Reihan dan Firza telah sampai ditempat tujuan mereka. Hari ini mereka akan meeting di sebuah hotel di Bandung bersamaan dengan hadirnya investor dari Jepang. "Selamat pagi tuan Yakamoto" Reihan menyapanya terlebih dahulu.
"Anda tuan Reihan?" Tebak pria paruh baya itu memperhatikan Reihan. Kemudian menyapa Firza dengan senyumannya.
"Iya saya tuan".
"Email yang anda kirimkan kemarin sudah saya baca dan saya tertarik dengan proyek anda, tapi bisakah anda menjelaskan rinciannya terlebih dahulu?" Pria itu meminta penjelasan.
"Untuk hal itu saya serahkan pada rekan saya untuk mempresentasikannya terlebih dahulu" tukas Reihan sambil menunjuk Firza untuk menjelaskan proyek mereka.
Firza membuka laptopnya dan mempresentasikan dengan detail tentang proyek yang rencanakan, tak lupa menjelaskan persyaratan legal dan teknis dari perencanaan mereka.
Pria itu mengamati dengan saksama apa yang disampaikan Firza setelah setengah jam berlalu akhirnya dia berucap "saya sangat suka dengan cara anda mempresentasikan planning anda. Saya rasa saya ingin berinvestasi pada proyek anda". Keputusan dari Yakamoto.
Reihan dan Firza begitu bahagia. Tampak wajah mereka berseri saat Mr. Yakamoto menyetujui proyek mereka. Akhirnya cita-cita membuat pabrik obat-obatan dan bekerjasama di rumah sakit Bandung tercapai. Satu misi telah selesai.
"Nenek pasti senang mendengarkan kabar gembira ini" ujar Firza pada Reihan ketika mereka baru saja keluar dari ruangan meeting.
"Tapi jangan katakan dulu pada nenek karena aku ingin memberikan kejutan untuk nenek" ucap Reihan sambil merapikan jasnya.
"Iya. Baiklah kalau begitu maumu. Hari ini kita akan kemana?"
"Aku ingin sekali mengitari kota Bandung"
"Ok kalau begitu kita cari tempat bagus"
Mereka segera masuk ke mobil dan mencari lokasi terbaik untuk mereka kunjungi. Namun pandangan mereka teralihkan pada suatu tempat yang begitu ramai dikunjungi masyarakat setempat.
"Pak kita ke sana dulu, sepertinya ada keramaian" tukas Reihan pada supirnya.
Supir itu mengarahkan mobil mendekat ke arah kerumunan itu.
Firza dan Reihan turun dari mobil dan memperhatikan acara apa yang sedang diselenggarakan, mengapa para warga begitu antusias?
Seorang tamu menyapa mereka. "Tuan masuk saja, hari ini keluarga Wirayuda sedang mengadakan acara amal dan siapapun boleh berkunjung"
Reihan dan Firza tersenyum sambil menganggukkan kepala pada orang itu dan masuk ke dalam rumah mewah itu. Terlihat banyak anak-anak yang datang dan juga para warga.
Tiba-tiba Reihan menabrak seseorang "maaf, maafkan saya nona" dia memperhatikan wanita bercadar itu, cadarnya terlepas akibat bertabrakan dengan dirinya. Reihan mengambil kerudungnya yang terjatuh dilantai kemudian memberikannya pada wanita itu.
Wanita itu hanya menundukkan kepala dan mengambil kerudungnya yang terlepas kemudian menyampirkan ke jilbab yang dikenakannya membentuk seperti cadar ke wajahnya kembali kemudian meninggalkannya.
Reihan tertegun seakan pernah mengenal wanita itu dan rasanya pernah bertemu dengannya sebelum hari ini. Tapi dimana? Kapan? Diapun tidak mengingatnya begitu jelas.
"Wanita itu cantik sekali". Reihan merasa terpesona padanya.
"Apa kau mengenalnya? Tanya Fariz dengan pemikiran Reihan. Sepertinya wanita itu tidak asing.
"Maaf tuan, yang tadi itu saudara saya. Dia memang tidak mau bicara dengan orang asing" seorang wanita yang seumuran dengan gadis itu menghampiri mereka.
Reihan dan Fariz hanya tersenyum ramah pada wanita itu. Kemudian mereka ikut bergabung kedalam acara itu.
Sesampainya di Apartemen Reihan duduk sambil minum kopi bersama Firza. Mereka terlihat menikmati suasana malam di kota itu dari atas balkon. Memperhatikan lampu-lampu yang berkerlipan dari atas gedung.
"Firza, sepertinya aku pernah melihat wanita itu" Reihan membuka suara.
"Ah, kau masih memikirkan wanita itu?".
"Iya dia cantik sekali. Meskipun dengan pakaian tertutup dan cadar diwajahnya tetap saja dia terlihat cantik dan anggun" Kagum Reihan pada wanita di pesta amal itu.
"Tapi kita lupa menanyakan namanya"
"Ah, benar juga. Kita telah melewatkan momen terpenting untuk mengetahui namanya" Reihan menepuk pelan keningnya sendiri.
"Semoga saja besok kita bisa bertemu dan berkenalan dengannya" harap Firza yang juga masih bertanya-tanya tentang gadis itu.
"Iya semoga saja". Timpal Reihan sambil menyeruput kopinya.
