Jeslyn keluar dari ruang ICU, dirinya merasa lelah, untuk itu dia segera berjalan keluar menuju ke arah kantin yang berada di dekat rumah sakit, tapi tak sengaja dia menabrak seseorang.
"Maafkan saya. Saya terburu-buru." Dirinya menatap pada lelaki yang baru saja bertabrakan dengannya.
"Tidak apa-apa, aku juga salah tidak memperhatikanmu. Aku baru saja selesai mengurus administrasi kepulangan saudaraku."
"Baiklah kalau begitu, saya jalan dulu." Wanita itu segera melangkahkan kakinya.
"Tunggu, kita belum saling mengenal satu sama lain." Firza menahan kepergian wanita itu.
"Namaku Jeslyn."
"Baiklah Jeslyn. Aku Firza."
Wanita itu tersenyum sambil menganggukkan kepalanya kemudian berlalu dari hadapan Firza.
***
Firza segera menemui Reihan yang telah menunggunya diruangan rumah sakit untuk membawanya pulang.
"Bagaimana keadaan anda hari inu tuan Reyhan?"
Tanya dokter Thio yang baru saja ingin menemui Reyhan.
"Alhamdulillah sudah lebih baik dok."
"Syukurlah kalau begitu. Saya juga melihat banyak progres dari kesehatan anda dan ini hasil laporan medis anda."
Lelaki itu memberikan hasil CT-Scan pada Reyhan.
Reyhan menerimanya dan memperhatikan dengan baik hasil CT-Scan itu.
Entah mengapa dirinya tidak terlalu perduli dengan hasil laporan medis itu. Baginya yang ada dipikirannya saat ini adalah bagaimana dia bisa mendapatkan restu dari dokter itu untuk bisa bersama Sakinah.
"Dokter, apakah saya boleh bertanya sesuatu pada anda?"
"Ada apa tuan Reyhan?"
Dokter itu kini mendekat ke arah Reyhan dan duduk didekatnya.
"Dokter, beberapa hari yang lalu saya pernah bertanya pada anda mengenai Sakinah. Itu bukan pertanyaan candaan dokter. Saya serius dengan pertanyaan saya, apakah dokter memperkenankan saya untuk mengenal Sakinah lebih jauh?"
Firza yang mendengarkan Reyhan berbicara seperti itu pada dokter Thio terperanjat. Ternyata Reyhan punya nyali yang besar untuk mengungkapkan perasaannya. Bahkan dihadapan orang tua wanita yang disukainya.
Dokter Thio tersenyum melihat sikap Reyhan yang sangat lugas dan to the point. Pada dasarnya dokter Thio tidak pernah menghalangi keinginan pemuda itu, tapi dia hanya ingin melihat keseriusan Reyhan.
"Apa anda sungguh-sungguh dengan perkataan anda?" Tanya dokter itu pada Reyhan.
"Iya, saya sudah menyukai putri anda sejak awal pertemuan yang tidak disengaja saat saya baru memasuki kota Bandung." Jelas Reyhan pada dokter Thio.
"Hm, baiklah kalau memang seperti itu. Jika anda serius dan telah memikirkan dengan matang untuk menjalani kehidupan bersama anak saya. Saya akan tunggu pinangan anda terhadap putri saya." Tukas dokter itu dengan lugas.
Reyhan sangat senang mendapatakan lampu hijau dari sang dokter. Otomatis janjinya untuk memperkenalkan pujaan hatinya pada nenek Hilda akan semakin lancar.
"Terimakasih dokter. Saya benar-benar senang dengan perkataan anda. Secepatnya saya akan menemui anda dan Sakinah kembali." Jelas Reyhan pada dokter Thio.
Hati Reyhan sangat senang saat ini seakan mendapatkan angin syurga, Reyhan tak mampu menyembunyikan kebahagiaannya. Dia tidak sabar ingin kembali ke Jakarta untuk menyampaikan kabar gembira ini pada sang nenek.
Selesai berbicara dengan dokter Thio dia segera meminta bantuan Firza untuk membantunya turun dari brankar dan menuju ke kursi roda, untuk saat ini Reyhan masih dalam masa pemulihan dan dia belum terlalu kuat untuk berjalan diatas kedua kakinya, oleh sebab itu dia masih menggunakan kursi roda sebagai alat bantu. Reyhan berpamitan pada dokter Thio, matanya menyusuri setiap sisi rumah sakit, namun dia tidak menemukan seseorang yang sangat ingin dia lihat hari ini.
"Dokter Thio, mengapa hari ini aku tidak melihat Sakinah disini?"
"Sakinah akan menghadapi ujian akhir perkuliahannya. Jadi dia tidak bisa membantu anda seperti biasa."
Reyhan tersenyum mendengarkan ucapan dokter itu. Sepertinya dokter itu sangat paham apa yang dipikirkan Reyhan. Sampai-sampai dia menebak jika Reyhan sedang menunggu kehadiran gadis itu.
"Baiklah dokter, terimakasih atas bantuan anda. Saya sangat bersyukur pernah mengenal anda. Jangan lupa ceritakan tentang pembicaraan kita tadi pada Sakinah dokter." Reyhan mengingatkan kembali pada dokter Thio.
"Anda tidak perlu khawatir saya akan sampaikan pada putri saya dan saya yakin dia pasti setuju." Jelas lelaki paruh baya itu padanya.
Reyhan tersenyum sumringah mendengar penjelasan dokter Thio. Kemudian dia dan Firza berpamitan pada dokter itu untuk kembali ke rumahnya. Dia sungguh tidak sabar melihat reaksi neneknya atas kebahagiaannya ini.
***
Saat dirumah, dokter Thio mendapati putrinya tidak ada dirumah.
"Denia, mana Sakinah? Dari tadi aku belum melihatnya?". Tanyanya pada sang istri.
"Sakinah belum pulang. Hari ini dia ada kuliah tambahan." Jelas Denia pada suaminya.
Lelaki itu duduk disebelah istrinya. Dia mengambil bangku kemudian mensejajarkan tubuhnya dihadapan istrinya.
"Ada yang ingin kubicarakan padamu."
"Apa yang ingin kau bicarakan?" Wanita itu baru saja menyajikan minuman hangat pada suaminya.
Seperti biasa, setiap kali suaminya pulang kerja dia akan menyajikan minuman hangat dan cemilan untuk teman ngobrol.
"Begini, aku pernah menceritakan mengenai seorang pasien rumah sakit yang terluka parah tempo hari."
"Iya aku ingat, diakan CEO dari Pratama Coorp. Ada apa dengan orang itu?"
"Kau tahu apa yang baru saja dikatakannya padaku?"
Denia mengernyitkan dahinya merasa bingung apa yang hendak dikatakan suaminya.
"Katakan saja apa yang dikatakannya padamu." Pinta Denia penasaran.
"Dia ingin meminang Sakinah untuk dirinya." Ujar lelaki itu sambil tersenyum.
"Hah?! Apa aku tidak salah dengar?" Wanita itu begitu terperanjat saat mendengarkan perkataan suaminya.
"Iya, itu benar. Pengusaha itu menyukai Sakinah dan dia ingin menikah dengan anak kita Sakinah." Jelasnya kembali.
Denia benar-benar tidak bisa menutupi kebahagiaannya. Matanya berkaca-kaca karena terharu.
"Aku benar-benar tidak percaya, bagaimana mungkin seorang pengusaha yang notabene orang terkaya se Indonesia itu bisa menyukai putri kita?"
"Entahlah aku juga tidak tahu bagaimana awalnya, tapi yang aku lihat lelaki itu sangat menyukai Sakinah." Ujar lelaki itu sambil merangkul pundak Denia untuk menenangkannya.
"Semoga saja ini jadi awal yang baik untuk Sakinah." Harap wanita itu sambil menyandarkan kepalanya dibahu suaminya.
"Ya, aku harap begitu."
Orang tua mana yang tidak bahagia jika anak perempuan yang sangat mereka sayangi kini telah dipinang oleh lelaki yang mapan.
Hariz Prasethio Wijayakusuma dan Denia tidak pernah menduga, putri kecilnya kini telah beranjak dewasa dan disukai banyak pria.
Memang Sakinah tidak memiliki banyak teman pria dan bisa dikatakan dia sangat tertutup pada lawan jenis. Bukan karena menutup diri hanya saja sikap pemalunya membuat dia tidak terlalu akrab dengan lelaki.
Berbeda dengan adik sepupunya Kirana, yang sangat agresif pada lelaki, karena dia selalu dimanjakan dan setiap keinginannya selalu dipenuhi.
Entah apa yang akan terjadi saat dia tahu Sakinah akan menikah dengan seorang CEO terkenal se Indonesia?.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments