Masih penasaran dengan Sakinah, Reihan memutuskan untuk mengikuti gadis itu, hingga tiba ditempat tujuan gadis itu. Gadis itu berada di sebuah sekolah dan sekarant sedang mengajari anak-anak belajar. Ternyata dia seorang guru. Reihan dan Firza memperhatikan gadis itu dari kejauhan seperti orang yang kurang kerjaan. Tak mengapa meskipun terlihat sedikit seperti orang konyol setidaknya bisa mengurangi rasa penasaran Reihan akan gadis pujaannya itu.
"Hei, sampai kapan kita akan berada disini Reihan?" Gerutu Firza yang mulai bosan.
"Sebentar Fir, aku lagi melihat dia mengajar dengan baik. Aku rasa aku harus mengenalkannya pada nenek. Agar nenek tahu gadis sepertinyalah yang ku mau". Reihan masih saja mengawasi gadia itu sambil sesekali mengambil fotonya.
"Huft, kau ini benar-benar aneh. Kenapa tadi tidak bilang saja padanya kalau kau menyukainya?"
"Tidak semudah itu Firza. Aku mau mengenalnya lebih dekat lagi, tapi bukan sekarang. Mungkin lain waktu".
Firza merasa heran dengan apa yang baru saja dikatakan Reihan. Apa dia berniat kembali ke kota ini. Setelah nanti kembali ke rumah nenek.
"Terserah kau saja. Aku hanya mengingatkan siang ini kita harus sampai di kantor. Atau kalau tidak kita akan di depak nenek dari perusahaan" ujar Firza sambil menggelengkan kepala melihat tingkah Reihan.
"Baiklah. Sebentar lagi kita kembali. Ok"
***
Adelia menatap ke ruangan kantornya. Rasanya sangat sepi, karena dua orang menyebalkan itu belum datang juga. Siapa lagi kalau bukan Firza dan Reihan. Kalau mereka tidak datang suasana kantor akan seperti di kuburan saja.
Kali ini matanya tertuju pada foto yang diberikan Sahnaz padanya. Dia masih belum percaya dengan apa yang dijelaskan Sahnaz padanya beberapa hari yang lalu. Walaupun masih mencoba untuk memahami tapi selama ini dia dibesarkan oleh Hilda dan rasanya sangat tidak mungkin neneknya itu akan berbohong tentang orang tuanya.
Saat ini yang dia pikirkan adalah mencari tahu tentang Barak ayahnya. Ya itu yang tengah berada didalam benaknya. Siapa Barak dan dimana orang itu sekarang? Apakah masih hidup atau sudah tiada? Dia akan mencari tahu kebenarannya.
Akhirnya Adelia mendapat ide. Kenapa tidak menggunakan laptop saja untuk mencari tahu tentang Barak? Dia hanya membutuhkan google untuk mencari tahu tentang orang yang bernama Barak Haikal. Tangannya masih memegang kursor dan matanya meneliti setiap sisi layar monitor itu. Ketemu!!!
Dia menemukan informasi dari orang yang dia cari.
Matanya tertuju pada satu bacaan online
"Pada tahun 2012 sebuah pesawat SN Brussels Airlines dengan tujuan Indonesia ke Belgia dinyatakan hilang di ketinggian 1.000 kaki. Termasuk penumpang di dalamnya adalah seorang aktifis HAM bernama Barak Haikal"
Melihat nama yang seperti kenalnya itu ada dihalaman utama berita online itu membuat matanya terbelalak. Pikirannya langsung terkoneksi dengan seseorang yang pernah diceritakan Sahnaz. BARAK HAIKAL SEORANG AKTIFIS HAM!!! Benarkah Barak suami Sahnaz yang merupakan ayahnya itu seorang Aktifis HAM? Dia memperhatikan foto-foto yang berkaitan dengan orang itu kemudian menyesuaikan dengan foto yang ada ditangannya saat ini dan sangat mirip hampir tidak ada bedanya, tapi apa mungkin orang itu ayahnya?
Adelia akan membicarakan kembali hal itu pada Sahnaz.
***
"Akhirnya kita sampai juga dirumah" Reihan menghela nafas lega saat masuk ke rumah megahnya.
"Cucu-cucuku tersayang. Kalian sudah pulang" sambut Hilda yang baru saja turun dari tangga melihat Reihan dan Faisal baru saja sampai ke rumah.
"Hai nenek tersayang" ucap Reihan dan Firza bersamaan sambil memeluk wanita tua yang menyambut kedatangan mereka.
