'Tuhan, aku hanya berharap agar mereka yang telah berbuat jahat padaku, mendapat balasan yang setimpal. Dan tolong, tempatkan keluargaku di sisimu.'
Setelah do'a yang ia ucapkan dalam hati dengan sungguh-sungguh dan putus asa, sebuah tarikan kuat membuatnya yang telah menutup mata dengan pasrah, harus kembali membukanya dengan nafas terengah-engah.
Bukan air laut atau basement gelap yang kini ia tempati, tapi belantara hutan dengan cahaya siang hari, bahkan tubuhnya kering, dan tidak ada luka mengerikan yang di sebebkan penyiksaan yang di lakukan Sabrina.
Luna lantas langsung meriah bajunya, baju kusut dan kotor. Juga, tubuhnya terasa lebih kecil dan lebih kurus.
"Bagaimana mungkin? Bukankah harusnya aku mati di dasar laut?" Monolognya tak percaya, tangannya terangkat dan mengusap wajahnya, ia tidak bisa melihat pantulan dirinya karena tidak ada cermin.
Kakinya lantas dengan cepat berdiri dan berlari menuju sebuah danau tak jauh dari tempatnya tadi, ia tidak tahu jika disini ada danau, hanya saja, kakinya sepertinya mengingatnya.
Di lihatnya pantulan dirinya dari air danau, lantas kakinya terasa melepas dan dia jatuh terduduk, dengan tangan gemetar meraih wajahnya yang sedikit berbeda.
Ia mengenali wajah ini, terasa berbeda karena sebelumnya wajahnya tidak kumal dan bersih, sejak tinggal di kediaman Bellmore, wajahnya menjadi lebih teramat dan lebih cantik. Tapi wajah ini, jelas Luna mengenalnya, ini wajahnya, lebih tepatnya wajahnya sebelum ia melakukan perawatan di keluarga Bellmore dulu.
"Ibu!"
Dengan pikiran kalut, Luna berlari dari danau dan keluar dari hutan, menuju sebuah rumah kayu yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, dia melihat anak-anak yang tengah bermain, dan seorang wanita paruh baya yang sedang memperhatikan di teras.
"Ibu... "
Dengan cepat, Luna berlari dan melewati anak-anak yang antusias saat melihatnya, Luna memeluk orang yang ia sebut Ibu dan menangis.
"Ibu! Ibu!"
Tangisannya begitu menyayat hati, Ibu panti bahkan tidak bisa bereaksi dan hanya bisa mengelus punggung bergetar anak yang telah ia besarkan itu.
Melihat Luna yang menangis, anak-anak lantas ikut menangis dan berhembur memeluk Luna dan Ibu panti. Ibu panti menjadi panik dan kelabakan, ia tidak tahu apa yang menyebabkan anak pertamanya menangis histeris.
"Sudah, ada apa? Kenapa menangis?" Suara lembut itu bukannya membuat Luna berhenti menangis, malah semakin menjadi.Ibu panti setelahnya hanya bisa menghela nafas dan tersenyum, menenangkan anak pertamanya dan mengelusnya dengan lembut.
Beberapa menit kemudian, barulah Luna berhenti menangis, matanya sembap dan merah, membuat Ibu panti menatap khawatir, sebelumnya Luna tidak pernah menangis hingga histeris seperti ini, anak itu selalu terlihat tenang.
“Kenapa hm? Mau kan cerita sama Ibu?” Tanya Ibu panti dengan hati-hati.
Luna mengangguk, dia lalu menatap pada anak-anak yang juga ikut menangis, memeluk mereka dan meminta maaf karena membuat mereka ikut menangis.
Malam tiba, Luna membaringkan tubuhnya di ranjang tipis yang hanya di lapisan selimut tipis juga, dia menemukan fakta jika dirinya memang tampaknya telah kembali ke masa lalu, lebih tepatnya ke waktu sebelum orang tuanya menemukannya, dan itu terjadi sekitar beberapa bulan lagi.
Ibu panti juga tampaknya belum bertemu dengan orang tuanya, karena Luna ingat, satu minggu sebelum kedatangan orang tua kandungnya, Ibu panti meminta agar dia bisa menyisir rambutnya, dengan alasan dia rindu masa-masa ketika Luna kecil dulu.
