Hari senin, identik dengan kata upacara bendera, dan paling banyak di hindari oleh para murid. Tak terkecuali kelas X-A yang berbaris rapih dengan siswa lainnya, mereka terus menggerutu karena kepala sekolah yang memberikan amanat bagaikan siraman rohani dadakan.
"Gila, ini pak kepsek udah setengah jam loh ngomong." Gerutu Aldi.
"Tau nih, udahlah panas, di tambah ceramahnya lama banget." Timpal Ernest.
Para siswa banyak yang misuh-misuh tak jelas, sedangkan para siswi harus menahan kekesalan mereka dan tetap tenang di barisan.
"Ekhem!"
Ernest, Aldi, dan anak-anak yang sendari tadi menggerutu terdiam seketika saat ketua keamanan OSIS berdiri dan berdehem di belakang mereka.
"Ngomong lagi, saya jadikan kalian tontonan di depan sampai jam pelajaran kedua."
Setelah mengatakan itu, petugas keamanan lalu pergi, membuat anak-anak yang lain menghela nafas lega. Akhirnya mereka diam hingga upacara selesai, saat akan bubar, anggota OSIS menahan mereka agar tetap di lapangan, katanya akan ada pengumuman.
"Aarrgghh!"
Aldi kesal setengah mati, tapi dia tetap duduk bersama dengan teman-teman. Semua orang dapat melihat ketua OSIS periode saat ini yang tengah memberikan pengumuman di podium.
Pengumuman berlangsung sekitar dua puluh menit, dan rangkuman dari isi pengumuman itu adalah :
"Karena dua minggu lagi akan ada kemah penerimaan anggota penegak pramuka, kita di wajibnya untuk mengetahui dasar-dasar dari pramuka itu sendiri."
Semua anak kelas X-A menatap malas pada Gladis yang kembali menjelaskan apa yang tadi di sampaikan oleh ketua OSIS.
"Kalian pasti sudah tahu tentang dasar-dasar itu bukan? Kecuali yang saat SMP Pramukanya suka bolos." Ujarnya sambil melirik pada Aldi dan teman-temannya.
"Apa lo? Kita gak pernah bolos pramuka ya!" Sentak Aldi.
"Apa? Memangnya aku mengatakan itu kalian?" Tanya Gladis sambil mengangkat sebelah alisnya, membuat Aldi terdiam, dan teman-temannya yang lain menertawakannya.
Haikal menepuk pundak Aldi pelan, "Makanya diem aja." Ujarnya.
"Dis, kelompoknya udah di atur?" Tanya Violet setelah gadis selesai merinci apa saja yang harus di persiapkan, dan materi apa saja yang harus di hafalkan.
"Oh iya! Tentang kelompok, katanya di buat per-kelas, laki-laki dan perempuan." Jawab Gladis.
Semua yang mendengar terkejut, "Hah? Terus tidurnya?!" Tanya Juan heboh.
Gladis menghela nafas, "Tentu saja di pisah, bodoh!" Kesalnya.
Juan ber-oh ria saja, kemudian kembali diam, membuat Gladis semakin kesal.
"Tempatnya di mana? Kita belum di beri tahu." Evangeline ikut bertanya.
"Jika tidak salah di Bumi Kepanduan Sentul (BKS)." Jawab Gladis.
Mereka mengangguk mengerti, kemudian mulai membagikan apa saja alat-alat yang harus dia bawa oleh setiap anggota.
"Oke, semua telah selesai, kita hanya perlu membuat nama kelompok dan yel-yel. Karena akan di adakan lomba yel-yel dan pentas seni juga."
Setelah mengatakan itu, mereka semua mulai berdiskusi, walau terkesan urakan, siswa laki-laki di kelas ini sangat aktif dan mudah di ajak kerja sama, mereka juga kompeten dan mudah di ajari.
Hari itu semua kegiatan belajar di tunda, sekolah memberikan waktu satu hari penuh untuk mendiskusikan tentang perkemahan yang akan datang, dan seterusnya pelajaran akan berlangsung setengah hari, sisanya di lakukan untuk latihan.
"Ayo istirahat dulu."
Juan menghentikan diskusi dan mendapat anggukan dari semua orang, Juan mungkin terkesan cuek dan malas, tapi tidak dapat di pungkiri jika dia adalah ketua yang bisa di andalkan pada waktu yang tepat.
Mereka kemudian keluar dari kelas satu persatu, murid kelas yang lain juga telah pergi ke kantin, karena walau pelajaran tidak berjalan, tapi bel istirahat tetap di bunyikan, untuk memberikan waktu istirahat dan agar para murid tidak overwork dan overthinking.
"Lun, kamu dari tadi diam terus, ada masalah?" Hera bertanya sambil berjalan terus menuju kantin.
Pertanyaan Hera juga mendapat anggukan dari teman-temannya yang lain, karena tidak seperti biasanya, Luna hari ini menjadi lebih pendiam dan terkesan murung.
"Iya, kamu kalo ada masalah bisa cerita pada kami." Timpal Violet.
Luna menatap teman-temannya dengan tatapan halus, dia lalu tersenyum dan mengangguk. "Aku gak papa, nanti kalo udah siap, aku cerita." Jawabnya.
Yang lain ikut tersenyum dan mengangguk. "Oke, jangan di pendam sendiri, kamu masih punya kita buat bersandar." Gladis menepuk puncak kepala Luna.
Baik laki-laki maupun perempuan, semua anak-anak kelas X-A telah menganggap Luna sebagai adik mereka, bukan hanya karena gadis itu yang baik dan mudah bergaul, dia juga adalah yang paling muda di antara mereka, bahkan mungkin satu angkatan gadis itu yang paling muda.
"Lun! Kalo ada yang ganggu, bilang sama abang, biar abang gedig kepalanya!" Ceroscos Aldi dengan nada bersemangat.
"Iya, atau nanti kita kasih ke si Ucup." Timpal Ernest.
Ucup, adalah nama hewan peliharaan Juan yang merupakan seekor singa jantan yang gagah, Luna pernah melihatnya di foto dan video yang di tunjukkan Juan.
Sedangkan Ernest, Aldi dan Haikal sering melihat hewan itu ketika bermain ke rumah Juan. Luna pernah bertanya kenapa hewan gagah itu di namai Ucup? Dan Juan dengan santai menjawab. "Karena gak mau pusing mikirin nama, jadi aku kasih nama Ucup aja."
Mereka asik mengobrol hingga sampai di kantin, mereka duduk di bangku yang masih kosong dan mulai memesan makanan, tentu saja yang memesan adalah para anak laki-laki, karena mereka masih berada dalam hukuman taruhan beberapa hari yang lalu.
Saat tengah asik mengobrol sambil menunggu pesanan, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Seseorang tiba-tiba saja menyiram Luna dengan air putih, mereka terkejut, bahkan Luan juga masih diam memproses kejadian.
"Luna!" Hera yang ada di sebelahnya langsung mengusap kepala Luna dengan sapu tangan.
"Apa-apaan ini!?" Gladis bertanya dengan nada marah, dia menatap tajam pada si pelaku yang malah dengan santai tertawa mengejek.
Luna juga pada akhirnya berdiri dan berhadapan langsung dengan si pelaku, dapat dia lihat seorang kakak tingkat yang datang bergeromblo, di antara mereka ada beberapa orang yang di kenalnya.
"Ada masalah apa ya kak? Perasaan saya gak punya masalah deh sama kakak." Luna bertanya dengan wajah heran, tapi hatinya berkata lain, dia tahu alasan kakak kelas di hadapannya ini berbuat seperti itu.
Kakak kelas yang di ketahui bernama Imelda Latian itu lantas menatap tajam pada Luna, "Jauh-jauh dari pacar gue!" Ucapnya dengan nada menekan.
Luna menaikkan sebelah alisnya, pacar? Memangnya dia pernah dekat dengan pacar dari kakak kelasnya ini? "Pacar kakak? Siapa?" Tanya gadis itu.
"Jangan sok gak tau ya! Luke itu pacar gue! Jadi jauh-jauh dari pacar gue!" Sentak Imelda.
Luna bengong, hah? Luke? Kakak ketiganya? Tapi dia tidak pernah mendengar Luke mempunyai pacar, dan pria itu juga tidak pernah membicarakan tentang hal ini.
Kemudian Luna menatap dari atas hingga bawah penampilan Imelda, "Gak mungkin sih." Gumam gadis itu.
Imelda mendengar gumaman itu, lantas kembali berbicara. "Maksud lo gak mungkin apa?!"
"Gak mungkin kakak pacarnya kak Luke, beda standar." Jawab Luna dengan jujur.
Imelda semakin kesal, dia hendak kembali berbicara, tapi seseorang menyelanya. "Kamu gak boleh bicara gitu, kamu harus menghargai perasaan orang lain."
Mata Luna yang di lapisi oleh soft lents lantas bergulir pada gadis yang baru saja berbicara, dia gadis yang sama yang beberapa minggu lalu membuat keributan di cafe tempatnya bekerja, dan dia juga adalah sasaran balas dendam utama Luna, Sabrina.
"Oh ya? Terus aku harus bicara gimana? Kalo itu kenyataannya? Terus aku harus bilang apa?" Luna memberikan pertanyaan beruntun dengan konteks yang sama, membuat Sabrina terdiam tapi tetap tersenyum.
"Tapi kamu gak sepantasnya ngomong gitu, gak sopan." Sabrina tetap dengan pendiriannya.
"Lalu, kamu tidak memikirkan perasaan aku yang di siram?"
Skak mat! Sabrina terdiam dengan wajah sedikit gelisah, Luna tidak menyia-nyiakan kesempatan, dia kembali berkata. "Kalian sebagai sesama perempuan harusnya saling respect, bukan saling menjatuhkan, hanya karena hal sepele, dan belum tentu masalah yang kalian ributkan ini benar adanya."
Mereka terdiam, Gladis dan Evangeline diam-diam bertepuk tangan tanpa suara, sedangkan Hera tersenyum mengejek pada sekumpulan badut itu.
"Apa nih? Kayaknya deja vu, deh."
Seseorang tiba-tiba menyela di tengah suasana tegang itu, dan mereka terkejut melihat siapa yang datang bergabung dalam keributan.
"Kak Selena?"
•
•
•
•
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
✨imouto_sora"~
😌
2024-01-08
0
Shai'er
lanjut Thor💪💪💪
makasih banyak🥰🥰🥰
sehat selalu💙💙💙
2023-11-22
0
Shai'er
kelar lu😏😏😏
2023-11-22
0