga kepalanya membentur sudut tempat tidur.

"Anakku... anakku... jangan bawa anakku" lirih Aisya menatap orang-orang yang membawa paksa bayi yang baru saja dilahirkannya itu.

Amira memang sangat kejam dan tidak punya perasaan. Dia semgaja menyakiti Aisya karena tidak menyukai wanita itu, tapi dengan kejamnya dia merebut anak Aisya. Dia melakukannya, karena saat itu Jamie anaknya telah menikah dengan perempuan pilihan Amira yang bernama Clara, tapi mereka tidak mempunyai anak, begitu mendengar kehamilan Aisya mereka sengaja membiarkan wanita itu merawat kandungannya hingga melahirkan kemudian merebut anak itu dari Aisya sebagai pewaris tahta dari keluarga Arman Wirayuda yaitu ayah Jamie.

Orang-orang yang berada disekitar itu hanya bisa menatap Aisya dengan sedih. Mereka juga tidak berdaya untuk melawan Amira beserta pengawalnya, karena keluarga Arman Wirayuda merupakan orang berpengaruh dan sangat disegani. Masyarakat disana banyak menerima bantuan darinya, oleh sebab itu mereka tidak berani menentangnya.

***

Wanita tua itu masih terduduk dikursi goyangnya. Matanya mulai berkaca-kaca ketika teringat pada putranya yang diculik oleh Amira. "Jika saja anakku masih hidup mungkin sekarang aku telah melihatnya menikah dan mempunyai cucu darinya, " gumam wanita itu dalam hati.

"Nyonya, nyonya Hilda, apa anda baik-baik saja?" Tanya seorang pelayan rumah itu memperhatikan wanita tua yang sedang menangis itu.

"Aku baik-baik saja" ucap wanita itu lirih sambil menoleh pada ART nya.

"Nyonya, Tadi tuan Reihan memberi kabar kalau dia telah menyelesaikan kuliahnya dan akan kembali hari ini ke rumah." ART itu menyampaikan kabar padanya.

"Benarkah? Aku tidak sabar menunggu kedatangan cucu kesayanganku" ucap Hilda sambil menghapus air mata yang membasahi pipinya.

"Siapkan makanan yang enak untuk cucuku dan jangan lupa bilang pada supir untuk bersiap-siap menjemput kepulangannya" sambung Hilda kembali pada ART nya.

Aku Merindukanmu

Pagi itu sebuah mobil Mercedes benz S-Class melaju di bandara dan berhenti di depan pintu masuk bandara. Seorang lelaki berjas hitam dan kacamata hitam turun dari mobil mewah itu. Berjalan dengan gagah dan kharismatik menuju pintu bandara, dia membuka kacamatanya. Matanya menyusuri sisi ruangan ke arah kanan dan kiri. Hingga menemukan seseorang yang dicarinya. "REIHAN" teriaknya pada lelaki yang sedang membelakanginya.

Lelaki itu membalikkan tubuhnya dan menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki "maaf apa anda memanggilku?" Tanyanya memastikan.

"Kau Reihan kan. Reihan Pratama". Lelaki itu memastikan kembali.

"Ya aku sendiri"

"Sobat, apa kau lupa padaku?" Pria itu mencoba mengingatkan.

Lelaki bernama Reihan itu mengernyitkan dahinya dan memperhatikan pria dihadapannya. "Kau... kau Firza?" Reihan terkekeh saat mengingat wajah pria itu.

"Haha untung saja kau mengenalku, kalau kau bilang tidak mengenalku. Aku pastikan kau akan pulang dengan jalan kaki saat ini juga".Pria bernama Firza itu berkelakar lalu memeluk sahabatnya. Reihanpun membalas pelukannya dengan hangat.

"Kau benar-benar berubah. Aku sungguh tidak mengenalmu". Reihan merangkul sahabatnya.

"Ya, tentu saja. Terakhir kita bertemu saat kita masih SMA sekarang kita baru saja menyelesaikan kuliah. Tentu saja banyak perubahan dalam waktu empat tahun Reihan. Kau juga terlihat tampan" pujinya sambil mengajak Reihan ke mobil jemputan mereka.

Saat dimobil, "bagaimana keadaan nenek Hilda?" Tanya Reihan.

"Nenek sehat dan pastinya sangat merindukan cucu kesayangannya". Ujar lelaki itu sambil tersenyum.

Mereka saling bercerita tentang masa lalu mereka dulu. Hingga akhirnya sampai ke rumah keluarga Barata.

Saat memasuki rumah, "nenek, nenek dimana? Aku sudah pulang ni" Suara Reihan menggema di rumah mewah itu.

Seorang wanita muda didalam kamar mendengarkan arah suara itu, sepertinya aku kenal suara itu gumamnya dalam hati. Kemudian menoleh ke arah pintu kamarnya  Reihan? Itu pasti Reihan wanita itu bergegas keluar dari kamarnya dan "Reihan??" Panggil wanita itu sambil bergegas menghampirinya.

"Kau?" Reihan menatapnya dengan bingung.

"Aku Adelia" jelas wanita cantik bertubuh ramping dengan tinggi semampai itu padanya.

"Adelia, aku merindukanmu" Reihan memeluk wanita itu dengan sangat erat.

Adelia adalah sepupu Reihan, dia juga tinggal dirumah nenek Hilda. Hubungannya dengan Reihan sangat dekat, makanya tak heran jika mereka terlihat begitu akrab.

Dari ruang makan nenek yang sedang memperhatikan pekerjaan para ART melihat ke arah mereka. " cucuku Reihan? Kau sudah pulang?"

"Nenek, aku sangat merindukan nenek, bagaimana keadaan nenek?" Reihan mengalihkan pandangannya pada neneknya lalu memeluk sang nenek.

"Nenek baik-baik saja. Kau terlihat sangat dewasa sekarang" ujar nenek sambil mengusap wajah cucunya.

Sesosok wanita muda muncul dari arah pintu masuk "boleh aku masuk?" tanya gadis itu sambil menyembulkan wajahnya di pintu masuk.

"Alisha. Gadis kecilku? Kau sudah dewasa ya?" Reihan menghampirinya sambil tersenyum.

"Kakak?" Wajah gadis itu berbinar ketika melihat Reihan dihadapannya.

"Kapan kakak pulang?" Tanyanya kembali.

"Aku baru pulang. Firza menjemputku ke bandara tadi" ujarnya sambil memperlihatkan Firza. Firza hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

Alisha sangat bahagia dengan kedatangan kakaknya lalu memeluk kakaknya.

Nenek yang sedari tadi melihat pertemuan mereka kemudian mengajak mereka ke ruang makan untuk makan malam. Mereka semua telah berkumpul dimeja makan untuk menyantap hidangan yang telah tersaji.

Dirumah mewah itu, Reihan dibesarkan bersama adik perempuannya Alisha, sepupunya Adelia dan sahabatnya Firza. Mereka tumbuh dan hidup bersama dalam didikan nenek Hilda. Mereka berpisah ketika memutuskan untuk kuliah dan dipertemukan kembali dalam satu ruangan ini.

***

Seorang gadis kecil sedang bermain disebuah taman dengan riangnya. "Shena?" Panggil seorang wanita yang sedang menemaninya.

Gadis kecil itu menghampiri wanita muda berhijab yang memanggilnya dengan senyuman. "Kakak".

Usia mereka terpaut jauh, karena ketika ibunya mengandung Shena, wanita yang dipanggil kakak itu telah berumur 17 tahun. Sekarang Shena berumur empat tahun yang artinya gadis itu sekarang berumur dua puluh dua tahun namanya Sakinah.

"Ayo pulang, sebentar lagi akan turun hujan" ajaknya pada adiknya.

Gadis kecil itu menganggukkan kepala dan mengikutinya masuk ke rumah besar dekat taman itu.

"Hei anak-anak ayah sudah pulang" sapa lelaki paruh baya itu pada kedua anak perempuan yang baru saja masuk ke rumah.

"Ayah" sambut gadis kecil itu dan diapun berhamburan kepelukan sang ayah. Sedangkan sakinah mencium punggung tangan sang ayah.

Ayah mereka ini memang ayah yang hangat dan penuh kaasih sayang. Pantas saja kalau si kecil Shera suka sekaki bermanja-manja dengannya.

