Revenge : Luna
Di sebuah panti asuhan, anak-anak bermain kejar-kejaran dengan tawa yang menghiasai. Walau pakaian mereka terlihat lusuh dan kekecilan, mereka tidak peduli dan hanya fokus bermain.
Di antara semua anak itu, ada satu gadis yang memperhatikan agar anak-anak tidak bertengkar atau terjatuh saat bermain, gadis itu bernama Lunaria. Walau memakai pakaian lusuh, dan wajahnya sedikit kucel, gadis itu masih terlihat cantik, apalagi dengan rambut hitam pekat dan mata birunya yang mencolok.
Luna adalah gadis yang sangat di sukai di panti asuhan, selain karena penampilannya yang sedikit lebih cantik dari anak-anak yang lain, dia juga memiliki pribadi yang baik. Luna sering membantu ibu panti mengurus anak-anak, atau mengerjakan pekerjaan rumah.
Usia gadis itu kini berada di angka lima belas, ia sekolah di sekolah negeri dengan beasiswa penuh, walau memiliki keterbatasan ekonomi, tidak sedikitpun menggoyahkan tekadnya untuk belajar. Dan ibu panti juga mendukung keinginannya dan membantu sekuat yang dia bisa.
Terlalu asyik dengan kegiatannya, Luna tidak menyadari kedatangan ibu panti bersama beberapa orang asing, baru setelah di panggil, Luna akhirnya menyadarinya.
"Luna." Ibu panti memanggil dengan lembut, membuat Luna lantas menoleh dan menjawab dengan lembut juga. "Iya, Ibu?"
Ibu panti tersenyum dan mendekat pada Luna, di ambilnya tangan gadis itu yang terlihat kasar dan kapalan, karena seing membantunya untuk mengerjakan pekerjaan kasar. "Nak, kamu bisa pulang sekarang."
Luna tak mengerti, dan Ibu panti lantas membawa Luna pada orang-orag asing yang sendari tadi menunngu tak jauh dari mereka. "Luna, mereka adalah keluargamu, keluarga kandungmu." Ucapan ibu panti membuat Luna terkejut. Tentu saja, setelah selama ini, akhirnya dia bertemu dengan keluarga kandungnya.
Tapi Luna tidak bisa percaya begitu saja, dia meminta bukti jika memang dirinya adalah anak kandung dari dua orang yang sekarang berada di hadapannya, yang mengaku sebagai Ayah dan Ibunya. Pria yang mengaku Ayahnya lalu memberikan hasil tes DNA yang di ambil beberapa hari lalu, dengan bantuan ibu panti untuk mengambil sempel rambut Luna. Dan tes itu menyatakan jika Luna memang benar-benar anak mereka.
Kemudian terjadilah reuni yang sangat membahagiakan di anatara mereka, Luna menangis dan mengtakan jika dia selalu menunggu mereka untuk menjemputnya. Kedua orang tua Luna juga meminta maaf karena baru menjemput gadis itu setelah banyak waktu berlalu.
*****
"Ingat, nak. Kamu adalah anak yang baik dan kuat, kamu pasti akan bahagia." Ibu panti berkata dengan lembut dan penuh dengan perhatian.
Luna menagngguk, dia lalu masuk ke dalam mobil mewah yang sekarang akan berjalan menuju rumahnya, rumah keluarga Bellomre. Luna duduk bersama dengan sang Ibu, Isabella Chayu Bellmore. Sedangkan Ayahnya duduk di depan, bersama sopir, nama Ayahnya adalah Darius Bellmore.
Luna tidak pernah bermimpi jika ternyata keluarganya adalah orang yang sangat berpengaruh di negara ini, dia dulu hanya membayngkan jika keluarganya adalah keluarga biasa saja, karena mereka bahkan tidak menemukannya selama lima belas tahun ini.
Isabella mengatakan jika Luna memiliki tiga kakak laki-laki, dan satu adik laki-laki. Luna tentu saja senang, karena akhirnya dia memiliki seorang kakak, di panti, dia adalah yang paling besar, dan hanya ada tiga anak kecil yang menjadi adiknya.
Tapi, saat sampai di tempat yang katanya adalah rumah barunya itu, dia malah mendapati hal yang menyakitkan hatinya. Saat tiba di ruang keluarga untuk bertemu dengan keluarga yang lain, dirinya malah mendapati seorang gadis yang duduk di antara orang-orang yang adalah kakak dan adiknya. Gadis itu tidak ada dalam daftar keluarga yang tadi di katakan Ibunya.
Kakak-kakaknya tertawa dan bercanda ria, tidak menyadari keberadaannya. Luna hanya bisa tersenyum miris, bahkan saat orang tuanya mengenalkan jika dirinya dalah adik dan kakak kandung mereaka, respon mereka hanya biasa saja. Luna bagaikan orang asing yang tidak di terima di keluarganya sendiri, sedangkan gadis asing itu di perlakukan bagaikan keluraga kandung mereka.
Gadis itu, namanya Sabrina, Sabrina Bellmore. Anak angkat keluarga Bellmore yang telah kehilangan putrei mereka setelah dua tahun. Jadi selama dua tahun awal Luna hilang, keluarga Bellmore malah mengangkat anak yang tidak tahu asal usulnya dari mana dan menjadikannya sebagai pengganti putri yang hilang itu.
Hari-harinya di mansion Bellmore selalu suram, mereka memang memenuhi semua kebutuhan dan keinginananya, tapi tidak pernah memberikan perhatian dan atensi padanya. Semua selalu memprioritaskan Sabrina, hingga Luna sendiri merasa muak.
Bahkan setelah dua tahun tinggal bersama, tidak ada perbuahan yang berarti, beberapa dari mereka bahkan sering salah memanggil namanya, dan selalu mengacuhkan keberadaannya. Yang lebih menyakitkan lagi, saat mereka menuduhnya mencelakai Sabrina karena iri pad gadis itu. Yang berakhir Luna di hukum di kurung di dalam kamarnya selama seharian penuh, dan saat kebenaran jika bukan dirinya yang mencelakai Sabrina, mereka bahkan tidak meminta maaf dan bersikap bodo amat.
Luna yang muak karena selalu di fitnah tanpa bukti, akhirnya Luna benar-benar mengganggu dan mencelakai Sabrina, membut citranya semakin buruk di depan semua orang. Orang-orang yang tadinya dekat dengannya, mulai menjauhinya, di sekolah dia di bully karena berasal dari panti asuhan, selama dua tahun bersama keluarga Bellmore, mereka tidak mengubah statusnya.
Yah, katakanlah Luna menjadi egois dan kejam, dia sudah tidak peduli sengan semua hal, baik kasih sayang keluarga, ststus, kehormatan, atau bahkan rasa sakit dari semua penderitaannya. Bahkan sampai saat ini, saat dirinya terkurung di basement, dengan luka di sekujur tubuhnya, Luna tetap tenang saat orang yang menyebabkan penderitannya datang.
"Bagaimana kabarmu, Luna?"
Luna tersenyum dan menatap mata orang itu, "Entahlah." Jawabnya tak acuh.
Orang itu, Sabrina. Dia menatap tajam pada Luna yang masih saja bersikap tenang, bahkan saat dirinya di ujung kematian. Tapi setelahnya dia tersenyum, menunjukkan sebuah artikel yang telah di cetak dan membiakan Luna membacanya sendiri. "Aku baik bukan? Aku telah menghancurkan keluarga yang mengabaikanmu." Ucapnya dengan santai.
"Ha! Kau gila?! Kau menghancurkan keluarga yang telah membesarkan dan mengurusmu?!" Luna berteriak murka, dia membaca jika keluarga Bellmore telah hancur, semua anggota keluarganya mati terbunuh dalam penyerangan dadakan yang di lakukan musush keluarga Bellmore. Di katakan jika ada pengkhianat dari dalam, membuat Bellmore semakin kesulitan serangan dadakan itu. Tidak ada yang tersisa dari Bellmore, hanya tersisa nama dan sejarahnya saja.
Sabrina tertawa dengan keras, dia menatap Luna dengan tatapan kasihan dan terkesan mengejek. "Kau pikir, aku peduli dengan semua kasih sayang tidak berguna itu?" Luna semakin marah, dia mencoba berdiri dan hendak menerjang Sabrina, tapi langsung di tahan dan di bekuk dengan kuat oleh orang-orang berbaju hitam yang di bawa gadis itu.
"Baj*ngan kau!!" Luna semakin berteriak dengan murka.
Sabrina menulikan pendengarannya dan memerintahkan orang-orang itu untuk membawa Luna, bahkan mata gadis itu di tutup oleh kain hitam dengan kuat.
Luna tidak tahu dia akan di bawa kemana, dan dia juga sudah tidak peduli, setelah mengetahui kebenaran jika ternyata Sabrina hanya memanfaatkan keluarganya, dan kebenaran jika ternyata gadis itu adalah anak dari musuh terbesar keluarganya.
Luna tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika keluarganya mengetahui kebenaran itu, apa mereka akan membenci dan menyalahkan anak yang telah mereka rawat dengan sepenuh hati?
Entahlah, Luna tidak tahu, dan dia juga tidak akan mengetahuinya, karena keluarganya telah musnah. Semuanya hancur dan tak bersisa, jadi, apa lagi yang bisa di harapkan dari hidupnya?
Selama ini Luna hidup untuk bertemu keluarganya, tapi setelah bertemu, dia malah mendapatkan rasa sakit yang tidak seharusnya ia dapatkan. Rasanya sangat menyakitkan, hingga Luna merasa mati lebih baik daripada hidup seperti ini.
Di tengah pemikirannya, ia tiba-tiba di seret dengan kasar dan di jatuhkan, kain di matanya di buka, dan hal pertama yang dia lihat adalah hamparan lautan yang luas.
Ah, apakah Sabrina akan membuangnya ke dalam laut? Fikiran itu terlintas begitu saja, dan seprtinya memang benar.
Wajah Luna di tarik dan di pakas untuk mendongak menatap Sabrina yang menyeringai, "Mau tau sesuatu yang lebih menyenangkan?" Tanyanya dengan mata menyipit menyeramkan, tidak cocok dengan wajahnya yang cantik.
"Apa lagi? Memangnya ada yang lebih mengejutkan lagi? Dibanding dengan dirimu yang menghancurkan keluarga yang mencintai dan menyayangimu?" Tanya balik Luna dengan wajah yang sudah pasrah.
"Kuyakin jika ini akan lebih mengejutkanmu."
Sabrina mendekatkan wajahnya pada telinga Luna, dan mengatakan sesuatu, yang membuat wajah tak berekspresi Luna hancur begitu saja, di gantikan dengan wajah tak percaya sekaligus marah.
"Kau!!" Luna memberontak saat orang-orang berbaju hitam kembali memeganginya, tatapan matanya benar-benar tidak bisa menyembunyikan perasaan marah, sakit, dan juga kekecewaan yang sangat besar.
"Lempar dia!"
Setelah mengatakan itu, tubuh Luna melayang dan dengan cepat menghantam air laut. Karena air laut mengandung kadar garam, luka yang sebelumnya menganga menjadi berkali-kali lipat perih. Tangan dan kakinya terikat, dia tidak bisa melakukan apapun.
Di kedalam laut, Luna dengan putus asa mengutuk atas semua kekejaman yang di lakukan Sabrina.
‘Ini tidak adil! Kenapa harus aku yang menderita?! Tuhan! Jika kau memang peduli pada hambamu! Tolong! Balas perbuatan gadis jahat itu!’
Luna benar-benar putus asa, dia hanya bisa pasrah saat pandangannya mulai menggelap, dan pasokan udara di paru-parunya telah habis, dia hanya berharap agar semua rasa sakit dan penderitannya di balas dengan setimpal.
•
•
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
meMyra
ok keren lanjut bab 2
2024-06-14
0
Nispu Wati
Kalau pemeran utamanya mati,siapa yg
Akan balas dendam
2024-03-05
0
Ari Arie
translated?
2024-03-04
0