Saat ini kondisi Reihan sudah mulai membaik namun masih belum dibolehkan pulang oleh dokter.
Firza masih menemani Reihan ditempat itu. Tiba-tiba saja ponselnya berdering. Dia segera mengambil ponselnya dari saku celananya dan menekan tombol hijau.
"Halo nek"
"Halo Firza, bagaimana keadaan Reihan? Nenek sangat mengkhawatirkannya."
"Reihan baik-baik saja nek. Sekarang Reihan lagi dicek kesehatannya oleh suster Sakinah."
"Firza, nenek sangat merindukan cucuku bisakah kau menunjukkan video dirinya saat ini? Aku ingin melihat keadaan cucuku."
Dengan sigap Firza segera merekam kegiatan Reihan dirumah sakit, terlihat juga suster Sakinah yang sedang mengganti perban dikepala Reihan. Melihat cucu kesayangannya yang sangat terawat Hilda merasa sangar senang. Terlihat Hilda mengusap wajah Reihan dari layar ponsel. Betapa dirinya menyayangi cucu lelakinya itu.
"Bagaimana nek? Nenek sudah merasa tenang sekarang?"
Firza menanyakan tentang perasaan sang nenek.
"Iya nak. Nenek senang sekali. Cepat bawa dia pulang ke rumah ini kembali." Pinta Hilda pada Firza.
Firza menganggukkan kepalanya menyetujui permintaan neneknya.
Sakinah membalutkan perban dengan perlahan dikepala Reihan, disela-sela kesibukan suster itu mengobatinya Reihan malah memperhatikan wanita itu. Hatinya begitu bergetar, rasa cinta dan kagumnya semakin merekah. Dia bisa melihat wanita pujaannya sedekat ini tanpa pembatas ataupun hijab (cadar) yang selalu menutupi wajah gadis itu. Cantik dan penuh kasih sayang, itu yang dia rasakan saat memperhatikan gadis itu.
Setelah mengganti perban di kepala Reihan, suster itu berujar.
"Pak Reihan, untuk saat ini kondisi bapak sudah mulai membaik dan therapynya bisa dilangsungkan mulai dari hari ini. Kira-kira hari ini bapak siap untuk therapy?"
Reihan sedikit terkesiap saat gadis itu bertanya padanya, lamunannya membuyar seketika.
"I... iya suster. Saya siap."
Sakinah segera menyiapkan peralatan dan ruangan untuk fisioterapi. Kemudian Firza membantu Reihan untuk duduk dikursi roda. Perlahan memapah tubuh Reihan yang masih lemah dan mendudukkannya dikursi roda, dengan pelan Firza membawa Reihan ke ruang Fisioterapy.
Sesampainya diruangan itu. Dokter ahli syaraf telah menanti Reihan, disamping dokter itu telah berdiri sakinah bersiap untuk memberikan kebutuhan medis pada sang dokter, dokter itu dengan ramah menyambut Reihan.
"Bagaimana keadaan anda pak Reihan?"
"Sudah lebih baik dokter."
Dokter itu melakukan pemeriksaan pada tulang belakang kepala Reihan.
"Apa anda ada keluhan pada kepala anda?" Dokter itu bertanya sambil menyibukkan dirinya memperhatikan komputernya. Dia memperhatikan apakah ada cidera berat atau tidak pada kepala Reihan?
"Ah... aku hanya merasakan kaku pada kepala bagian belakangku dok. Terkadang aku juga merasakan ketidak seimbangan pada tubuhku." Jelasnya pada dokter itu.
"Itu sangat wajar, itu efek karena benturan keras di kepala anda membuat syaraf kepala anda terjepit. Untung saja tidak ada luka dalam yang akan merusak sistem kerja otak anda." Ujar dokter itu sambil melihat ke arah komputer itu dan menunjukkan bagian dari kepala Reihan yang mengalami syaraf terjepit.
"Suster, tolong lakukan fisioterapy ini pada tuan Reihan." Tukas dokter itu pada Sakinah.
Sakinah mengikuti perkataan dokter itu, dia segera mendekat pada Reihan. "Tuan Reihan saya mau izin dulu untuk memfisioterapy kepala anda."
Reyhan tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Suster itu langsung mengambil alat fisioterapi kemudian mengoleskan gel pada bagian kepala reihan dan mulai menaruh alat itu ke kepala Reihan dan memijatkannya secara perlahan.