"Sakinah, kalian dari mana tadi?" Tanya sang ayah pada gadis berjilbab itu.

"Hanya menemani shena bermain ditaman ayah" jawabnya dengan sangat lembut.

Rumah itu adalah milik keluarga Jamie Wirayuda. Pengusaha kaya dan sangat disegani masyarakat di kota itu. Gadis kecil yang bernama Shena dan gadis muda yang bernama Sakinah itu adalah cucu-cucu Jamie Wirayuda. Selain Sakinah dan Shena, dirumah itu juga ada cucu kesayangan sang kakek. Namanya Kirana. Gadis itu seumuran dengan Sakinah tapi mereka sangat berbeda sekali. Sakinah sangat baik, ramah dan penuh kasih sayang. Sedangkan Kirana adalah gadis manja yang sombong dan suka sekali menyakiti Sakinah, karena sejak kecil kakek selalu memanjakannya, dia selalu iri dengan apa yang dimiliki Sakinah dan akan merebut apapun yang disukai Sakinah untuk didapatkannya.

Meskipun begitu Sakinah tidak pernah mengeluhkan perbuatan sepupunya itu, karena baginya tidak perlu menggubris setiap perbuatan gadis itu padanya. Bagi Sakinah hanya ayah dan ibunya yang menjadi tumpuan hidupnya, karena hanya ayah dan ibunya yang sangat menyayanginya dirumah itu. Selain itu ada Zain yang selalu siap membelanya, kapanpun dan dimanapun. Zain adalah saudara laki-laki Kirana. Sebagai putra tertua dikeluarga itu dia selalu menjaga keluarga itu dengan baik. Terutama untuk Sakinah dia akan selalu membelanya.

***

Saat diruang tamu...

Nenek sedang sibuk membaca file-file perusahaan, memang perusahaan keluarga saat ini dikelola oleh nenek Hilda dan karyawan.

Reihan dan Firza menghampiri nenek dan duduk didekatnya.

"Nenek sudah malam begini masih sibuk dengan file perusahaan?" Tanya Reihan membuka percakapan.

"Ya, kalau bukan nenek siapa lagi yang akan mengurus perusahaan?" Ucap nenek sambil tetap memperhatikan fil-file yang ada dipangkuannya dan membaca dengan teliti data didalamnya.

"Firza, Reihan, besok kalian datang ke perusahaan ya, ada yang mau nenek sampaikan kepada kalian". Nenek Hilda  memperhatikan Firza dan Reihan.

"Baik nek" ucap keduanya pada neneknya.

Mereka mengerti nenek pasti akan membicarakan mengenai perkembangan perusahaan mereka, karena nenek pernah mengatakan pada jika mereka telah menyelesaikan kuliah nenek akan segera pensiun dari perusahaan dan memberikan tampuk kekuasaan kepada para cucunya. Supaya mereka juga bisa belajar mengelola perusahaan keluarga dan bertanggung jawab untuk perusahaan.

CEO untuk Pratama Coorp

Hilda telah terlebih dahulu berada di perusahaannya. Perusahaan yang didirikan oleh suaminya dua puluh lima tahun lalu masih terlihat sangat terawat dan teratur.  Wanita tua yang bersandar dikursi yang diapit dengan meja besar itu terlihat lembut namun ada tersirat ketegasan dari garis-garis wajahnya.

Terdengar suara ketukan dibalik pintu ruangan, Hilda menatap ke arah pintu.

"Firza, Reihan, kalian sudah datang? Ayo duduk sini" Ujar wanita itu saat dua orang tampak berada di depannya.

"Iya nek, kami baru saja sampai" sahut Reihan dan Firza bersamaan. Kemudian mereka dudul dihadapan Hilda.

"Nenek sengaja memanggil kalian ke sini, karena nenek ingin mengadakan rapat dengan seluruh karyawan dan jajaran divisi, untuk pengangkatan CEO baru perusahaan kita". Jelas Hilda pada mereka.

Setelah menyiapkan seluruh berkas dan file yang dibutuhkan Hilda mengumpulkan seluruh karyawan dan jajaran Divisi lainnya didalam ruangan meeting.

"Rapat hari ini akan diputuskan berdasarkan hasil voting bagi seluruh karyawan untuk memilih CEO baru Primatama Coorp, seluruh peserta rapat diharapkan menuliskan nama calon CEO pilihannya masing-masing di dalam kertas yang telah disediakan" ujar seorang sekretaris yang sedang menjadi pengarah acara rapat. Sekretaris itu adalah Raisha.

Hilda sengaja mencalonkan dua orang untuk menggantikan posisinya di perusahaan. Yaitu Firza Gautama dan Reihan Pratama. Itu semua telah dipikirkannya dari jauh-jauh hari. Secara Firza sendiri telah lebih dulu mengurus perusahaan itu karena memang dirinya adalah orang kepercayaan Hilda. Sedangkan Reihan adalah cucu pertamanya yang merupakan pemegang hak penuh atas perusahaan.

Satu jam telah berakhir, tibalah saatnya voting pemilihan CEO. Kertas voting telah terkumpul, penghitungan suarapun telah dimulai dan "Keputusan akhir dari meeting kita hari ini, untuk CEO baru Primatama Coorp jatuh pada tuan Reihan Pratama". Ujar Raisha yang merupakan sekretaris sekaligus notulen rapat.

Reihan menang dua suara dari Firza. Itu karena Firza dan Adelia sepakat untuk memilih Reihan Pratama. Mereka sengaja memilihnya supaya nenek Hilda merasa senang karena cucu kesayangannya yang akan memegang perusahaan setelah dirinya mengundurkan diri.

"Selamat Reihan. CEO Pratama Coorp" Firza melemparkan senyum manis diwajah tampannya untuk sahabatnya lalu memeluknya dengan erat. Reihan membalas pelukan itu dengan hangat.

"Pak Reihan selamat ya, saya ikut bahagia untuk anda" ujar Adelia mengucapkan selamat padanya.

Seluruh karyawan memberikan ucapan selamat padanya. Hilda sangat senang melihat cucu kesayangannya terpilih menjadi CEO. Hilda tahu kalau dua saudara sepupu Reihan itu telah bersepakat untuk memvotingnya karena mereka selalu memberikan yang terbaik untuk Reihan.

Setelah rapat selesai, nenek mengajak Reihan, Firza dan Adelia ke dalam ruangan kerja. Nenek ingin membicarakan proyek baru yang akan ditangani oleh Reihan.

"Reihan, nenek senang dan bangga kamu telah terpilih menjadi CEO perusahaan kita. Nenek juga punya tugas untukmu dalam beberapa hari ke depan" ujar nenek pada Reihan yang duduk dihadapannya.

"Tugas apa nek?" Tanya Reihan menatap wajah Hilda.

"Nenek dengar minggu depan ada investor yang akan datang ke Indonesia, nenek mau kamu menjalankan proyek kita di Bandung dan semoga saja kau bisa bekerjasama dengan investor itu" jelas Hilda.

"Ya. Menurut kabar yang beredar investor itu datang langsung dari Jepang, yang ingin mengelola makanan dan obat-obatan. Bukankah ini adalah peluang baik untuk menjalankan proyek kita." Timpal Firza yang telah mengecek file didalam monitor komputernya.

"Baiklah aku setuju, tapi kau harus menemaniku untuk menjalankan proyek ini" Pinta Reihan padanya.

"Kalau itu kau tidak perlu khawatir, tanpa kau minta aku pasti akan selalu membantumu" ujar Firza.

Melihat Reihan menyanggupi keputusannya, Hilda langsung menelpon seseorang.

Raisha, tolong dipersiapkan dokumen yang dibutuhkan untuk meeting minggu depan. Aku tidak mau ada sedikitpun kekurangan saat Reihan dan Firza pergi ke Bandung. Titah Hilda pada sekretarisnya.

Baik nyonya jawab Raisha.

***

Dirumah, Hilda menghampiri Adelia yang sedang duduk di ayunan dekat taman rumah sambil menikmati secangkir teh hangat. "Adelia, bagaimana kabarmu hari ini?"

"Baik nek, aku sangat senang sekali" jawab Adelia sambil tersenyum pada Hilda.

"Kau sudah dewasa nak, kapan kau akan menikah?" Tatap wanita itu pada Adelia.

"Aku belum tahu nek" ucapnya sambil menundukkan kepala.

"Apa kau tidak ada keinginan untuk menikah dengan Reihan? Secara aku lihat selama ini kau dengannya cukup dekat".

"Aku tidak keberatan jika Reihan mau aku akan menerimanya" wajah gadis itu merona dan terlihat gugup.

"Baiklah kalau begitu. Nanti akan ku bicarakan dengannya dengan Reihan".

"Membicarakan apa nek?" Entah sejak kapan Reihan berdiri dihadapan mereka dan mendengarkan pembicaraan mereka.

"Apa kau mendengarkan pembicaraan kami?" Selidik Hilda.

"Aku baru saja datang, melihat nenek dan Adel sedang bersama aku langsung menemui kalian. Sedang membicarakan apa?" Selidik Reihan sambil duduk di dekat mereka.

"Nenek tadi menanyakan Adel, kapan dia akan menikah?"

"Menikah?" Tanya Reihan pada Hilda.

"Iya, nenek ingin menikahkanmu dengan Hilda. Bagaimana menurutmu?" Tanya nenek to the point pada Reihan.

"Apa?... apa aku tidam salah dengar?"

"Iya, kau dan adelia telah bersama sejak kecil dan kalian juga sudah dekat sejak lama. Apa salahnya kalau kalian menikah saja?" Ujar nenek.

"Aku belum memikirkan hal itu nek" jawab Reihan pelan.

"Ya, aku mengerti itu, tapi setidaknya kau memikirkan dulu apa yang nenek katakan" tegas Hilda padanya.

"Baiklah akan kupikirkan, tapi untuk sekarang aku ingin fokus dulu dengan pekerjaan" jawab Reihan untuk mengakhiri pembicaraan. Kemudian pergi meninggalkan mereka.

Pada dasarnya Reihan sangat menyukai Adelia, gadis itu baik dan sangat sepadan dengannya, tapi Reihan belum mempunyai perasaan cinta dengannya karena selama ini hanya menganggapnya sebagai saudara saja. Berbeda dengan Adelia, yang dalam diam ternyata memiliki rasa pada sepupunya itu.

Firza yang baru saja duduk diruang tamu memperhatikan Reihan yang masuk dengan wajah sedikit ditekuk

"Reihan, kenapa wajahmu seperti itu"

"Sudahlah Firza, aku ingin istirahat" elaknya dari pertanyaan.

"Hei, kemarilah. Ceritakan padaku apa kau ada masalah? " bujuk Firza sambil mengajak sahabatnya duduk didekatnya.

"Aku tidak habis pikir dengan nenek. Kenapa tiba-tiba membahas tentang pernikahan" jawabnya sambil menghembuskan nafas berat.

"Pernikahan? Siapa yang akan menikah?" Goda Firza sambil menoleh padanya.

"Nenek memintaku untuk menikah dengan Adel"

"Bukankah itu bagus?" Ucap Firza sambil menyeruput kopinya.

"Aku belum memikirkan tentang pernikahan. Bagiku tugas yang baru diberikan nenek di perusahaan saja sudah membuatku pusing. Sekarang malah disuruh menikah" keluh Reihan sambil menyandarkan tubuhnya disofa.

"Bukankah kau pernah bilang kau menyukai Adel?" Selidik Firza.

"Ya, aku memang menyukainya, tapi hanya sebagai saudara" jelas Reihan.

"Kalian itu cocok dia cantik, terpelajar dan juga pewaris Pratama Coorp, lalu apa yang menghalangimu untuk bersamanya?"

"Aku tahu itu, tapi aku belum mempunyai perasaan yang lebih padanya".

"Apa menurutmu Adelia juga menyukaimu?" Ucap Firza sambil menghadapkan wajahnya ke arah Reihan.

"Entahlah aku juga tidak tahu" jawab Reihan sambil menaikkan bahunya.

"Seandainya dia menyukaimu bagaimana?" Tukas Firza.

"Kita lihat nanti saja. Ah sudahlah aku mau ke kamar dulu ya" jawab Reihan sekedarnya. Lalu meninggalkan sahabatnya. Supaya Firza tidak mencecarnya dengan berbagai pertanyaan lagi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!