Reyhan melepaskan pandangannya ke arah taman bunga yang berada disekitaran areal rumah sakit. Dia menghirup udara pagi yang begitu menyegarkan, sejenak dirinya memejamkan mata merasakan kesegaran tiupan angin yang menyentuh wajahnya.
"Assalamu'alaikum tuan Reyhan, bagaimana keadaan anda saat ini?"
Suara seorang wanita menyadarkan dirinya, dia membuka perlahan kelopak matanya. Kemudian menatap pada diri wanita itu.
"Sakinah, aku baik-baik saja."
"Apa anda sudah merasa lebih baik?"
"Ya, untuk saat ini sudah lebih baik."
"Syukurlah, kalau begitu. Itu akan mempercepat kesembuhan anda."
"Tapi ada yang masih sakit dan belum bisa disembuhkan."
"Bagian mana tuan? Biar saya cek kondisi anda terlebih dahulu."
"Disini." Dia menunjuk ke dadanya. Mengisyaratkan ada kekosongan dihatinya.
Wanita itu mengernyitkan dahinya merasa heran dengan perkataan lelaki itu.
"Apa anda merasa sakit di dada anda? Seperti sesak nafas?"
Reyhan terbahak dengan pertanyaan wanita itu. Dia belum memahami maksud arah perkataan Reyhan.
"Bukan... bukan seperti itu suster. Maksudku, aku butuh seseorang untuk mengisi kekosongan hatiku."
Matanya kini tertuju pada rona indah gadis yang berada disisinya.
"Maksud anda, anda sedang menyukai seseorang?" Tanya wanita muda itu sambil memeriksa tekanan darah Reyhan.
"Ya. Ada seseorang yang sedang aku sukai saat ini." Manik mata lelaki itu masih menatap wajah gadis itu dengan lekat.
"Pasti wanita itu sangat beruntung, karena ada orang sebaik anda yang menyukainya." Wanita itu menanggapinya dengan ringan.
"Entahlah, aku juga tidak tahu apakah wanita itu menyukaiku atau tidak?"
"Mengapa tidak menanyakannya saja langsung padanya?"
"Aku memang ingn bertanya padanya." Tatapannya semakin dalam pada gadis itu.
Wanita itu masih sibuk merapikan peralatan medisnya. Tiba-tiba saja Reyhan membawakan dirinya kehadapan wanita itu.
"Suster aku ingin bertanya padamu, maukah kau mengisi kekosongan hatiku ini?"
Netra mata gadis itu langsung tertuju padanya. Dia merasa kelu dilidahnya, badannya kini menjadi kaku dan dirinya mematung menatap netra kecoklatan dari lelaki dihadapannya.
"Jawablah Sakinah. Aku menunggumu." Lelaki itu tetap berada dihadapannya tak mau beranjak sedikitpun.
"Aku... aku... aku belum bisa menjawabnya."
Wanita itu terlihat gugup saat dia tahu Reyhan menyukainya. Wajahnya memerah dan degupan jantungnya kian cepat. Dia benar-benar tidak sanggup menatap mata Reyhan dan hanya menundukkan kepalanya.
"Kamu tidak perlu gugup seperti itu, aku hanya mengutarakan isi hatiku padamu." Tukas lelaki itu padanya.
"Iya, sa... saya mengerti. Saya permisi dulu." Gadis itu segera bergegas untuk pergi dari ruangan Reyhan.
"Tunggu, aku belum mendapatkan jawabanmu."
Lelaki itu menghadang langkah Sakinah. Dia kini berada dihadapan Sakinah.
Sakinah tidak mampu menatap mata lelaki itu dia hanya menundukkan kepalanya.
Tiba-tiba saja dokter Thio menghampiri mereka dengan membawakan sebuah amplop, tetapi dokter itu menghentikan langkahnya saat melihat Reyhan dan Sakinah yang mematung dan berhadap-hadapan.
"Maaf, ada apa ini?"
Sakinah hanya terdiam dan tetap menundukkan kepalanya. Sedangkan Reihan menatap ke arah dokter Thio yang berada dihadapannya.
"Iya dokter Thio, anda ingin menyampaikan apa?"
Reyhan menoleh ke arah dokter itu.
"Ini tuan Reyhan saya mau memberikan perkembangan diagnosa mengenai luka dikepala anda. Berdasarkan hasil laporan belakangan ini bagian saraf dikepala anda sudah semakin membaik dan dalam waktu dekat anda sudah bisa beraktifitas seperti biasa." Jelas dokter Thio padanya.
"Terimakasih dokter, saya senang sekali mendengarnya, tapi ada hal yang ingin saya sampaikan pada anda." Jelas Reyhan padanya.
"Sampaikan saja tuan Reihan. Saya akan mendengarkannya."
"Saya menyukai putri anda sejak pertama kali saya bertemu dengannya. Apakah boleh saya memintanya untuk menjadi bahagian dari hidup saya?" Reihan begitu lugas menjelaskan keinginannya.
Dokter Thio dan Sakinah hanya saling menatap heran, tapi sejujurnya dokter Thio sangat senang karena seorang pemuda yang baik seperti Reihan secara langsung menyatakan perasaannya terhadap putri kesayangannya itu.
"Itu semua tergantung Sakinah. Saya sebagai orang tuanya bertugas untuk memberikan pengarahan saja. Jika dia menyetujuinya saya akan melanjutkannya." Jelas dokter itu.
Mendengarkan ucapan dokter itu membuatnya seakan mendapat angin segar. Reyhan tersenyum lebar. Langkahnya mendapatkan lampu hijau oleh ayah Sakinah.
***
Ditempat berbeda, seorang lelaki paruh baya tengah terbaring lemah di brankar. Tubuhnya tak berdaya. Terdapat selang oksigen yang terpasang untuk menyambung nafasnya. Terdapat banyak alat bantu disekujur tubuhnya.
"Dokter, apa lelaki itu belum sadar juga?" Tanya seorang wanita pada dokter yang sedang memeriksa kondisi lelaki itu.
"Belum, sama sekali belum ada progres."
Sudah sepuluh tahun lelaki itu terbaring ditempat tidur itu. Tidak sekalipun dia membuka matanya. Dia masih terlelap dalam tidur panjangnya.
Wanita itu memperhatikan dari balik kaca rumah sakit itu. Saat ini dia masih belum menemukan jejak siapa nama dari lelaki itu bahkan keluarga dari lelaki itupun tidak ada mencarinya. Sungguh malang nasib lelaki paruh baya itu, tidak ada seorangpun yang mencari tahu keberadaannya.
Wanita yang sedang menunggunya itu adalah seorang jurnalis, namanya Jeslyn. Dia menemukan lelaki itu saat melakukan pencarian korban kecelakaan pesawat terbang. Lebih tepatnya Jeslyn saat itu sedang meliput berita tentang kecelakaan pesawat ditahun 2012 silam. Ditempat itu dia melihat puing-puing badan pesawat yang sudah hancur, banyak mayat bergelimpangan, berbagai potongan tubuh manusia bahkan wajah yang hancur juga terlihat disana.
Disela-sela pencariannya itu, dia menemukan seorang lelaki yang dalam keadaan kritis, banyak orang yang mengira orang itu telah tiada, tapi Jeslyn sangat yakin lelaki itu masih hidup. Dia menghampiri lelaki yang terhimpit diantara puing-puing badan pesawat itu. Wanita pemberani itu melihat ada pergerakan dari tubuh orang itu dan dia segera meminta pertolongan pada masyarakat sekitar.
Lokasi yang cukup terjal karena diantara perbukitan membuat tim SAR cukup kesusahan untuk memberikan pertolongan. Tempat yang cukup terpencil dan susah dijangkau membuat pencarian semakin lama.
Hampir dua jam Jeslyn menunggu bantuan datang. Nyaris saja lelaki itu kehilangan nyawanya. Jeslyn yang hampir putus asa, mencoba memberikan air yang ada didalam tasnya kepada lelaki itu. Dia meminumnya sedikit, kemudian lelaki itu memejamkan matanya. Mungkin dia merasa kelelahan akibat kecelakaan yang dialaminya.
Akhirnya tim SAR menemukan keberadaan mereka, Jeslyn dan kru televisi yang menunggu kedatangan mereka sedari tadi segera meminta tim SAR untuk mengangkat tubuh lelaki itu dari puingan pesawat. Tak berapa lama kemudian tim medis datang untuk memberikan bantuan.
Lelaki itu langsung dipasangkan oksigen kemudian dibawa ke tandu menuju mobil ambilance untuk segera dibawa ke rumah sakit.
Saat dirumah sakit, lelaki itu mendapatkan penanganan medis yang intens. Hanya saja tidak ada tanda pengenal apapun yang bisa ditemukan dari dirinya. Mungkin saja tanda pengenalnya telah hilang atau rusak akibat kecelakaan pesawat itu. Hanya satu saja tanda pengenal yang dia miliki yaitu sebuah cincin pernikahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments