Selena baru saja keluar dari kelasnya bersama teman-temannya, dia hendak pergi ke kantin dan mengisi kembali tenaga setelah di kuras habis, saat mereka sampai di kantin, terjadi keributan tak jauh dari tempat mereka.
Selena bersikap acuh, toh itu bukan urusannya. Tapi langkahnya langsung terhenti saat dia mendengar suara yang familiar, suara yang telah menyadarkannya dari kebodohan beberapa minggu lalu.
"Luna?" Gumam gadis itu, lalu berjalan menuju kerumunan. Dan hal itu mendapat tatapan bingung dari teman-temannya.
"Mau kemana dia?" Tanya Nesha, salah satu teman Selena.
"Kita ikuti saja." Usul temannya yang lain, bernama Gina Agisnia.
Mereka lalu mengikuti langkah Selena, dan ternyata menuju kerumunan orang-orang yang tengah berdebat.
"Apa-apaan ini? Deja vu?" Selena berucap dan memecah suasana tegang di antara kerumunan itu.
"Kak Selena?" Luna berujar dengan wajah tak percaya.
"Apa ini? Kamu terlibat hal yang sama lagi?" Selena bertanya dengan nada main-main pada Luna.
Luna mengangkat bahunya acuh, "Bukan aku yang mulai." Jawabnya.
"Lo apa-apaan sih? Jangan ikut campur!" Imelda menatap kesal pada Selena yang ikut campur dalam urusannya.
Selena membalas tatapan Imelda, gadis itu menatap remeh pada Imelda yang datang bersama antek-anteknya yang berjumlah hampir sepuluh orang. "Apaan? Gue cuman gak sengaja
lewat, terus nanya ada apa, lagian gue nanya sama adek manis gue, bukan sama lo." Selena membalas dengan nada sewot.
"Adek?" Beo semua yang mendengar, mereka heran, pasalnya Selena itu anak tunggal, dia tidak punya adik ataupun kakak.
"Jangan cari alesan lo! Emang siapa adek lo? Si ganjen ini?" Tanya Imelda sambil menunjuk Luna.
"Iya." Jawab Selena santai.
Bukan hanya Imelda yang terkejut, tapi semua orang juga, termasuk Luna yang menjadi topik pembicaraan. "Hah? Sejak kapan aku punya kakak perempuan?" Tanya gadis itu entah pada siapa.
"Siapa yang adiknya siapa?"
Semua menoleh saat suara berat dan dingin itu terdengar, ada Luke yang berdiri tak jauh dari mereka, dengan tatapan tajam dan wajah datarnya yang khas. Pria itu lantas berjalan mendekat pada kerumunan, dia hendak berjalan lebih dekat pada Luna, tapi langkahnya terhenti karena seseorang memeluk lengannya.
"Kak Luke!" Orang itu berujar dengan antusias, tapi berbeda dengan Luke yang telah memasang wajah kesal dan juga jengkel.
Luna berusaha menahan tawa saat melihat wajah kesal Luke yang di arahkan terang-terangan pada gadis yang menggelayutinya, dan parahnya lagi gadis itu tidak menyadarinya dan malah semakin bergelayut manja,
"Lepas!" Luke dengan kasar melepas tangan gadis itu, hingga gadis itu terjatuh dengan posisi duduk di lantai.
"Sabrina!" Pekik teman-temannya kaget, lalu membantu Sabrina berdiri.
"Kak jangan keterlaluan! Sabrina itu adik kakak!" Salah satu teman Sabrina yang bernama Zara berujar kesal pada Luke.
Luke yang tengah menepuk-nepuk bagian lengan yang tadi di peluk oleh Sabrina lantas menatap tajam pada "Sejak kapan dia menjadi adikku? Dia hanya orang asing yang menumpang di rumahku!" Luke berujar sinis, dia lantas kembali melangkah mendekat pada Luna yang sendari tadi diam menjadi penonton, bahkan teman-temannya telah dengan santai ikut menonton sambil memakan makanan pesanan mereka yang telah datang.
"Ayo ikut kakak." Luke menarik lembut tangan sang adik, tapi tak lama ia berhenti karena sang adik yang hanya diam. "Kenapa?" Tanyanya.
Luna menatap Luke, lalu beralih menatap pada Imelda yang entah kenapa masih ada di sana, tidak beranjak dari tempatnya. "Kayaknya masalahnya belum selesai, aku harus selesaikan dulu masalah ini, biar gak bikin ribet nanti." Jawab gadis itu.
"Oke? Lalu apa masalahnya?' Tanya Luke dan menatap Imelda yang kini telah berkeringat dingin.
Luna menunjuk Imelda, "Kakak kelas ini bilang aku harus jauh-jauh dari kakak, karena kakak pacarnya. Emang iya? Kakak pacarnya?" Luna bertanya dan menuntut jawaban.
Luke menatap sang adik dengan wajah bingung dan dahi berkerut, "Pacar? Sejak kapan aku punya pacar?" Luke balik bertanya.
Luna mengedipkan matanya beberapa kali, "Loh, terus kakak ini? Dia tadi ngaku-ngaku pacar kakak, loh. Sampe bilang sama aku buat jauhin kakak." Jelas gadis itu sambil menunjuk Imelda yang diam sambil menunduk
Luke menghela nafas dalam, "Tidak ada, kakak tidak punya kekasih atau teman perempuan." Finalnya lalu kembali menarik tangan sang adik, tapi lagi-lagi Luna diam.
"Apa lagi?" Tanya Luke lagi.
Luna menunjuk makanan pesanannya yang belum dia sentuh sedikitpun, "Aku belum makan, loh." Setelah Luna mengatakan itu, Luke langsung mengambil nampan yang bersisi makanan pesanan sang adik dan membawanya pergi beserta pemiliknya.
"Ah, aku akan membawanya, tolong kalian urus yang lainnya." Luke mengatakan itu pada teman-teman adiknya sebelum pergi, yang di balas dengan pose 'Oke' oleh mereka.
"Dan kau!" Luke menunjuk pada Selena, "Luna adikku, bukan adikmu!" Ujarnya dengan nada menekan.
"Ih, gue gak butuh persetujuan lo, Luna juga adek gue mulai sekarang!" Selena tak mau kalah ikut menyahut.
"Gak akan, dan gak akan pernah!" Tekan Luke.
"Bodo amat sama opini lo." Setelah mengatakan itu, Selena pergi bersama kedua sahabatnya, membuat Luke semakin kesal dengan wajah tak enak di pandang.
"Udah ayo, kakak mau ajak aku kemana tadi?" Luna mencoba untuk meredam kekesalan sang kakak.
Luke luluh dan akhirnya kembali membawa sang adik ke tempat tujuannya, meninggalkan Imeldan dan antek-anteknya yang masih diam di tempat, juga Sabrina yang masih menangis sejak kejadian dia di dorong oleh Luke tadi.
"Udah sih, kak Luke sama Luna udah pergi, kenapa kalian gak pergi juga?" Tanya Hera dengan nada sedot, dia tidak mau nafsu makannya turun karena terdapat beberapa makhluk astral di hadapannya, apalagi mendengar tangisan Sabrina yang membuat kupingnya terasa nyeri dan berdenging.
"Iya nih, ganggu acara makan orang aja!" Timpal Violet.
"Maaf saja, tapi kami tidak punya uang receh untuk diberikan padamu, nona Sabrina, jadi berhenti menangis atau silahkan pindah tempat." Ujar Gladis dengan tatapan jengah dan telah menutup telinganya.
Bukan apa, tangisan Sabrina benar-benar nyaring dan terdengar sangat memekakkan telinga, jadi bukannya membuat orang lain iba atau prihatin, malah membuat mereka kesal dan menutup kuping.
"Iya nih, ganggu suasana banget."
"Kalo ngajak berantem, jangan nangis, apalagi ini yang ngajakin duluan."
"Mental yupi aja sok banget main labrak."
"Mana gak di akuin lagi sama kak Luke."
"Parah sih, malu dah kalo itu gue!"
"Udah bawa rombongan lagi, tapi tetep kalah, cuaakks!"
"Kak Selena aja cuman sama dua temennya, itu juga kebetulan dateng."
"Tapi, gue masih penasaran, kok kak Selena nganggap Luna adeknya? Padahal kan dia udah ganggu Luna beberapa minggu lalu."
"Iya juga, tadi juga kak Selena berani debat sama kak Luke, buat rebutin Luna."
"Wah, bakalan ada hal menarik nih."
Imelda dan teman-temannya langsung pergi meninggalkan kantin karena tidak tahan dengan kritikan para penguhi yang lain, Sabrina dan dua temannya juga mengikuti mereka.
"Begini baru bagus." Violet menghela nafas lega, dia sudah muak dengan para badut itu, tapi dia suka jika melihat drama yang di mainkan oleh si bungsu kelas.
Anak-anak kelas X-A tidak sebodoh itu untuk tidak mengetahui rencana Luna, mereka sebenarnya sudah menebak jika Luna memiliki masalah pribadi dengan para kakak kelas dua belas.
Berawal dari saat pertandingan basket beberapa hari lalu, dan hari ini juga, gadis itu selalu tenang menghadapi semua masalah yang datang silih berganti, seakan dia memang telah menunggunya.
"Si bungsu ternyata pintar membuat panggung." Celetuk Evangeline, mendapat anggukan dari teman-temannya yang lain.
"Kita support dari belakang, biarkan si bungsu yang bermain. Kita bagian akhir, agar panggung semakin menjadi menarik." Gladis berujar tenang.
•
•
•
•
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Murni Dewita
sibungsu emang tibest
2024-01-22
2
Rina Yuli
drama panggung nya keren abisss
2024-01-14
0
Nur Hayati
sepakat... si bungsu memang sesuatu
2023-12-09
1