"Halo, keponakanku tersayang" seru Sahnaz yang menyusul Hilda ke lantai bawah.
Wajah Reihan dan Firza yang tadinya cerah berubah jadi sendu saat melihat wanita yang baru saja menyapa mereka.
"Apa kalian tidak ingin memelukku?" Tanyanya dengan senyum merekah dibibirnya sambil merentangkan kedua tangannya.
"Tante Sahnaz" sapanya sambil memeluk wanita paruh baya itu.
Firza hanya menatap heran kepada Hilda yang terlihat tidak senang dengan kemunculan wanita itu. Drama apalagi yang akan dibuatnya.
"Kapan bibi datang?" Reihan mencoba bersikap ramah padanya.
"Sudah dua hari semenjak kau dan Firza pergi ke Bandung"
"Tante tidak berubah. Makin cantik saja" godanya lagi.
Wanita itu tersenyum bangga, karena dianggap cantik oleh keponakannya.
Firza dan Hilda menatap jengah kepada wanita itu. Entah apa yang diinginkan wanita itu, sampai dia menginjakkan kaki ke rumah Pratama. Sudah dua puluh tahun dia tidak
Pernah datang, jangankan berkunjung memberi kabarpun tidak. Sekarang dia berada dirumaj ini seakan tidak ada dosa sama sekali. Sungguh drama terbaik yang sedang dilakukannya.
"Reihan, bagaimana pertemuan kalian dengan Mr. Yamamoto di Bandung?" Hilda mencoba mengalihkan pembicaraan dari basa basi Sahnaz yang tak begitu penting baginya.
Reihan hanya tersenyum, kemudian mengambil dokumen dari dalam tasnya dan menyerahkan pada Hilda.
"Apa ini?" Tanyanya tidak mengerti dengan maksud Reihan.
"Nenek baca dan cek saja sendiri" dia masih memberikan tebakan kepada Hilda.
Hilda mengambil dokumen itu kemudian membuka lembar demi lembaran dari dokumen yang diberikan Reihan padanya. Wajahnya sangat serius membaca kata demi kata yang tertulis disana, air mukanya berubah jadi lebih tenang dan santai kemudian diapun tersenyum lebar melihat dokumen itu telah di Acc dan di tanda tangani oleh investor dari Jepang itu.
"Waw, benar-benar luar biasa. Kalian telah menggoalkan proyek ini. Nenek salut padamu Reihan" Hilda merangkul Reihan dengan penuh kebanggaan.
"Iya. Ini semua berkat Firza nek, karena dia telah mempresentasikan proyek itu dengan sangat detail, hingga membuat investor itu tertarik untuk bekerjasama dengan perusahaan kita" Jelas Reihan padanya.
"Aku bangga padamu Firza. Tidak sia-sia aku mempercayaimu" tangan keriput itu mengusap kepala Firza dengan lembut.
Jelas saja Firza akan melakukan yang terbaik untuk Pratama Corp, karena selain sahabat dan telah dianggap sebagai keluarga dirumah itu. Dia juga merupakan orang kepercayaan Hilda untuk mengelola perusahaan.
Setelah memberikan kejutan istimewa pada neneknya,
Reihan langsung berpamitan kekamarnya untuk merebahkan tubuhnya sejenak. Perjalanan dari Bandung ke Jakarta cukup melelahkan baginya. Hingga membuat lelah tubuhnya. Sambil merelekskan otot-ototnya yang menegang dia mengambil ponselnya kemudian menyalakan layar ponsel itu dan beralih ke galeri foto. Dia memandangi foto seorang wanita cantik berhijab dengan senyum merekah dibibirnya. Dia masih mengingat pertemuan pertamanya dengan gadis itu yang sempat menimbulkan kepanikan. Ya Sakinah, gadis itu kini telah menjadi wanita yang selalu ada dipikirannya. Sungguh wanita itu telah membuatnya sangat bahagia saat ini.
***
Adelia baru saja sampai di rumah. Hari ini dia pulang tanpa ada senyum diwajahnya, melangkahkan kaki dengan gontai ke kamar miliknya kemudian menghela nafas panjang dan duduk di kursi kamarnya. Dia masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya dalam berita online tadi. Dirinya menjadi dilema apa harus mempercayai Sahnaz ibunya atau mungkinkah berita yang dilihatnya itu hanya hoax semata.
Ternyata diam-diam Sahnaz memperhatikan tingkah putrinya itu dan diapun mengikuti hingga ke kamar gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments