Reihan baru saja kembali dari rumah sakit. Firza dengan penuh kesabaran memapah Reyhan ke atas kursi rodanya kemudian membawanya masuk ke dalam mansion itu.
"Kakak... akhirnya kakak pulang. Aku kangen sama kakak." Lirih Alisha sambil memeluk kakaknya.
Reyhan mengusap pelan kepala adik kesayangannya itu.
"Reyhan." Sorak Hilda melihat cucu kesayangannya telah tiba.
"Nenek, aku sangat rindu dengan suasana dirumah ini." Reihan langsung mengulurkan tangan untuk memeluk sang nenek.
Adelia dan Sahnaz juga ikut menghampiri Reyhan. Adelia tak mampu membendung air matanya. Butiran bening itu akhirnya menetes dipipinya.
Reyhan yang memperhatikannya merasa tidak tega, dia meminta gadis itu mendekat padanya.
"Apa kau tidak merindukanku?"
Sontak saja Adelia memeluk Reyhan. Dia tak sanggup mengatakan apa-apa. Lidahnya terasa kelu untuk mengucapkan kata-kata, yang ada hanya butiran bening yang hangat itu membasahi pipinya. Reyhan hanya mengusap kepala wanita itu untuk menenangkannya.
"Maaf, Reyhan harus istirahat dulu. Aku akan membawanya ke kamar." Tukas Firza sambil memberikan senyuman pada Hilda dan keluarga yang ada saat itu.
Sahnaz yang ada diantara mereka hanya memutar bola matanya menatap malas pada Firza.
***
Di rumah Sakinah,
"Sakinah kaukah itu nak?" Tanya Denia memperhatikan seseorang yang berjalan dihadapan dia.
"Iya ibu. Ini aku" ujarnya pada wanita berumur itu.
"Nak ke sini sebentar ada yang ayah ingin sampaikan padamu dan seluruh keluarga besar kita." Tukas lelaki paruh baya itu pada sang anak.
Sakinah mengikuti perkataan ayahnya kemudian duduk di dekat ayahnya.
"Haris, ada hal apa yang ingin kau sampaikan sampai-sampai mengajak kami semua berkumpul disini?"
James beserta seluruh keluarga yang berkumpul diruang tengah.
Dirumah, James memanggil anaknya Haris Prasethio itu dengan nama Haris, tapi di tempat kerjanya orang lebih mengenalnya dengan panggilan Thio.
"Terimakasih kalian semua mau berkumpul disini. Aku hanya ingin menyampaikan bahwa Sakinah sebentar lagi akan menikah." Ujar lelaki itu sambil mengulas senyum dibibirnya.
Sakinah hanya menundukkan kepalanya. Wajahnya seketika memerah.
Deg!!!
Tiba-tiba saja Zian merasa terkejut dengan ucapan pamannya itu.
"Apa? Menikah?!" Tiba-tiba saja kata-kata itu terlontar dari mulutnya.
"Iya Zian, ternyata sepupumu itu menemukan jodohnya dirumah sakit." Jelas Haris padanya.
Bagaikan petir disiang hari, hati Zian seakan terasa tersentil. Ada sedikit kejutan yang dirasanya. Dia tidak tahu apa harus merasa bahagia ataukah dia harus marah dan menentang rencana pernikahan itu.
Zian dan Sakinah memang saudara sepupu tapi Zian memiliki rasa yang lebih dari sekedar saudara pada Sakinah. Kedekatan mereka sejak kecil membuat Zian merasa kasih sayang dia curahkan pada sakinah menjadi benih-benih cinta.
Seiring berjalannya waktu dia mulai menyadari itu semua saat dia telah dewasa seperti sekarang ini, sehingga dia bertekad untuk menjadikan Sakinah sebagai bagian dari hidupnya dan menjadi ibu bagi anak-anaknya kelak.
Zian merasa tak percaya dengan apa yang telah diucapkan pamannya.
Sakinah akan menikah? Dengan siapa? Kenapa selama ini dia tidak pernah mengenalkannya padaku? Apa ada rahasia yang disembunyikannya dariku?" Berbagai macam pertanyaan itu muncul didalam benaknya.
"Hm, siapa lelaki yang akan menikahi Sakinah? Tanya James pada putranya.
Haris mengambil ponselnya dari saku celananya, kemudian menunjukkan foto Reyhan kepada mereka semua.
Kirana yang ikut melihat foto itu, merasa tidak asing dengan wajah lelaki itu.
"Hah? Ini kan CEO Pratama Group." Tanya wanita itu pada ayahnya.