Ngomong-ngomong tentang Ibu panti, Luna pernah di beri tahu jika Ibu panti menemukannya di tengah hutan dekat rumahnya, itu adalah hutan tempat Luna tadi terbangun. Dan ibu panti menemukannya saat Luna masih bayi, dan sepertinya belum terlalu lama di tinggalkan karena tubuh Luna masih terasa hangat, walau setelahnya Luna sakit karena udara dingin.
Dan Ibu panti juga mengatakan jika saat itu Luna seperti baru berumur satu atau dua minggu, karena Luna masih terlihat sedikit merah. Ibu panti bernama Yunita Pertiwi, dan nama Luna adalah pemberian dari Yuni, nama lengkapnya adalah Lunaria, yang berarti bulan.
Sekarang juga jika di pikir lagi, ada satu hal yang menjadi tanda jika dirinya adalah bagian dari keluarga Bellmore, itu adalah sebuah tanda di leher bagian belakangnya. Sebuah tanda lahir dengan bentuk menyerupai bunga.
Tok. Tok. Tok.
Pintu kamar Luna di ketuk, dan si pemilik kamar lantas dengan cepat membuka pintu, karena dia tahu siapa yang telah mengetuk pintu.
“Belum tidur?” Tanya Yuni setelah Luna membuka pintunya.
Luna hanya menggelengkan kepalanya, lalu mempersilahkan Yuni untuk masuk. Yuni menutup pintu dan duduk di sebelah anak pertamanya yang hanya diam duduk di sisi kasur.
“Mau cerita, sayang? Kamu kenapa kelihatan sangat gelisah? Dan kenapa tadi menangis sangat histeris? Ada yang mengganggu kamu?” Pertanyaan beruntun dari Yuni tak ada yang mendapat tanggapan dari Luna, membuat Yuni hanya bisa menunggu.
“Ibu... “
Yuni tidak pernah mengharapkan jawaban, jika itu memang akan membuat anaknya menjadi sedih dan sentimental seperti ini. Dengan lembut wanita itu lantas membawa Luna pada pelukannya, di tenangkannya anak yang kembali menangis itu.
“Ibu... mereka jahat! Aku gak mau sama mereka lagi! Ibu aku gak sanggup! Aku menderita!”
Yuni mendengarkan dengan baik keluhan putrinya, tangannya tak berhenti mengelus dengan lembut punggung yang bergetar itu. Walau sebenarnya Yuni penasaran, siapa orang yang di maksud oleh Luna?
Kali ini gadis itu menangis sangat lama, hingga gadis itu lelah dan tertidur dalam pelukan Yuni, wanita itu diam-diam juga menahan air matanya, hatinya sakit melihat anak yang telah ia besaran menangis dengan putus asa seperti itu, seolah dia telah mengalami masa yang sangat sulit dan menyakitkan.
“Apapun yang terjadi, Ibu selalu bersama kamu, di setiap do'a Ibu, kamu selalu menjadi salah satu hal yang selalu Ibu utamakan.” Yuni mengusap dengan sayang kepala putrinya yang tertidur, ia ingin bertanya besok, tapi sepertinya hanya akan membuat putrinya semakin terpuruk, jadi lebih baik Yuni diam hingga Luna sendiri yang memberitahunya.
♡♡♡
Pagi harinya, Yuni benar-benar tidak bertanya apapun, dan Luna menyadari jika Ibunya penasaran dengan alasan sikap dirinya kemarin. Tapi untuk saat ini, Luna tidak bisa memberi tahu Yuni tentang hal itu, bukan dia tidak percaya, malah dia sangat percaya dan yakin jika Yuni akan berada di pihaknya. Hanya saja, dia khawatir setelah Yuni mengethui hal itu, maka dia akan melakukan apapun agar orang tua Luna tidak bisa menemuinya. Dan itu akan menghalangi balas dendamnya.
Hari-hari berjalan seperti biasanya, hanya saja kali ini ada sedikit hal yang berbeda. Yaitu Luna yang selalu pulang sekolah lebih lambat dari pada biasanya, dan saat di tanya alasannya, gadis itu menjawab jika dia memiiki urusan dengan temannya.
Seperti saat ini, Luna tengah duduk di salah satu kursi cafe, bersama seorang pria yang tampak berumur dua puluhan. Gadis itu berbincang beberapa hal dengan si pria, dia juga memberikan beberapa lembar kertas beserta foto pada pria itu. Si pria membaca dengan tenang kertas yang di sodorkan gadis di hadapannya. Gadis yang beberapa hari lalu sering ia temui dan berdiskusi bersama, padahal dia yakin, jika dirinya selalu merasa tidak nyaman saat berdekatan dengan seorang gadis, tapi entah kenapa, tidak ada penolakan pada gadis itu, makah dia merasa nyaman dan ingin lebih lama bersama si gadis.
Awalnya pertemuan mereka terjadi di sebuah gang, dia terluka dan tak sengaja bertemu dengan gadis di hadapannya ini, gadis itu membantunya bersembunyi dari orang-orang yang mengejarnya, bahkan juga mengobati lukanya dengan terampil. Saat di tanya apa imbalan yang di inginkan gadis itu, si gadis hanya menjawab jika dia tidak sengaja lewat, dan tidak membutuhkan imbalan apapun.
Setelahnya mereka berpisah, tapi entah kebetulan dari mana, mereka kembali bertemu di tempat yang tidak terduga, di sebuah bar. Gadis itu menggunakan penyamaran, dan tampak membuntuti seseorang.
"Apa yang gadis di bawah umur lakukan di sini?"
Gadis itu tentu saja terkejut ada seseorang yang mengenalinya, dan lagi, ternyata dia juga mengenali pria yang barusan bertanya padanya. Luna, gadis itu tidak tahu harus memberikan alasan apa, dan dia terlalu takut untuk terlibat degan pria ini.
Memangnya siapa yang tidak mengenali pria ini? Dia adalah anak pertama keluarga Rodriguez, yang akan menjadi calon penerus selanjutnya kelurga itu. Di kehidupannya sebelumnya, Luna memang tidak pernah bertemu atau terlibat dengan salah satu keluarga Rodriguez, dia hanya tahu jika keluarga itu sangat terpandang, dan tidak semua orang bisa dengan mudah bertemu dengan salah satu dari mereka.
Tapi... kenpa kali ini Luna malah bisa dengan mudah bertemu dengannya? Walau kebetulan juga sih, dan hanya dua kali, di tempat yang tak terduga pula.
"Hei, nona?"
Luna tersentak dan menatap kembali pada pria itu, dia terlalu hanyut dalam lamunannya tadi, dan kali ini sepertinya pria itu sangat menuntut jawabannya. "Ah, itu... saya hanya tersesat..." Ucapnya dengan memelan di akhir kata.
Terdengar suara tawa tertahan dari pria di hadapannya, dan itu membuatnya semakin malu. Sial! Sungguh alasan yang sangat tidak masuk akal!
"Baiklah, terserah padamu saja, toh itu urusanmu."
Luna sedikit menghela nafas, dia hendak pergi, tapi pria Rodriguez itu malah menahannya, "Setidaknya beri tahu aku siapa namamu, nona." Ucapnya dengan nada menuntut.
"Luna."
Setelah mengatakan itu, Luna berlari keluar bar, lagi pula tujuannya sudah tercapai, dan dia sudah tidak punya urusan lagi di sana. Tapi, ia penasaran, bagaimana pria itu bisa mengenalinya? Padahal dia sudah memakai seftlens dan wig, bahkan memakai masker juga.
"Albert Ashborne Rodriguez, pria yang sangat misterius."
****
Beberapa minggu berlalu, Luna telah menyelesaikan semua urusan dan persiapannya, persiapan untuk apa? Tentu saja untuk balas dendam dan menemui keluarga kandungnya. Tidak, bukan dia yang akan menemui mereka, tapi merekalah yang akan menemuinya.
Dan untuk mewujukan semua itu, Luna berusaha keras menyusun sekenario selama beberapa minggu ini, dia juga telah membuat rencana cadangan jika rencananya kali ini gagal. Tapi sepertinya tidak perlu rencana cadangan, karena ikan yang di inginkan telah memakan umpannya.
•
•
•
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
𝕲𝖔𝖊𝖘 𝕼𝖚𝖒𝖎𝖊𝖟
hati hati jangan sampai sembrono atur siasat, strategi terlebuh dahulu persiapkan mental dan kekuatan jasmani rohani..................................
2025-01-14
0
awesome moment
tik tak hrs disusun rapi
2024-11-24
0
Nispu Wati
Balas dendam harus bisa bela diri
Bisa menggunakan berbagai macam
Senjata mengngingat musuh yg dihadapi
Bukan orang sembarang
2024-03-05
2