Kejadian di lapangan tadi sangat menggemparkan semua penghuni sekolah, bukan hanya karena Selena yang memang sudah biasa menjadi pusat perhatian karena tindakannya, tapi juga keterlibatan kekasih gadis itu.
Tapi yang paling menjadi perbincangan adalah salah satu most wanted dan juga anak dari donatur satu-satunya sekolah, Luke Carson Bellmore.
Semua orang tahu bagaimana dingin dan tak berperasaannya seorang Luke, walau dia tampan dan mapan, tapi sikapnya yang dingin membuat para gadis yang mendambakannya menjauh darinya, tak ada yang berani mendekat.
Tapi dengan keterlibatan pria itu dalam urusan salah satu murid beasiswa baru, membuat banyak orang berspekulasi semau mereka.
Luna yang tidak tahu menahu tentang gosip juga pada akhirnya mendengar hal itu, dia di gosipkan sebagai kekasih dari Luke, kakaknya sendiri.
Ingin tertawa, tapi disini dia juga yang di rugikan. Masalahnya, sejak rumor itu menyebar, banyak siswi yang terang-terangan menatapnya tajam, tak sedikit juga yang mencibir padanya.
Mereka mengatakan jika Luna tidak pantas bersanding dengan Luke, mereka juga mengatakan agar Luna menjauh dari Luke dan jangan bermimpi bisa bersanding dengan pria itu.
Yah, pada akhirnya Luna hanya bisa tertawa dalam hati, ingin dia berteriak 'Dia kakakku! Bukankah aneh jika seorang adik ingin bersanding bersama kakaknya?!' Tapi Luna tidak bisa, dia harus melancarkan aksi balas dendamnya dulu.
Sepulang sekolah, seperti biasa Luna akan pergi ke cafe untuk bekerja, tapi di tengah perjalanan dia mendapat pesan jika cafe hari ini tutup lebih awal, jadi untuk hari ini gadis itu tidak perlu datang bekerja, dan dia juga tidak akan mendapat potongan gaji.
Luna hanya bisa menatap dengan pandangan rumit, dia tidak tahu harus melakukan apa jika tidak pergi bekerja. Karena terbiasa dengan jadwal bekerja sehabis pulang sekolah, dia jadi tidak terbiasa untuk pulang lebih awal ke panti.
Tapi mengingat jika dirinya akan segera pergi dari panti, dia lantas cepat-cepat pulang dan membeli beberapa hal di toserba. Waktu yang tersisa adalah lima hari, dia tidak boleh menyia-nyiakan waktu itu.
Sampai di panti, Luna langsung berganti baju dan membersihkan dirinya, lalu langsung pergi ke dapur dan memasak bahan makanan yang tadi ia beli.
Luna memutuskan untuk melakukan semua hal yang menyenangkan dengan para anak panti yang lain dan Ibu Yuni, dia bukan bermaksud tidak ingin mengunjungi panti lagi, tapi dia memiliki sesuatu yang harus dia selesaikan terlebih dahulu.
Malam itu, suasana lebih hangat dan makanan yang tersaji juga lebih mewah, tiga anak panti lainnya menatap berbinar, mereka makan dengan lahap dan berkata jika itu adalah makanan paling enak yang pernah mereka makan.
Yuni juga menikmati dengan tenang, walau hatinya terasa sebaliknya, dia tahu jika Luna mencoba untuk menghabiskan waktu yang menyenangkan dengannya dan anak-anak yang lain, dan setelah waktu yang telah di tentukan, gadis itu akan kembali pada keluarga asalnya.
Yuni memang merasa sakit, tapi dia tidak bisa menuruti egonya dan membuat Luna lebih sakit lagi. Gadis itu pantas mendapat kebahagiaan dan kasih sayang dari keluarga lengkapnya.
*****
Keesokan paginya Luna di kejutkan dengan kedatangan Luke, pria itu telah duduk manis di sofa ruang tamu panti, dengan beberapa makanan yang di suguhkan oleh Yuni.
"Kak? Apa yang kamu lakukan disini?" Luna bertanya dan menatap heran.
Luke tersenyum lalu berdiri dari duduknya, "Menjemputmu, tentu saja." Balasnya dan menarik tangan kanan Luna dengan lembut, berpamitan pada Yuni dan menuju sebuah motor yang telah terparkir di halaman depan panti.
"Pakai ini." Ucap Luke sambil mengikatkan jaket yang barusan di pakainya pada pinggang sang adik.
Luna hanya diam menerima apa yang dilakukan oleh sang kakak, dia kemudian menatap tak mengerti uluran tangan sang kakak.
"Ayo naik." Ujar pria itu.
Luna hanya bisa mengangguk pasrah dan menaiki motor milik sang kakak, sedikit kesulitan karena tinggi motor itu.
Setelah merasa jika Luna telah nyaman, Luke mulai memajukan motornya dan melaju dengan kecepatan normal, masih tersisa banyak waktu, dan dia ingin lebih lama menghabiskan waktu dengan adiknya ini.
"Kak, jika seperti ini kita akan di gosipkan lagi." Luna angkat suara dan menatap Luke lewat kaca spion, begitupun Luke yang juga menatapnya.
"Gosip? Tentang kamu yang katanya pacar kakak?" Tanya Luke dengan sedikit menahan tawa, Luna hanya mengangguk, dia juga sebenarnya merasa itu lucu.