"Kau mengenalinya juga?" Haris mengedarkan pandangannya pada Kirana
"Tidak, tapi kalau tidak salah lelaki itu pernah ke acara sosial yang pernah kita adakan dirumah." Jelasa Kirana pada semua orang yang ada ditempat itu.
"Oh jadi itu sebabnya mereka saling mengenal. Pantas saja saat dirumah sakit Reyhan begitu merasa dekat denganmu." Jelas Hariz sambil menatap putrinya.
"Tidak ayah. Sebenarnya pertemuanku dengan tuan Reyhan secara tidak sengaja saat aku hampir bertabrakan dengan mobilnya." Jelas Sakinah pada ayahnya.
"Bagaimana ceritanya kalian bisa bertemu di rumah sakit?" Tanya James merasa penasaran.
"Waktu itu tuan Reyhan mengalami penyerangan saat akan ke Bandung dan aku membantu ayah untuk merawatnya."
James menganggukkan kepalanya menandakan dirinya mengerti.
Kirana menaikkan alisnya sebelah. Merasa tidak senang jika Sakinah mendapatkan CEO tampan itu.
Aku tidak akan membiarkan kau mendapatkan lelaki itu. Sebelum kau menikah dengannya, aku akan membuatnya jatuh cinta padaku sehingga dia akan melupakanmu.
Gumam wanita itu sambil menatap sinis pada Sakinah.
Mana mungkin lelaki tampan dan berkelas setara Reyham Pratama menyukai gadis yang berhijab dan bercadar seperti Sakinah. Jangankan CEO lelaki biasa saja juga belum tentu mau dengan wanita itu.
Kirana memandang enteng pada gadis itu, karena menurutnya wanita yang pantas bersama Reyhan itu adalah dirinya. Menurut Kirana penampilannya elegan dan sangat berkelas jadi lelaki manapun pasti akan meliriknya. Termasuk Reyhan.
"Apa rencanamu saat ini Haris?" Tanya James pada putranya.
"Iya ayah, lelaki itu menginginkan Sakinah untuk menikah dengannya, maka dari itu aku ingin merundingkannya dengan ayah dan semua keluargaku disini."
"Apakah keluarganya sudah tahu tentang ini?" Tanya James kembali.
"Itulah yang ingin aku ceitakan
Saat di rumah sakit Reyhan mengatakan dia akan mengenalkan keluarganta pada keluarga kita. Jadi jika sewaktu-waktu Reyhan datang bersama keluarganya kita harus siap."
"Aku setuju saja, jika itu baik bagi sakinah aku akan menyetujuinya, lagi pula sudah saatnya dia menikah."
Selama ini setiap kali mengambil keputusan James selalu diutamakan pendapatnya, maka dari itu sebagai orang tertua dikeluarga itu dimintakan pendapatnya. Namun, entah mengapa hari itu James langsung menyetujui saja. Biasanya dia selalu mendebat dan mencecar dengan berbagai pertanyaan, tapi kali ini dia langsung setuju begitu saja.
Haris dan Sakinah merasa senang karena telah mendapatkan lampu hijau dari James. Mungkin ini pertanda baik bagi kehidupan Sakinah kelak. Meskipun ada diantara pihak keluarga yang belum menyetujuinya.
"Tapi paman, mengapa begitu mendadak? Bukankah akan lebih baik jika para keluarga saling mengenal dulu?"
Sela Zian.
Dia merasa keberatan dengan kakeknya yang menerima begitu saja.
"Aku, Sakinah dan ibunya telah memikirkan ini dari jauh-jauh hari, lelaki itu juga terlihat serius untuk menjalin hubungan dengan Sakinah, maka paman beranggapan jika ada niat baik mengapa tidak disegerakan saja?"
Zian terdiam mendengar penuturan sang paman. Padahal dirinya bermaksud untuk menghalangi agar pamannya mengurungkan niatnya itu, tapi rasanya sangat mustahil karena terlihat Sakinah juga menyetujuinya.
Bagi Zian kebahagiaan Sakinah adalah segalanya. Meskipun kali ini dirinya harus terluka dengan kenyataan yang ada tapi dia senang kalau itu adalah kebahagiaan Sakinah.
"Baiklah paman, jika itu yang terbaik untuk Sakinah aku juga ikut bahagia. Aku hanya berharap lelaki itu bisa membahagiakannya."
"Tentu Zian. Aku juga tidak ingin putriku terluka dan aku ingin dia selalu diberkati Tuhan".
Akhirnya keputusan saat itu seluruh keluarga menyetujui pertemuan Sakinah dan Reyhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments