Luna tetap pada kegiatannya, sekolah dan bekerja paruh waktu di sebuah cafe dekat sekolahnya, ia pindah sekolah dari sekolah sebelumnya, lebih tepatnya mengikuti kelas akselerasi satu kali, jadi sekarang ia sekarang berada di kelas satu SMA. Seperti yang telah di prediksinya, keluarga Bellmore telah menemukan keberadaannya, dan mereka telah mulai mengumpulkan data tentangnya.
Kelas akselerasi, bekerja paruh waktu, dan beberapa hal yang di lakukannya selama beberapa minggu ini di tujukan untuk itu. Sebelum dirinya kembali ke masa lalu, dirinya pernah di beri tahu jika keluarga Bellmore pertama kali menemukannya saat dia pulang sekolah, mereka mengatakan jika saat itu Luna menggulung rambutnya ke atas, hingga terlihat tanda lahir yang menjadi ciri keluarga Bellmore.
Seharusnya kejadian itu terjadi sekitar satu bulan lagi, tapi jika ia mengikuti waktu yang sama, maka semua akan berjalan seperti sebelumnya juga. Luna tidak akan membiarkan musuh memiliki waktu untuk bersiap, dia akan terus membuat sekenario dan rencana untuk membuat musuh lengah dan selalu tertinggal satu langkah di belakangnya, karena Luna mengetahui masa depan.
Apalagi Luna mengetahui, jika sebenarnya, semua hal yang terjadi di masa lalu adalah ulah dari orang yang berada di belakang Sabrina, gadis itu sendiri yang memberitahunya. Dia mengatakan jika pencilikan Luna saat masih bayi adalah ulah mereka, mereka awalnya tidak menyangka jika Luna masih hidup, jadi mereka membuat rencana lain, membuat Sabrina menjadi pengganti Luna dan mempengaruhi keluarga Bellmore untuk menyayanginya dan melupakan putri kandung mereka.
Dan yang paling di sesali Luna adalah, kenyataan jika ternyata keluarganya menjauhinya untuk melindunginya. Kenyataan itu ia ketahui ketika Sabrina membisikkan sesuatu di telinganya sesaat sebelum dirinya di lempar ke lautan.
Luna sekarang semakin yakin untuk menyelamatkan keluarganya, walau tetap saja, perasaan kecewa masih menggenang di hatinya. Rasa sakit yang dia rasakan tidak bisa di obati hanya dengan obat biasa, bukan hanya fisik, tapi juga batin.
Tapi sekarang Luna mencoba untuk tidak terlarut dalam masa lalunya, dia mencoba untuk menekan perasaannya sedalam mungkin agar tidak ada siapapun yang bisa melihatnya.
Sore hari seperti biasa di rumah panti milik Yuni, wanita itu memperhatikan anak-anak yang saling bermain mengejar satu sama lain, senyumnya tidak pernah luntur dan selalu bersyukur dia masih bisa melihat mereka tumbuh.
Yuni lantas menjatuhkan tatapannya pada Luna, anak pertamanya yang ia temukan bersama suaminya, anak malang yang selalu menunggu kedatangan keluarga yang sebenarnya.
Diam-diam Yuni juga tak rela, jika suatu saat anak itu akan kembali pada keluarganya, ia telah mendedikasikan hidupnya untuk anak itu, dan bagaimana bisa mereka mengambilnya darinya begitu saja? Yuni tidak akan rela.
Tapi apa mau di kata? Luna berhak untuk bahagia, gadis itu harus memiliki masa depan cerah, dibanding berakhir di pinggiran kota dan tanpa uang seperti ini. Dan sepertinya, hal itu tidak akan lama lagi akan terwujud.
Yuni lantas menoleh pada suara kendaraan yang mendekat ke arah rumahnya, ada sekitar lima mobil, dan itu terhitung banyak untuk Yuni, karena selama ini, rumahnya tidak pernah kedatangan tamu dengan rombongan sebanyak itu.
Di panggilan anak-anak beserta Luna, mereka berdiri berjejer menghadap orang-orang yang baru saja datang. Orang-orang yang tampaknya penting dan memiliki kekuasaan, anak-anak kecil di bawah sepuluh tahun saling ketakutan dan bersembunyi di belakang Luna yang menjadi tameng mereka.
“Tuan dan Nyonya dan juga Tuan muda.” Yuni menyapa dengan sopan pada orang-orang penting itu, dan di balas anggukan oleh mereka, tapi tatapan mereka bukan mengarah pada Yuni, malah mengarah pada Luna yang sekarang telah menggendong salah satu anak yang paling kecil.
“Nak.” Panggilan dari wanita yang baru saja datang terdengar bergetar.
“Iya?” Luna menjawab, dia menatap tak mengerti pada orang-orang itu.
“Kamu masih ingat saya?” Tanya pria yang berada di samping wanita tadi, seprtinya dia suaminya.
Luna lantas mengangguk. “Iya, tuan adalah pelanggan VVIP di kafe tempat saya bekerja.” Jawabnya dengan lugas.
Pria itu tersenyum lantas berjalan mendekat pada Luna, dia hendak mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Luna, tapi gadis itu menghindar dan seolah ketakutan.
“Ah, maaf... “ Luna berujar dengan lirih, ia beringsut mendekati Yuni dan bersembunyi di belakang wanita itu.
Yuni tersenyum maklum, dia lantas memandu agar para tamu berkenan masuk ke dalam rumahnya agar lebih leluasa dalam mengobrol.
“Luna.” Yuni memegang tangan Luna dengan lembut, di tatapnya anak yang telah ia besarkan dengan sepenuh hati itu, lantas beralih menatap para tamu yang telah duduk di hadapan mereka.
“Mereka dari keluarga Bellmore, yang di sisi kiri namanya tuan Darius Bellmore, yang di tengah namanya nyonya Isabella Chayu Bellmore, dan yang di sisi nyonya Isabella adalah putranya dan tuan Darius, tuan muda Calvin Lewis Bellmore.”
Luna hanya mengangguk mendengar Yuni memperkenalkan nama dari para tamu.
“Lalu, nak, mereka adalah keluargamu.”
Tangan Luna tersentak dan bahkan gadis itu membulatkan matanya, dia menatap tak percaya pada Yuni dan tiga orang asing yang duduk di hadapannya, yang katanya adalah keluarganya.
“Ta-tqpi ibu, bagaimana ibu tau?” Tanya Luna dengan suara bergetar, dia menggenggam tangan Yuni dengan sedikit kuat, seolah menyiratkan jika dia takut.
Yuni menoleh pada para tamu dan mengangguk, mereka juga lantas mengangguk dan menyodorkan secara kertas pada Luna, yang di terima dengan tangan bergetar oleh gadis itu.
Matanya kembali membulat dengan sempurna, tangannya juga semakin bergetar, dia menutup mulutnya dengan tidak percaya dan menatap pada para tamu. “I-ini... “ Luna tidak bisa melanjutkan ucapannya, dia bahkan tidak bisa membendung air matanya.
“Iya nak, kamu adalah anak kami, keluarga kami.” Pria yang bernama Darius berujar dan mendekati Luna, dia berjongkok dan mengusap puncak kepala gadis itu.
Tapi Luna dengan pelan menurunkan tangan itu, dia menatap penuh dengan tatapan marah dan kecewa. “Kenapa baru sekarang? Kenapa kalian baru menemukanku?” Tanya gadis itu dengan sedikit menekan kata-katanya.
Darius itu terdiam, bahkan istri dan putanya juga terdiam, yang terdenga hanyalah suara jam yang berdenting dan udara yang terasa menipis.
Pria bernama Calvin kemudian ikut berjongkok dan mensejajarkan tingginya dengan Luna. “Kami tahu ini sulit untuk di percaya, setelah semua ini, kamu pasti sangat marah, karena kami baru menemukanmu.“ Ucapnya yang terdengar parau, mata pria itu sedikit memerah dan memantulkan cahaya.
“Tapi, yang harus kamu ketahui, kam tidak pernah sekalipun menyerah untuk menemukanmu. Tidak sekalipun dalam satu hari di hidup kami untuk berhenti memikirkanmu, bagaimana keadaanmu? Apakah kamu makan dengan baik? Apakah kamu hidup dengan baik? Kami selalu memikirkanmu.”
Luna menggelengkan kepalanya, dia lalu berdiri dengan tiba-tiba, lalu menatap tiga orang itu dengan tatapan marah. “Aku gak bisa.” Ucapnya dan langsung pergi begitu saja meninggalkan ruang tamu, menuju ke kamarnya.
“Tuan, tolong berikan waktu untuk anak itu sendiri.” Ucapan Yuni menghentikan Calvin yang hendak mengejar Luna.
“Nyonya, tolong bujuk putri saya, saya mohon.” Isabella memohon dengan putus asa, dia hendak berlutu di hadapan Yuni, tapi di hentikan oleh wanita itu.
“Saya akan membujuk sebisa saya, tapi keputusan tetap ada di tangan anak itu.”
Isabella hanya bisa mengangguk, setelah sekian lama berpisah dengan putrinya, dia tidak menyangka jika akan mendapat penolakan dari gadis itu.
Dengan tanpa hasil, keluarg Bellmore pulang dan mengatakan jika mereka akan datang lagi keesokan harinya, dan Yuni hanya bisa mengangguk setuju.
•
•
•
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
awesome moment
smg seru
2024-11-24
0
mr. rmayy
ouh ternyata begitu ehm. yaudahlahh seru btw ya
2024-01-18
1
Nurmiahana Nana
Luna kmu memang terbaik. 🤗
2023-12-07
3