"Baiklah nek, aku rasa pembicaraan kita sudah selesai. Aku mau berangkat ke kantor dulu" Reihan beranjak dari kursinya untuk menuju lantai bawah sekaligus mengakhiri pembicaraan mereka.
Hilda hanya mengangguk kemudian meminum tehnya sambil memperhatikan Reihan yang pergi dari hadapannya.
Saat ditangga tiba-tiba seseorang menarik tangan Reihan dan membawanya kehadapan orang itu.
Sontak saja Reihan kaget dan menoleh pada orang itu. "Kau... ah kau mengagetkanku saja Firza" dia menghembuskan nafas pelan.
"Sini. Kita harus bicara" ajaknya sambil membawa Reihan ke mobil.
"Ada apa sobat? Kenapa kau terlihat serius sekali?" Tanyanya tidak mengerti.
Firza mengajaknya masuk ke dalam mobil kemudian mengemudikan mobil itu keluar dari rumah mewah itu. "Kau sudah gila Reihan!!!" Tiba-tiba lelaki itu meninggikan nada bicaranya.
"Apa maksudmu hah?!?" Reihan tak mau kalah dan menaikkan suaranya.
"Aku tidak sengaja mendengarkan pembicaraanmu dengan nenek tadi".
"Lalu, apa masalahnya?" Tanya Reihan santai.
"Apa kau tidak berpikir nenek itu serius dengan ucapannya tadi. Apa kau yakin bisa menikahi gadis itu dalam waktu satu minggu?" Firza langsung saja pada inti pertanyaannya, sambil mengernyitkan dahinya menatap Reihan.
Dia sangat hafal dengan watak Hilda yang keras dan setiap ucapannya adalah titahnya. Dia takut kalau Reihan tidak mungkin bisa membuktikan perkataannya pada wanita tua itu.
Reihan terkekeh melihat wajah panik sahabatnya itu. "Jadi itu masalahnya. Tenanglah aku pasti akan menemui wanita itu dan menikahinya secepat mungkin" jelasnya dengan wajah serius.
"Kau sudah gila ya!!!" Firza masih tidak mengerti apa yang dipikirkan Reihan hingga bisa seyakin itu.
"Sudahlah sekarang kita bekerja saja dulu. Tentang gadis itu nanti aku urus" Reihan mencoba menenangkan sahabatnya. Kemudian turun dari mobil dan menuju lift.
Ada apa dengannya? Apa dia sudah kehilangan akal sehatnya? Gumam Firza sambil melihat temannya yang sudah lebih dulu masuk lift.
"Apa kau akan tetap berdiri disitu?" Tanya Reihan sebelum menekan tombol lift.
Firza yang terpaku di ruang tunggu kemudian beranjak mengikutinya masuk ke dalam lift.
Reihan melirik ke arah temannya yang masih dalam keadaan bingung itu sambil merapikan letak dasinya yang terasa kurang pas. Firza masih menatapnya heran, tapi Reihan tidak menggubrisnya sama sekali.
Saat keluar dari lift semua karyawan memberikan sapaan selamat pagi padanya. Para karyawan sangat menghormatinya, karena selain cucu dari pemilik Pratama Coorp, wajahnya yang sangat ramah dan menyiratkan simbol ketegasannya membuatnya sangat disegani. Terutama untuk karyawan wanita ketampanan dan tubuh atletisnya begitu memukau mata mereka. Tao heran semua orang sangat menghormatinya.
Reihan dan Firza masuk ke ruangan kerja mereka masing-masing. Baru saja Reihan duduk disinggasananya. Ada seseorang mengetuk pintu ruangnya. "Masuk" ujarnya dari dalam ruangan itu.
Seorang wanita muda memasuki ruangannya sambil membawakan dokumen "boleh aku duduk?"
Reihan yang sedang memainkan jari jemarinya ditombol laptop mendongakkan kepala "hei Adel, ayo duduk. Ada yang bisa ku bantu?"
Wanita itu duduk dihadapan Reihan "Aku butuh tanda tanganmu untuk dokumen ini" kemudian dia memberikan dokumen yang telah dibawanya pada Reihan.
Reihan menerima dokumen itu dan membacanya dengan saksama dan menandatangani dokumen tersebut.
"Aku dengar setelah ini akan ada kerja sama rumah sakit Medica Centre untuk memasokkan produk kita ke sana" ujarnya dengan wajah berbinar.
"Benarkah itu? Bagus sekali"
"Iya, kemarin malam aku menerima email dari pemilik rumah sakit Medica Center itu kalau mereka membutuhkan stock obat-obatan dan mereka telah mendapatkan rekomendasi untuk menggunakan produk kita" jelas Adelia dengan senyuman diwajahnya.
"Tidak kusangka ternyata baru saja kita bekerja sama produk kita langsung dibutuhkan dipasaran. Ini fantastis" dia berdiri kemudian memeluk Adellia.
"Maaf mengganggu, apa aku boleh masuk?" Firza menyembulkan kepalanya dari balik pintu.
"Firza, masuklah duduk sini" ajak Reihan sambil melepaskan pelukannya pada Adellia. Kemudian mengajak Firza duduk bersamanya.
Firza masuk keruangan itu, menyapa Adelia dengan senyuman dan duduk di sofa. "Aku hanya ingin menyampaikan kita butuh tempat untuk menyimpan stock obat-obatan di Bandung. Kemarin perwakilan dari MR. Yamamoto menghubungiku untuk mengurus gudang itu" jelasnya pada Reihan.
