Keributan di kantin segera di tangani oleh anggota OSIS dan guru-guru, mereka mengatakan jika kasus ini akan di selidiki dengan baik, dan mengatakan jika kasus ini tidak boleh di sebar ke liar sekolah.
Karena bel juga telah berbunyi, semua murid akhirnya kembali ke kelas masing-masing, berbeda dengan kelas yang lain, kelas X-A memiliki waktu senggang, karena mereka mendapat tambahan waktu istirahat selama satu jam pelajaran sebagai hadiah dari guru olahraga.
Dan hal itu juga di sepakati oleh guru yang seharusnya melakukan pembelajaran saat ini, jadi saat ini mereka tengah dengan nikmat berleha-leha di kelas.
"Gue bener-bener gak nyangka banget si ketua basket putri kayak gitu." Seseorang tiba-tiba mengungkit kejadian di kantin tadi, membuat beberapa orang tertarik dan ikut nimbrung.
"Iya weh! Gue juga gak nyangka, padahal katanya dia itu baik."
"Lu gak bisa nilai orang cuman dari tampang luarnya aja." Haikal ikut menyahut di tengah perbincangan.
Aldi, Juan dan Ernest mengangguk setuju, "Sebenernya gue udah gak kaget sih, soalnya gue pernah liat dia beberapa kali jalan sama orang kayak bapaknya kak Aurora." Ernest angkat suara, yang berhasil menarik atensi dan mendapat reaksi kaget dari teman-temannya.
"Yang bener lu?" Tanya Aldi tak percaya.
"Beneran, malahan salah satunya itu om gue." Jawab Ernest dengan entengnya.
"Wah, gila... kenapa lu gak bilang-bilang?" Aldi kembali bertanya.
Ernest menggelengkan kepalanya, "Gak ada bukti kuat, soalnya gue gak foto setiap kejadiannya, dan gue juga gak peduli." Ujarnya dan mengangkat bahu acuh.
Semua yang mendengar hanya geleng-geleng kepala, Ernest itu terlalu cuek dan tak peduli sekitar, tapi entah kenapa jika berhubungan dengan Hera, pria itu akan dengan sigap terkoneksi dan bergerak cepat.
"Lebih baik begitu, bukan?" Para laki-laki itu menoleh saat suara halus menerpa pendengaran mereka.
Gladis duduk tak jauh dari mereka, bersama teman-temannya yang lain. Mereka sendari tadi mendengarkan percakapan para laki-laki dan diam-diam ikut berkomentar juga.
"Maksudnya?" Tanya Aldi.
"Kalian tahu bukan? Walau perusahaan milik keluarga Saptalaksana tidak terlalu besar, tapi mereka memiliki koneksi yang luas, orang yang mengusik mereka tidak akan di biarkan begitu saja."
"Apa lagi skandal ini akan sangat merugikan perusahaan mereka, lihat saja harga saham mereka, langsung merosot begitu saja."
Setelah mendengar penjelasan Gladis, mereka kemudian mengecek ponsel masing-masing.
"Gila! Kenapa bisa gini? Padahal harusnya berita itu belum kesebar kan?" Aldi menatap tak percaya pada Gladis.
Gladis mengangkat bahunya, "Walau sekolah menyembunyikannya, tapi itu terserah si pemilik informasi, apakah dia ingin menyebar itu secara publik, atau tidak." Jawabnya.
"Yang jadi pertanyaan, siapa orang yang udah nyebar berita itu?" Pertanyaan Juan membuat semua orang terdiam.
"Siapa yang tahu? Tapi satu hal yang pasti, dia mempunyai pendukung kuat, yang membuatnya bisa dengan mudah mengekspose berita itu, tanpa memikirkan konsekuansinya." Violet menjawab.
"Atau mungkin dia sendiri adalah orang yang memiliki kekuasaan besar itu." Lanjutnya.
Mereka lalu mengangguk setuju, selanjutnya mereka kembali pada kegiatan masing-masing, ada yang tidur, bernyanyi tak jelas, bermain kartu, dan bermain game di ponsel.
Luna sendiri hanya diam sambil membaca novel, dia tersenyum saat membaca adegan dimana pemeran utama berhasil membalas perbuatan orang-orang yang telah membuatnya menderita.
"Jangan salahkan aku, salahkan diri kalian yang tidak berubah." Gumamnya.
Luna memikirkan kembali tentang kasus Amelia, dia berterimakasih pada orang yang telah mengekspose berita itu, dan apa yang di katakan Violet benar, bisa jadi jika orang yang melakukan itu adalah seseorang yang memiliki kekuasaan besar, karena memang begitulah kenyataannya.
Luan membuka ponselnya, mengirimkan pesan pada salah satu kontak yang ia beri nama inisial Mr. A. 'Terimakasih, mari bertemu di tempat biasa untuk membicarakan imbalan anda.' Itulah isi pesannya.
Setelah mengirim pesan, dia kemudian membuka situs pencarian, ada berita yang menjadi terending topik saat ini, dan berita itu adalah berita yang sama yang saat ini tengah hangat di perbincangan di sekolah.
Banyak komentar negatif dan juga kata-kata kasar yang di tujukan untuk kedua orang itu, beberapa juga mengatakan jika mereka akan menarik investasi pada saham milik keluarga Saptalaksana.
Luna menutup mulutnya, dia diam-diam tersenyum miring, benar-benar rencana yang sempurna, sekarang mereka merasakan apa yang dulu dia rasakan.
Tentu saja Luna membuat panggung ini bukan tanpa alasan, sudah di bilang bukan? Dia akan menuntaskan semua balas dendamnya di sekolah ini, sebelum dirinya kembali ke keluarga Bellmore.
Dan salah satu orang yang menjadi objek balas dendamnya adalah Amelia, Luna mengira jika mungkin Amelia yang sekarang tidak akan melakukan hal yang dia lakukan di masa lalu, tapi ternyata sama saja.
Amelia di masa lalu adalah orang yang memberikan kemalangan terbesar di masa sekolahnya, dia sering menjadikan Luna sebagai kambing hitam dan memfitnahnya.
Alasannya? Karena Amelia adalah orang yang dekat dengan Sabrina, keduanya sangat dekat bagaikan kakak dan adik sungguhan. Sabrina sering membuat fitnah jika Luna berusaha membuat orang-orang di keluarga Bellmore membencinya, dan membuat dirinya di jauhi oleh mereka.
Amelia juga bukan tanpa alasan melakukan itu, dia adalah seseorang yang tergila-gila dengan uang, dia melakukan semua itu dengan sogokan jika dia akan di ajak berbelanja oleh Sabrina.
Puncak dari semua penderitaan Luna di sekolah adalah saat sebuah skandal muncul, skandal tentang dirinya yang merupakan Sugar Baby dari pemilik Rodriguez Crop.
Hal itu di kuatkan dengan foto dirinya yang tengah berjalan bersama dengan kepala keluarga Rodriguez, semua orang mengecamnya, dia di kucilkan dan di bully, padahal kenyataannya tidaklah seperti itu.
Sampai di hari berikutnya, Rodriguez Corp angkat suara dan membantah skandal itu, mereka mengatakan jika saat itu Ricardo, yang merupakan kepala keluarga Rodriguez, hanya tidak sengaja bertemu dengan Luna.
Dan kejadian itu juga hanya berlangsung beberapa saat, karena Luna yang sebenarnya hanya membantu Ricardo menunjukkan jalan.
Bukti di perkuat dengan rekaman CCTV dan pengakuan langsung dari Ricardo di depan para wartawan pada konferensi pers.
Berita memang mereda, tapi masalah di sekolah tidak. Para murid yang terlanjur tersulut oleh berita, kembali melakukan perundungan pada Luna. Gadis itu pada akhirnya hanya bisa beridam diri di kelas bersama teman-temannya yang selalu mendukungnya.
Beberapa hari kemudian, skandal lain muncul, kali ini bintang utamanya adalah Amelia, ketua basket putri, dan Martin, kepala keluarga Saptalaksana.
Banyak bukti kuat yang bahkan tidak bisa di bantah, beberapa juga terlampir video dan rekaman suara, membuat kedua orang itu mati kutu dan berakhir dengan Amelia yang di keluarkan dari sekolah, dan Martin yang kehilangan nama keluarga Saptalaksana dan perusahaannya.
Kasusnya sama, tapi orangnya berbeda, dan perlakuan orang-orang juga sama, mereka mengecam dan mengkritik Amelia habis-habisan.
Tapi dari semua itu, tidak ada yang meminta maaf pada Luna, baik dari para perundung, orang yang telah memfitnahnya, dan orang-orang yang dengan mudahnya melemparkan kritikan dan hinaan padanya.
Mereka hanya menghindarinya dan bersikap sebagai mana biasanya, benar-benar memuakkan dan menjijikkan.
Dan di kehidupan ini, Luna melakukan apa yang di lakukan Amelia padanya dulu, bedanya Luan menyebarkan fakta, sedangkan Amelia menyebarkan hoax.
Tadinya Luan tidak ingin melakukan itu, tapi melihat jika Amelia tidak berubah dan malah lebih parah, dia hanya bisa angkat bahu dan tutup telinga.
•
•
•
•
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Miss Marsini
Crazy up thor
2023-11-21
1
Shai'er
lanjut Thor💪💪💪
makasih banyak🥰🥰🥰
sehat selalu💖💖💖
2023-11-21
0
Shai'er
huhhhh😮💨😮💨😮💨
2023-11-21
0