Tidak ada keluhan pada diri lelaki itu, malahan dia merasa nyaman dengan pijatan yang dilakukan Sakinah melalui alat itu. Tujuan dari fisioterapy ini adalah untuk meningkatkan kekuatan, fleksibilitas, megevaluasi dan memperbaiki postur, mengurangi gejala klinis rasa sakit, kesemutan serta mati rasa.
Usai melakukan fisioterapy, Sakinah menanyakan pada Reihan tentang keadaannya. "Bagaimana pak, apa anda sudah merasa lebih baik?"
"Untuk saat ini saya merasa lebih baik dari sebelumnya. Hanya saja bagian leher saya masih terasa kaku." Ujarnya sambil menggerakkan lehernya secara perlahan.
Dokter ahli syaraf itu mendekat pada Reihan.
"Iya tuan, ini mungkin membutuhkan waktu yang sedikit lama. Mungkin bisa memakan waktu satu sampai dua bulan. Tergantung dengan respon dari sistem syaraf pasien."
"Dokter lakukan yang terbaik untuk saudara saya." Pinta Firza pada dokter itu.
"Kami akan melakukan yang terbaik untuk kesembuhan pak Reihan."
"Pak Reihan,saya akan menjelaskan pada anda beberapa teknik terapy yang akan anda lewati." Tatap dokter itu pada Reihan.
"Terapy apa saja itu dokter?" Tanya Reihan sambil mengusap pundaknya yang terasa kaku.
"Begini tuan, beberapa terapy yang akan kita lakukakn adalah:
Teknik Terapi Manual: Pijat jaringan lunak, peregangan dan mobilisasi sendi.
Latihan Terapeutik: Peregangan dan penguatan latihan untuk mengurangi stres sambil meningkatkan mobilitas
Latihan Ulang Neuromuskuler: Meningkatkan postur, stabilitas, dan mekanika tubuh untuk melindungi cedera.
Ketiga tahapan ini akan dilakukan secara bertahap hingga syaraf pada bagian kepala anda membaik." Jelas dokter itu secara detail.
Reihan hanya menganggukkan kepalanya pelan.
Selesai melakukan fisioterapy, Firza membawa Reihan keluar dari ruangan itu.
"Firza, apa kau mau membantuku?" Tanya Reyhan pada Firza saat akan memasuki ruang rawat inap.
"Ada apa? Kau ingin aku melakukan apa?" Langkah lelaki itu terhenti sejenak kemudian menatap Reyhan.
"Aku ingin dekat dengan Sakinah. Aku mau kau bantu aku membujuknya untuk merawatku selama aku di rumah sakit."
"Baiklah, aku akan mencoba untuk membujuknya. Kau tenang saja, aku yakin tantangan nenek pasti bisa kau lalui." Ujar Firza tersenyum sambil mengingat perjanjian Reyhan dan nenek Hilda.
***
Gadis berambut pirang itu, merasa kesepian. Biasanya selalu ada Reihan dan Firza yang menemaninya, mereka akan selalu menjahilinya dalam berbagai kesempatan. Tiada hari yang mereka lalui tanpa canda tawa.
Ya, Adelia merindukan saat-saat itu.
Hilda baru saja keluar dari kamarnya, dia memperhatikan cucunya yang sedang duduk disofa sambil melihat foto-foto yang terdapat dilayar ponselnya. Wanita tua itu menghampiri gadis itu dan duduk didekatnya.
"Nak, kenapa kau terlihat murung?" Tanya Hilda menghampiri cucunya.
Adelia sedikit terperanjat, karena dia memang sedikit melamun saat memperhatikan foto kebersamaan dirinya dengan Firza dan Reyhan.
"Tidak nek, aku hanya memikirkan keadaan Reyhan."
"Kau tidak perlu khawatir dia baik-baik saja. Tadi nenek baru saja menghubungi Firza dan aku sudah melihat kondisinya melalui Video."
"Iya nek." Gadis itu memeluk sang nenek dengan erat. Dia menyandarkan kepalanya ke tubuh sang nenek. Hildapun mengusap kepala gadis itu dengan lembut. Supaya dia menjadi lebih tenang.
Dari kejauhan Sahnaz memperhatikan kebersamaan antara nenek dan cucu itu. Dia tidak berniat menghampiri mereka, hanya saja saat ini dia punya rencana besar untuk Adelia putrinya.
Terlebih saat dia melihat kedekatan Adelia dan Firza di rumah sakit membuatnya merasa terganggu, dia tidak ingin Adelia bersama lelaki itu. Apapun caranya pasti akan dilakukannya untuk membuat lelaki itu menjauh darinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments