Calvin Lewis Bellmore, anak pertama dari pasangan Darius dan Isabella, pria berumur dua puluh tiga tahun itu sekarang tengah duduk dengan tenang di sofa yang ada di kamarnya, walau terlihat tenang, tapi fikirannya jauh dari kata itu.
Selama satu minggu ini, fikirannya terus melayang pada gadis yang ia temui di cafe tempat Papanya biasa datangi di jam istrirahat. Gadis itu sekilas memang terlihat seperti gadis biasa pada umumnya, tapi entah kenapa begitu menarik perhatian Calvin yang biasanya selalu acuh pada orang lain.
Dan Calvin merasa jika gadis itu terlihat seperti memiliki keterikatan dengan dirinya, aneh memang, tapi Calvin entah kenapa merasa seperti itu, dan setiap firasatnya selalu benar. Jadilah dia mencari tahu informasi gadis itu, di mulai dari namanya, umurnya, tempat tinggalnya, dan bagaimana kehidupannya.
Sekilas tidak ada yang aneh, gadis itu bernama Lunaria, tinggal di sebuah panti asuhan terpencil sejak bayi, dan berumur lima belas tahun. Dia sebelumnya bersekolah di sekolah menengah pertama di dekat pantinya, tapi ia tiba-tiba mengajukan untuk mengikuti akselerasi, hingga dia bisa lulus lebih cepat. Dan sekarang gadis itu berada di SMA milik keluarga Bellmore, lebih tepatnya sekolah yang di dukung oleh keluarga Bellmore secara penuh.
Pertemuan kedua tetap di tempat yang sama, dan Calvin lagi-lagi merasa tertarik pada gadis itu, dia melihat gadis itu tampak tak nyaman dengan matanya, dan menurutnya itu sedikit janggal. Dan dengan tanpa sadar, Calvin lancang mengikuti gadis itu yang hendak pergi ke rest room, Calvin beralasan jika dia ingin pergi ke kamar mandi, dan kebetulan juga kamar mandi dekat dengan rest room para pegawai.
Saat tengah mengintip, Calvin sangat terkejut saat melihat Luna yang tengah membenarkan sesuatu yang menempel pada matanya, gadis itu melepas sesuatu dari matanya, dan itu adalah sebuah soft lents. Tapi bukan hal itu yang membuat Calvin terkejut, melainkan warna asli dari mata gadis itu.
Biru, warna matanya biru! Itu adalah warna mata yang sedikit langka di negara ini, apalagi gadis itu sepertinya bukan orang asing atau orang luar negeri yang memang banyak memiliki warna mata seperti itu.
'Apakah kebetulan?' Batin Calvin merasa denial.
Tapi sekali lagi pria itu terkejut saat melihat Luna yang tadinya mengikat rambut pony tail, kini menggulungnya dan di sanggul agak tinggi, mengekspose leher jenjangnya yang mulus, dan hal yang menarik perhatian Calvin adalah sebuah tanda di leher bagian kiri gadis itu, yang kebetulan terlihat olehnya.
'Tidak, apakah ini benar-benar kebetulan? Atau itu memang dirimu?'
Calvin benar-benar merasa sangat penasaran, dia akhirnya mengatakan apa yang di temukannya pada Darius dan Isabella, mereka tentu saja terkejut, karena ciri-ciri yang di katakan oleh Calvin sama dengan ciri-ciri anak mereka yang hilang selama ini. Calvin juga mengatakan jika dia telah menyelidiki tentang Luna, dan dia menemukan jika waktu saat Luna di temukan oleh pemilik pantinya, dan waktu saat bayi Isabella yang hilang terpaut tak cukup jauh, sekitar enam jam.
Lalu, hal yang mengejutkan lainnya adalah kenyataan jika ternyata Darius juga telah mengetahui hal itu, dan saat ini dia masih mencari bukti yang lebih akurat, agar semuanya jelas dan tak membuat kesalah pahaman.
Dan seperti apa yang di perkirakan oleh Darius dan Calvin, gadis itu memang adalah anak dan adik mereka yang hilang. Mereka menemui pemilik panti dan meminta kerja samanya untuk mendapatkan sample DNA Luna, pemilik panti awalnya tak percaya jika mereka keluarga dari anak yang telah ia urus, tapi mereka meyakinkannya dan memohon dengan sangat, membuat pemilik panti setuju dan memberikan sample DNA dalam bentuk rambut Luna.
Dua hari berlalu, dan hasil tes menyatakan jika Luna memang adalah keluarga mereka, mereka sangat senang dan langsung menemui gadis itu di panti asuhan saat itu juga. Tapi mereka tidak mengira jika gadis itu akan menolak mereka dan malah pergi.
Calvin bahkan masih bisa membayangkan wajah kecewa dan marah yang di miliki adiknya saat itu, tentu saja, dia pasti telah menunggu sangat lama. Karena ibu panti mengatakan jika Luna masih memiliki keluarga yang akan menjemputnya suatu hari nanti. Calvin tidak bisa membayangkan hari-hari ketika gadis itu kecil, menunggu kedatangan keluarga yang dia yakini masih dimilikinya, padahal dia tidak tahu seperti apa keluarganya.
Bahkan dengan bodohnya, keluarganya malah menerima anak yang tidak tahu asal usulnya dari mana, walau mereka tidak menghentikan pencarian sampai saat ini, tapi tetap saja, saat anak asing itu berbahagia bersama keluarganya, anak yang adalah anggota keluarga sebenarnya malah tak tahu di mana keberadaannya dan apakah dia bahagia.
"Ini membuatku gila." Calvin menghembuskan nafas kasar dan mengakhiri acara melamunnya.
Saat melirik jam yang ada di nakas, ia langsung bergegas memberihkan diri dan mengenakan pakaian casual, dia juga membawa beberapa barang yang telah di kemas ke dalam paper bag berukuran sedang.
Saat hendak menuju ke lantai bawah, ia berpapasan dengan adik ketiganya yang baru saja pulang dari acara nongkrongnya. Melihat penampilan sang kakak, dia kemudian bertanya.
"Mau pergi ke mana, kak?" Tanyanya sedikit penasaran, dia jarang melihat kakak pertamanya itu berpenampilan sedemikian rupa untuk keluar rumah.
"Kencan." Jawabnya asal.
Luke Carson Bellmore lantas menatap terkejut kepergian sang kakak, yang katanya akan pergi berkencan. "Orang kaku macam dirinya ada yang mau? Aku penasaran siapa orang itu." Gumamnya.
Sedangkan di sisi Calvin sendiri, pria itu sekarang tengah menunggu dengan gugup di ruang tamu dari rumah yang kemarin telah dia dan kedua orang tuanya kunjungi, Panti asuhan kecil milik Yuni. Dan ini adalah pertama kalinya Calvin merasa begitu gugup, dia bahkan beberapa kali menyeka keringat di dahinya, demi apapun, Calvin benar-benar baru pertama kali merasakan pengalaman ini.
"Apakah sangat gerah?"
Calvin tersentak kala mendengar pertanyaan dari Yuni yang datang membawakan minuman dan camilan untuk tamunya, di bantu oleh Luna yang memang menjadi tujuan dari tamunya itu.
"Ah, tidak! Saya hanya merasa sedikit gugup!" Jawabnya dengan spontan, membuat Yuni dan Luna terkejut, gugup katanya? Seorang Calvin Lewis Bellmore?
Tapi itu hanya sesaat, Yuni segera terkekeh dan duduk di sofa bersama Luna, berhadapan langsung dengan Calvin yang hanya di pisahkan dengan meja. "Kenapa gugup? Seperti orang yang ingin meminta izin orang tua untuk membawa pacarnya berkencan saja." Ucap wanita itu mani-main.
"Ah, saya memang ingin mengajak Luna berkencan." Jawab Calvin dengan ringan.
Yuni dan Luna kembali terkejut, mereka saling pandang dan merasa apakah pendengaran mereka bermasalah? Siapa tadi katanya yang ingin di ajak kencan?
•
•
•
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Shai'er
ditunggu kelanjutannya Thor 💪💪💪
makasih banyak🥰🥰🥰
sehat selalu💖💖💖
2023-11-06
1
Shai'er
💪💪💪💪💪💪
2023-11-06
0
Shai'er
huhhhh😮💨😮💨😮💨
2023-11-06
0