"Biarkan saja, tapi jika ada yang berbuat macam-macam padamu, katakan pada kakak!" Luke berkata dengan tegas.
"Apa yang akan kakak lakukan pada mereka memangnya?" Luna bertanya dengan wajah polosnya.
Luke menyeringai. "Akan kuhabisi mereka." Jawabnya santai.
Luna hanya bisa terdiam dan tersenyum hampa, dan dia juga akhirnya tidak jadi mengatakan tentang para siswi yang banyak menatapnya sinis dan beberapa yang menggertaknya juga.
'Biarlah, mereka juga tidak melewati batas.' Batin gadis itu.
Luna lalu kembali diam dan menikmati perjalanan menuju sekolah, dia menyandarkan dagunya pada bahu sang kakak, matanya menatap pada kaca spion yang menampilkan wajahnya.
Ia menatap tepat pada matanya sendiri, warnanya bukan biru, tapi coklat tua. Walau selalu merasa tidak nyaman, tapi Luna harus bertahan, dia tidak boleh terlalu mencolok dan harus tetap berada di jalurnya.
Luna memang sejak kecil selalu menyembunyikan warna mata aslinya, selain karena dia merasa berbeda dengan anak-anak lain, dia juga selalu di bully karena warna matanya itu.
Belum lagi matanya saat kecil selalu terlihat suram, orang-orang yang melihatnya jadi merasa takut dan menganggap jika Luna adalah pembawa sial.
Entah dari mana pemikiran konyol itu datang, tapi Luna jelas merasakan bagaimana sakitnya ketika dirinya di jauhi dan di asingkan. Bahkan beberapa memukulnya tanpa sebab, hanya karena omong kosong itu, dirinya dan Yuni menderita.
Mengingat hal itu membuat emosi Luna meluap, tangan yang semula hanya berpegangan pada baju yang di kenakan Luke, kini beralih untuk memeluk pinggang pria itu, dia juga menenggelamkan wajahnya di punggung tegap sang kakak.
Luke yang merasakan pelukan erat di pinggangnya terkejut, dan dia menjadi semakin terkejut kala merasakan basah di punggung bagian atasnya.
Saat melirik kaca spion, yang dia lihat adalah sang adik yang menenggelamkan wajahnya pada punggungnya.
Dengan perasaan khawatir Luke akhirnya menepikan motornya, dia berhenti dan mengusap dengan lembut kedua tangan yang masih melingkar erat di pinggangnya.
"Princess, what's wrong?" Luke bertanya dengan nada lembut dan hati-hati.
Luna yang mendengar nada itu hanya menggelengkan kepalanya dan mulai melepas pelukannya, Luke lantas turun dari motor dan memegangi tubuh sangat duk. Dengan kasar gadis itu menyeka air matanya, tapi langsung di tahan oleh tangan besar Luke. Diusapnya air mata yang mengalir dengan halus, dia juga membubuhkan kecupan di kedua mata sang adik.
"Kenapa?" Luke kembali bertanya.
Tidak ada jawaban dari si empu yang di tanya, gadis itu hanya diam sambil menatap mata sang kakak yang juga menatapnya, air matanya bahkan masih mengalir.
"Don't cry." Luke lagi-lagi membubuhkan kecupan, kali ini di kedua pipi Luna, dia juga pada akhirnya membawa sang adik pada dekapannya.
Luke tidak tahu apa yang terjadi, tapi nalurinya mengatakan jika dia harus melakukan ini, jadilah pria itu memeluk Luna dengan erat dan mengelus pelan punggung bergetar itu.
"It's okay, everythink will be alright."
Kata penenang terus keluar dengan lembut dari bibir yang biasa jarang berbicara itu, dia juga beberapa kali mencium puncak kepala sang adik.
Luna sendiri tak tahu kenapa dia menjadi sangat cengeng dan emosional, dia biasanya tidak pernah bereaksi seperti ini bahkan jika mengingat hal-hal yang menyedihkan yang menimpanya dulu.
Tapi saat bersama Luke, entah kenapa luapan emosi tiba-tiba saja pecah, dia menjadi sulit mengontrol emosinya sendiri. Padahal dia hanya mengingat beberapa hal yang terjadi di masa lalu, dan itu hanya sebagian kecil yang dialaminya, tapi hatinya merasa sangat sakit.
Dan dengan naluri yang entah datang dari mana, Luna meluapkan semua emosinya dengan menangis dalam pelukan kakak ketiganya, dia menangis layaknya anak kecil dan di tenangkan oleh sang kakak.
Itu adalah kedua kalinya Luna menangis dengan sangat putus asa di dekapan seseorang, yang pertama di dekapan Calvin, dan kali ini di dekapan Luke.
•
•
•
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Diah Susanti
gk tau artinya
2024-02-17
0
weni tutia
everything
2024-01-28
0
heyannana._
Thor spill dong umur mereka semua..
di awal aku baca Luna punya 2 kakak laki-laki dan 1 kakak perempuan sama 1 adik laki-laki, tapi kenapa malah Luke yg anak ke tiga dan Luna satu² nya anak perempuan, terus Luke satu sekolah dengan luna memang nya mereka terpaut berapa tahun?
2023-11-28
0