Ponsel Firza berdering dan Firza segera mengambil ponselnya dari saku celananya kemudian menekan tombol hijau. "Halo nek"
"Bagaimana hasil rapat kalian?" Tanya nenek penasaran.
"Kami sudah belum bertemu dengan pengusaha asal Jepang itu nek. Sepertinya pertemuan akan diundur besok". Jawab Firza sekenanya.
"Yang benar saja, bukankah seharusnya hari ini kalian bertemu dan membahas proyek itu?"
"Sepertinya penerbangannya delay nek. Jadi ditunda sampai besok". Jelas Firza.
"Ya sudah kalau begitu, nenek tunggu kabar baik dari kalian". Tutup nenek mengakhiri pembicaraan.
Terkesan aneh jika tiba-tiba klien mengubah jadwal pertemuan mereka, tapi Firza berbohong juga karena ingin memberi kejutan pada nenek.
"Kenapa kau berbohong?" Reihan merasa heran padanya.
"Bukankah kau sendiri yang ingin membuat kejutan untuk nenek?"
"Tapi nenek akan curiga pada kita"
"Sudahlah biarkan saja. Setidaknya kita ada waktu satu hari lagi untuk mencari tahi tentang gadis cantik yang kita temui tadi" jelas Firza sambil merangkul bahu sahabatnya itu.
"Idemu bagus juga" Reihan terkekeh melihat kelakuan temannya itu.
***
Pagi-pagi sekali Reihan dan Firza berangkat dari hotel mereka. Mereka menuju restoran untuk sarapan pagi. "Apa rencanamu hari ini?" Tanya Firza sambil memakan roti yang terletak di piring saji.
"Kau tau apa yang kupikirkan saat ini?"
"Entahlah. Aku rasa kau akan mencari tahu tentang gadis bercadar itu" jawab Firza sekenanya.
"Hei, kau sangat pintar menebak. Sepertinya kau tahu apa yang ada di pikiranku". Reihan tersenyum penuh makna sambil menikmati sarapannya.
Selesai sarapan mereka segera menuju ke tempat acara amal kemarin. Mereka hanya ingin memastikan apakah wanita itu memang anggota keluarga disana atau bukan?
Aneh sekali rasanya menunggu didepan pagar rumah seseorang hanya untuk memastikan dia adalah pemilik rumah itu atau bukan.
Sudah satu jam mereka berada ditempat itu belum ada satu orang pun yang keluar dari pintu pagar itu. Mulai resah " apa menurutmu gadis itu tinggal dirumah ini?" Firza menatap sahabatnya dengan wajah sedikit kesal.
"Tunggu sebentar aku yakin dia pasti keluar dari pagar rumah ini". Reihan merasa sangat yakin dengan instingnya. Dia yakin sekali wanita itu adalah keluarga rumah ini.
Sesosok wanita keluar dari pintu rumah itu, kali ini dia tidak mengenakan cadarnya. Hanya mengenakan baju gamis dengan kerudung panjang saja. Seketika itu juga tatapan Reihan dan Firza tertuju pada sosok wanita itu.
"Hei, lihat itu. Wanita itu baru saja keluar dari rumah itu". Firza menatap intens wanita itu sambil menepuk tangan Reihan agar mau memperhatikannya.
Reihan menegakkan badannya, kemudian mengambil ponselnya dan memoto wanita itu.
"Hei, apa yang kau lakukan?". Firza merasa heran dengan tingkah sahabatnya.
"Aku hanya ingin mengambil fotonya"
"Daripada kau mengambil fotonya lebih baik berkenalan saja dengannya. Ayo cepat sebelum dia menjauh". Lelaki itu sambil mengajak Reihan keluar dari mobil.
Secara bersamaan mereka keluar dari mobil dan menemui wanita itu.
"Nona!?" Sapa Reihan.
Wanita itu menoleh dan sedikit terperanjat melihat dua pria yang menghampirinya.
"Ada apa tuan? Apa kalian mencariku?"
"Iya nona, kalau tidak salah kau wanita yang waktu itu hampir bertabrakan dengan mobil kami kan?" Reihan teringan akan accident beberapa hari yang lalu.
Wanita itu hanya memperhatikan mereka berdua sambil mengingat kejadian beberapa hari lalu. " oh iya, aku ingat". Wanita itu tersenyum mengingat kejadian yang hampir saja membuatnya kecelakaan.
"Kami tidak sengaja lewat disekitar sini, karena kebetulan melihat nona jadi kami berhenti untuk memastikan" jelas Firza mencoba mencari alasan tepat.
Wanita itu hanya tersenyum sambil menundukkan kepala.
"Oh ya, nona boleh kita berkenalan? Namaku Reihan dan ini temanku Firza" lelaki itu mengulurkan tangan untuk bersalaman dengannya.
"Sakinah, namaku Sakinah" wanita itu hanya merapatkan kedua tangannya dan meletakkan tangannya ke dada. Untuk menghormati mereka.
Firza dan Reihan paham dengan maksud wanita itu, sepertinya dia membatasi diri untuk tidak terlalu dekat dengan lawan jenis.
"Baiklah nona, kami paham". Ucap Firza.
"Iya, senang berkenalan dengan kalian. Aku harus pergi dulu. Aku tinggal ya". Wanita itu berpamitan dan pergi meninggalkan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments