Habisi Dia!!!

Pagi-pagi sekali Hilda, Sahnaz dan Adelia telah sampai di rumah sakit Medica Center. Mereka dengan cepat melangkahkan kakinya ke ruang ICU. Mereka tahu Reihan ada disana saat ini karena Firza telah mengabarkannya terlebih dahulu.

Diruang lain, Firza baru saja masuk ke ruang VIP. Ya, lelaki blewok bermata sayu itu baru saja melihat keadaan Lian, yang merupakan karyawan perusahaannya. Terlihat seorang anak muda yang terbaring lemah dengan infus ditangan kirinya dan tangan kanannya masih ada luka yang baru saja dibersihkan oleh perawat. Perawat itu mengganti perban ditangannya dengan telaten. Firza menatap perawat itu dengan saksama. "Sakinah?" Sapa lelaki itu padanya.

"Tuan Firza, anda sudah disini? Saya baru saja mengganti perban tuan Lian. Luka jahitnya masih belum kering tapi perbannya harus diganti agar lukanya tidak terinfeksi". Jelas wanita cantik yang sedang merapikan peralatan medisnya. Kali ini dia tidak menggunakan cadar hanya mengenakan baju gamis dengan jas putih dan jilbab besarnya. Tak lupa masker diwajahnya.

"Apa kau bekerja disini juga? Bukankah kau seorang guru?" Tanya Firza heran menatap wanita itu bingung

"Tidak tuan Firza, saya disini hanya membantu ayahku. Aku itu mahasiswa keperawatan diwaktu senggang aku  mengajar ngaji anak-anak." jawabnya dengan lembut.

"Bagaimana bisa seperti itu?" Dia mengernyitkan dahinya.

"Tentu saja bisa. Ayahku pemilik rumah sakit ini dan aku sedang magang dirumah sakit ini. Saya permisi dulu ya. Masih ada yang harus saya kerjakan." wanita itu mengambil peralatan medisnya kemudian berjalan ke arah pintu.

Lian yang dari tadi melihat mereka hanya tersenyum kecil.

Firza baru paham. Ternyata wanita itu seorang mahasiswa keperawatan yang sedang magang di rumah sakit. Manis sekali ada perawat secantik itu yang akan merawat Lian dan Reihan.

"Lian bagaimana keadaanmu?"

"Beginilah pak. Masih belum bisa apa-apa. Maafkan saya pak, pekerjaan kita jadi tertunda karena insiden ini". Lelaki dua puluh lima tahun itu sedikit menyesali.

"Ini musibah kau tidak perlu menyalahkan dirimu. Lagi pula utusan dari Mr. Yakamoto telah datang ke sini dan melanjutkan serah terima gudang yang telah mereka janjikan".

"Syukurlah pak. Akhirnya mereka mau memberikan gudang untuk penyimpanan produk kita".

"Aku mau lihat Reihan dulu. Kau aku tinggal dulu".

Lian menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

Baru saja keluar dari ruang inap Lian, dia bertemu dengan Hilda,Sahnaz dan Adelia.

"Firza" panggil Adelia  sedikit berlari kecil menghampirinya.

"Adel, nenek, tante Sahnaz. Kalian disini?" Lelaki itu terkesiap melihat tiga orang yang menghapirinya.

"Iya, mana Reihan?" Tanya Adelia dengan wajah cemasnya.

"Ayo aku antarkan kalian". Firza mengajak ketiganya melihat Reihan yang berada di ICU.

***

Saat berada diruang ICU. Mereka melihat Reihan dengan kondisi yang memprihatinkan dari balik kaca. Mereka bisa menjenguk Reihan ke dalam dengan syarat harus bergantian melihatnya dan diharuskan memakai pakaian rumah sakit juga masker.

Hilda mendapatkan giliran pertama untuk masuk ke ruangan itu. Dia memperhatikan cucunya yang tampan itu sedang tak berdaya. Tangan keriput itu mengusap pelan kepala lelaki itu. "Cucuku... kenapa keadaanmu jadi seperti ini? Nenek benar-benar tidak sanggup melihatmu seperti ini. Cepatlah bangun nak. Kami menunggumu". Ujar wanita tua itu sambil terisak melihat cucu kesayangannya tak berdaya. Sementara Adelia menatap mereka dibalik ruang kaca. Dia tak sanggup menahan kesedihannya. Firza merangkulnya dan meletakkan wajah wanita muda itu ke dada bidangnya kemudian mengusap lembut kepala gadis berambut pirang itu untuk menenangkannya. Sahnaz juga terlihat sedih dengan keadaan Reihan tapi dia sedikit risih melihat pemandangan didepannya saat Firza mencoba menenangkan putrinya, Adelia. Sahnaz mengawasi pria itu seakan ingin menepis tangan lelaki itu dari putrinya, namun pikirannya kembali waras saat mengingat itu hanya perasaan antara saudara dan tidak lebih.

Setelah lama menemani ketiga orang itu di ICU. Firza mengajak mereka duduk untuk menenangkan diri. Selang beberapa waktu, Sakinah datang mengecek kondisi kesehatan Reihan, seperti yang dilakukan para perawat yang mengurusi pasien. Diapun melakukan hal yang sama. Di dalam ruangan, dia mengecek suhu tubuh pasien dan mengukur tensinya, sepertinya ada respon dari lelaki itu saat wanita itu menggenggam tangannya untuk mengukur tensinya, sekilas ada pergerakan yang sangat pelan, gadis itu merasakanya, dia memperhatikan telapak tangan lelaki itu kembali, hanya saja dia meragukan gerakan itu saat dia memperhatikan tangan itu tidak merespon apa-apa. Mungkin hanya perasaannya saja.

Memang benar tangan lelaki itu memberi respon beberapa detik namun syaraf-syaraf ditubuhnya belum merespon sempurna. Membuatnya kembali seperti keadaannya semula. Setelah menyelesaikan tugasnya wanita itu keluar dari pintu ruangan itu.

Baru saja wanita itu keluar dari ruangan itu. Adelia menghampirinya dengan wajah frustasi "Berapa lama dia akan tetap seperti itu?"

"Nona bersabar ya. Doakan saja dia baik-baik saja. Itu yang bisa kita lakukan" wanita muda itu mencoba menenangkan.

"Tolong sembuhkan dia. Berapapun biayanya akan kiberikan agar dia bisa sembuh". Tutur wanita itu sambil menggenggam tangan Sahnaz.

"Kesembuhan hanya milik Tuhan. Percayalah cepat atau lambat tuan Reihan akan melewati masa kritisnya. Berdoalah" ujar wanita berhidung mancung itu sambil mengusap punggung tangan Adelia.

Hilda merangkul Adelia dan mengajaknya duduk bersamanya agar perasaan gadis itu menjadi tenang.

***

Seorang lelaki berjas hitam dengan kacamata hitamnya sedang duduk didalam mobil, dia mengawasi sekeliling tempat dia memarkirkan mobilnya, kini ponselnya berdering diapun segera menekan tombol hijau

"Halo Gerald, apa kau sudah menemuka orangnya?"

"Iya, aku sudah menemukannya dan baru saja menghajarnya!" Ujar lelaki bernama Gerald itu sambil menghujani pukulan diwajah pria muda yang kini terlihat bengap diwajahnya.

"Bawa dia sekarang juga ke mobil" titah lelaki itu padanya.

"Kau tunggu saja aku akan segera membawanya padamu". Lelaki itu menyandarkan pemuda yang baru saja dihajarnya ke kursi dan menyuruh anak buahnya untuk mengikat orang itu kemudian membawa pemuda itu ke mobil yang sedang menunggunya.

"Gerald. Akhirnya kau datang juga". Sambut pria yang sedang menunggunya dimobil. Pria itu sempat memperhatikan pemuda yang tangannya terikat dan tidak sadarkan diri akibat dibogem oleh lelaki bernama Gerald itu. Kemudian lelaki berkacamata hitam itu melajukan mobilnya.

Firza telah menceritakan semua kejadian penyerangan Reihan dan Lian pada Hilda dan kini Hilda sedang mencari tahu tentang pelaku penyerangan terhadap Reihan dan Lian. Tidak butuh waktu lama, seorang lelaki berjas hitam dan mengenakan kacamata hitam turun dari mobilnya. "Nyonya, orang itu telah kami temukan". Bisik orang kepercayaannya itu menghampiri dirinya yang sedang berada di rumah sakit.

Hilda beranjak dari tempat duduknya dan mengambil jarak dari Firza, Adelia dan Sahnaz.

"Sekarang tunjukkan padaku orang itu. Hamdan" Titahnya pada lelaki itu.

Firza merasa curiga dengan prmbicaraan neneknya dan Hamdan. Matanya terus mengawasi pergerakan sang nenek dan orang kepercayaannya itu.

Hamdan menyadari gerak gerik Firza. Dia segera mengajak wanita tua itu ke mobilnya yang berada tak jauh dari rumah sakit, tempat itu sedikit sepi.

Sesampainya dimobil. "Cepat buka pintu mobil itu aku ingin melihat wajah si bremgsek itu!!!" Titahnya. Hamdan segera membukakan pintu mobil itu dan terlihat seorang pemuda yang terlihat tak berdaya dengan wajah memar dan tangan terikat didalamnya. Wajah wanita tua itu menatapnya dengan sangat dingin. "Habisi dia!!!" Lanjut wanita itu pada orang kepercayaannya.

Hamdan mengambil pistol dari balik jasnya kemudian dia bersiap menarik pelatuk pistol itu.

"Berhenti!!!" Teriak seorang pria dari kejauhan.

Sontak saja Hilda dan Hamdan terperanjat dengan suara itu. Hamdan menghentikan aksinya. Mereka menoleh ke arah suara itu.

"Firza mau apa kau kesini?" Betapa terkejutnya Hilda saat mengetahui orang itu adalah Firza.

"Nenek jangan bunuh dia". Cegah Firza pada neneknya.

"Dia harus menerima hukuman, karena telah berani menyakiti cucuku" ujar Hilda penuh kebencian sambil menatap pemuda didalam mobil itu. Saat ini tidak terlihat wajahnya yang penuh kasih sayang. Wanita tua itu hanya menunjukkan wajah dinginnya.

"Kita serahkan dia pada polisi nek. Biar pihak berwajib yang memberikan hukuman". Firza mencoba meredamkan amarah Hilda. Dia sangat mengenal Hilda, jika sudah bertitah tidak akan ada lagi yang bisa mencegahnya. Dia tidak ingin Hilda menghabisi pemuda itu. Biar itu jadi urusan polisi saja.

"Tapi aku tidak bisa menerima karena sekarang cucuku belum juga membuka matanya" mata wanita tua itu terlihat memerah menahan tangisnya.

"Aku tahu itu nek. Mari kita selesaikan semuanya secara baik-baik. Nenek tidak perlu mengotori tangan nenek dengan melenyapkannya" lelaki itu mendekati sang nenek dan merangkul pelan tubuh tua itu. Wanita itu tidak bisa menahan tangisnya. Seketika air matanya menggenangi wajahnya. Firza memeluk Hilda dan mengusap punggung wanita tua itu untuk menenangkannya. Kemudian dia menyuruh Hamdan dengan isyarat untuk membawa pemuda itu ke kantor polisi.

Episodes
1 Mengurai Kenangan
2 Aku Merindukanmu
3 CEO untuk Pratama Coorp
4 Ibu yang Tak Diharapkan
5 Tentang Ayah
6 Si Cantik Sakinah
7 Aktifis HAM
8 Aku Beri Kau Waktu Satu Minggu!!!
9 Misi Terselubung Sahnaz
10 Nyaris Saja Meninggal
11 Reihan Koma !!!
12 Habisi Dia!!!
13 Akhirnya Kau Bangun Nak
14 Reihan Salting
15 Fisioterapy
16 Sebuah Permohonan
17 Mendapatkan Restu
18 Kembali ke Mansion
19 Berterus Terang
20 Adelia Kecewa
21 Menyibak Memori yang Hilang
22 Reyhan dan Sakinah Menikah
23 Malam Pertama
24 Hasutan Sahnaz
25 Menjadi Istri dan Tak Dianggap
26 Menemukan Titik Terang
27 Menyesal
28 Misi Penyelamatan Barak
29 Ujian Pernikahan
30 Dilema
31 Kembali Pulang
32 Ayah yang Penyayang
33 Fitnah Keluarga Pratama
34 Pernyataan Perang
35 Mengungkapkan Perasaan
36 Meminta Maaf
37 Mulai Mengingat
38 Pernyataan Cinta Zyan
39 Menemukan Kebenaran
40 Fitnah yang Menyebar
41 Pembelaan Haris pada Sang Anak
42 Menolong Ayah
43 Salah Menduga
44 Menyatukan Kepingan Yang Hilang
45 Jodoh Untuk Kirana
46 Rujuk
47 Reyhan Nekat
48 Tentang Firza
49 Masa Lalu yang Menyakitkan
50 Memulai Kehidupan Baru
51 Kembalinya Sang Pewaris
52 Rencana Memiliki Anak
53 Keterkejutan Kirana
54 Menyelidiki
55 Kaulah Sakinahku
56 Mengintai
57 Membawa Reyhan Kembali
58 Pembicaraan antara Keluarga
59 fakta yang Terkuak
60 Kebenaran Yang Terungkap
61 Pergi ke Kota Kelahiran Ibu
62 Desa yang Aneh
63 Menelusuri
64 Kejutan
65 Tak Terduga
66 Kerinduan Bertemu Ibu
67 Semakin Jelas
68 Mempertemukan Nenek Alma dan Sakinah
69 Mempertemukan Nenek Alma dan Sakinah
70 Membawa Ibu Kembali
71 Bersama Dalam Satu Rumah
72 Pernikahan Kirana
73 Kekesalan Jamie
74 Curiga
75 Panik
76 Masa Lalu yang Kembali
77 Fakta Tentang Sakinah
78 Kejujuran Salamah
79 Kebusukan Belinda
80 Pengakuan Firza
81 Rencana Jahat Belinda
82 Tentang Hilda dan Jamie
83 Menemui Florencia
84 Pertemuan Hilda dan Jamie
85 Mempertanggung Jawabkan
86 Sakinah dan Bayinya
87 Belinda VS Firza
88 Belinda Tertangkap
89 Melepaskan Dendam
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Mengurai Kenangan
2
Aku Merindukanmu
3
CEO untuk Pratama Coorp
4
Ibu yang Tak Diharapkan
5
Tentang Ayah
6
Si Cantik Sakinah
7
Aktifis HAM
8
Aku Beri Kau Waktu Satu Minggu!!!
9
Misi Terselubung Sahnaz
10
Nyaris Saja Meninggal
11
Reihan Koma !!!
12
Habisi Dia!!!
13
Akhirnya Kau Bangun Nak
14
Reihan Salting
15
Fisioterapy
16
Sebuah Permohonan
17
Mendapatkan Restu
18
Kembali ke Mansion
19
Berterus Terang
20
Adelia Kecewa
21
Menyibak Memori yang Hilang
22
Reyhan dan Sakinah Menikah
23
Malam Pertama
24
Hasutan Sahnaz
25
Menjadi Istri dan Tak Dianggap
26
Menemukan Titik Terang
27
Menyesal
28
Misi Penyelamatan Barak
29
Ujian Pernikahan
30
Dilema
31
Kembali Pulang
32
Ayah yang Penyayang
33
Fitnah Keluarga Pratama
34
Pernyataan Perang
35
Mengungkapkan Perasaan
36
Meminta Maaf
37
Mulai Mengingat
38
Pernyataan Cinta Zyan
39
Menemukan Kebenaran
40
Fitnah yang Menyebar
41
Pembelaan Haris pada Sang Anak
42
Menolong Ayah
43
Salah Menduga
44
Menyatukan Kepingan Yang Hilang
45
Jodoh Untuk Kirana
46
Rujuk
47
Reyhan Nekat
48
Tentang Firza
49
Masa Lalu yang Menyakitkan
50
Memulai Kehidupan Baru
51
Kembalinya Sang Pewaris
52
Rencana Memiliki Anak
53
Keterkejutan Kirana
54
Menyelidiki
55
Kaulah Sakinahku
56
Mengintai
57
Membawa Reyhan Kembali
58
Pembicaraan antara Keluarga
59
fakta yang Terkuak
60
Kebenaran Yang Terungkap
61
Pergi ke Kota Kelahiran Ibu
62
Desa yang Aneh
63
Menelusuri
64
Kejutan
65
Tak Terduga
66
Kerinduan Bertemu Ibu
67
Semakin Jelas
68
Mempertemukan Nenek Alma dan Sakinah
69
Mempertemukan Nenek Alma dan Sakinah
70
Membawa Ibu Kembali
71
Bersama Dalam Satu Rumah
72
Pernikahan Kirana
73
Kekesalan Jamie
74
Curiga
75
Panik
76
Masa Lalu yang Kembali
77
Fakta Tentang Sakinah
78
Kejujuran Salamah
79
Kebusukan Belinda
80
Pengakuan Firza
81
Rencana Jahat Belinda
82
Tentang Hilda dan Jamie
83
Menemui Florencia
84
Pertemuan Hilda dan Jamie
85
Mempertanggung Jawabkan
86
Sakinah dan Bayinya
87
Belinda VS Firza
88
Belinda Tertangkap
89
Melepaskan Dendam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!