"Iya baiklah kita urus itu nanti. Tadi Adelia baru saja menyampaikan padaku kalau produk kita juga akan diedarkan di rumah sakit Medica Center di Bandung".
"Wah sepupuku ini cekatan sekali. Ini benar-benar kabar baik" pujinya pada Adellia.
Wanita itu tersipu malu dengan ucapan Firza.
"Nenek pasti senang mendengar kabar ini" ujarnya menutupi rasa malunya.
"Hmm benar sekali. Oh iya Firza untuk pengurusan gudang itu kapan rencananya?"
"Seingatku sekitar besok pagi mereka akan datang ke Bandung".
"Ini dadakan sekali, kita harus segera mengatur jadwal deadline".
"Iya, aku akan minta Raisha mengatur semua keperluanmu ke Bandung nanti Reihan".
"Aku? Apa hanya aku saja?" Tanya Reihan padanya.
"Iya kau dan Lian yang akan pergi ke sana karena aku dan Adellia masih harus mengurus pekerjaan kita disini".
"Baiklah kalau begitu".
Firza mentrasfer file yang telah diterimanya di email ke email Raisha sekretaris kantor kemudian menyuruh Raisha menyiapkan kebutuhan yang akan diperlukan Reihan untuk ke Bandung. Tidak lupa memberitahukan pada Lian, untuk mempersiapkan dirinya untuk ikut bersama Reihan besok pagi.
***
Adellia baru saja kembali ke rumah, dia segera masuk ke kamarnya. Adellia meletakkan tas tangannya di meja rias dan melepaskan high heels yang terpasang dikaki jenjangnya kemudian mengambil handuknya dan menuju ke kamar mandi yang terletak di kamarnya untuk segera membersihkan diri. Kemudian dia beristirahat dikamar itu.
Terdengar suara ketukan dipintu kamarnya, Adellia membukakan pintu kamar.
"Ibu, ada apa?"
"Kau tidak makan malam?"
"Aku sudah kenyang bu".
Sahnaz menoleh ke belakang melihat sekelilingnya. Merasa aman tidak ada yang melihat diapun masuk ke kamr Adellia.
"Ibu ingin bicara sebentar denganmu". Ujarnya sambil menarik pelan tangan adellia dan mengajaknya masuk ke kamar.
"Ada apa bu?" Dia merasa heran melihat sikap Sahnaz.
"Begini, ibu mau bertanya tapi kau harus jawab jujur ya?" Mata wanita itu menatap lurus ke arah Adellia.
"Ibu mau menanyakan apa padaku?" Gadis itu bingung melihat sikap ibunya.
"Kau, apa kau sudah punya kekasih?"
Adellia terkesiap mendengar pertanyaan Sahnaz yang terkesan absurd.
"Mengapa ibu tiba-tiba bertanya seperti itu?" Adellia balik bertanya pada ibunya.
"Tadi pagi aku akan pergi ke balkon untuk menikmati udara pagi, tapi aku melihat Firza yang sedang bersembunyi seperti menghindari sesuatu. Aku mendekatinya dengan jarak yang tidak terlalu dekat dan kau tahu apa yang ibu dengar saat itu?"
"Ibu mendengarkan apa?" Tanyanya mulai penasaran.
"Nenekmu ingin menjodohkanmu dengan Reihan dan dia mempertanyakan langsung pada Reihan".
"Benarkah itu bu?" Wajahnya mulai merah tersipu malu.
Wanita paruh baya itu menganggukkan kepalanya "iya sepertinya nenek sangat ingin kau menikah dengan Reihan hanya saja..."
"Hanya saja kenapa bu?" Adellia terlihat penasaran dengan cerita ibunya.
"Hanya saja Reihan sepertinya sudah punya kekasih". Jelasnya pelan.
"Kekasih? Benarkah itu?" Air muka gadis itu menyendu dan dia menundukkan kepalanya. Dia merasa aneh saja selama ini Reihan tidak pernah dekat dengan gadis manapun kecuali dirinya, tapi kenapa sekarang ibunya mengatakan Reihan sudah punya kekasih?.
"Dengarkan aku nak, nenek menginginkanmu menjadi menantu rumah ini. Jadi aku harap kau mau berusaha untuk merebut hati Reihan". Wanita itu mengangkat wajah Adellia dan memberikan dukungan padanya.
"Tapi apa dia mau denganku bu?" Adellia mulai meragukan dirinya sendiri.
"Harus mau. Kau adalh cucu dari keluarga ini juga. Jikà kau bersama Reihan bukankah akan menjadi lebih baik nantinya". Tukasnya penuh optimis.
"Aku tidak yakin bu. Dulu nenek pernah menanyakannya pada Reihan, sepertinya dia hanya menganggapku sepupunya saja". Gadis itu mengerucutkan bibirnya.
"Kau tenang saja. Ibu akan membantumu. Asalkan kau mau menikah dengannya".
"Benarkah bu?"
"Tentu saja".
Gadis itu langsung memeluknya dengan erat dan wanita itu membalas pelukan putrinya itu.
Jelas saja Sahnaz menginginkan Adellia menikah dengan Reihan, karena dia tahu Adellia menyukai Reihan. Selain itu Reihan kan seorang CEO, pastinya Sahnaz tidak akan melewatkan kesempatan untuk menikahkan Adellia dengan lelaki tampan itu. Supaya warisan keluarga Pratama tidak jatuh ke tangan orang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments