Saat ini adalah waktu istirahat untuk para pegawai cafe, Luna selama istirahat hanya menghabiskan waktunya di rest room, dia tengah memikirkan sekenario yang akan di buat selanjutnya. Yang pastinya akan mengguncang lawan dan membuatnya gelisah, pasti akan sangat menyenangkan.
Tok. Tok. Tok.
"Lun, kamu udah selesai istirahatnya?"
Luna dengan cepat memberekan barang-barangnya dan merapikan penampilannya, lalu membuka pintu dan mendapati rekannya yang telah menunggu. "Kak Amy." Luna berujar dengan senyuman manis, membuat Amy ikut tersenyum dan menangkup kedua pipi Luna.
"Udah istirahatnya? Atau masih butuh waktu lagi?" Tanya Amy dengan lembut.
Sejak setelah keributan tadi, Luna langsung di kerubungi para karyawan yang memang lebih tua darinya, mereka menanyakan bagaimana keadaan Luna dan apakah dia mendapat ancaman dari keluarga Bellmore. Luna yang di tanyai hanya tersenyum dan mengatakan bahwa dia baik-baik saja, dia hanya butuh sedikit istrirahat, dan akan kembali bekerja.
Para pekerja lain langsung mengizinkannya, dan bahkan beberapa dari mereka menyarankan Luna untuk pulang. Di cafe ini, Luna adalah pegawai paling muda, tapi keterampilannya sangat bagus dan tutur katanya sangat sopan, membuat para pekerja yang awalnya meremehkannya, kini berbalik jadi menyukainya dan selalu mendukungnya.
Mereka juga menyukai Luna karena gadis itu selalu cepat tanggap dan memberi respon dengan baik dan positif, bahkan para pengunjung juga sangat menyukai pelayanan Luna yang ramah dan terkesan sangat memanjakan. Gadis itu memiliki senyum alami yang dapat dengan mudah menarik perhatian, anak-anak yang datang bersama orang tua mereka juga terkadang suka bermain dan bercerita dengan Luna.
Hal itu tentu saja menjadi nilai tambah bagi Luna, walau baru bekerja kurang lebih satu bulan, gadis itu mendapat bayaran besar dan bonus, karena dirinya juga memberikan kontribusi untuk mengganti tema cafe yang sebelumnya, hingga kini cafe yang tadinya hanya ramai saat hari libur saja, kini setiap hari selalu ramai.
"Aku gak papa kak, aku mau lanjut kerja aja." Luna menjawab pertanyaan Amy dengan tak kalah lembut.
Amy hanya bisa pasrah dan mengangguk, dia setidaknya tahu jika Luna adalah tipikal anak yang tidak akan berhenti sebelum tujuannya tercapai, itulah yang dia lihat selama sebulan ini ia bekerja bersama Luna.
"Jangan terlalu memaksakan diri, oke?"
Luna mengangguk menanggapi ucapan Amy, lagi pula, dia masih harus bekerja agar dapat bertemu dengan target untuk sekenarionya yang selanjutnya.
***
Di sebuah mansion besar dengan style arsitektur bangunan eropa, seorang pria muda tengah duduk lesehan di karpet. Dirinya yang tengah anteng menontn siaran TV malah di kejutkan dengan suara berisik dari arah pintu utama mansion, dia lalu bergegas menuju ke sumber suara, saat sampai di sana, dia terkejut melihat kericuhan yang terjadi, bahkan ada kedua orang tuanya.
"Ma, Pa, ada apa ini?" Tanya pria muda itu, tatapannya jatuh pada gadis yang menangis sambil duduk bersimpuh di lantai.
"Dia membuat masalah lagi." Jawab sang Ayah, kemudian menatap putranya heran. "Bukankah kamu bilang tadi ada latih tanding?" Tanyanya.
"Di batalkan." Jawab anak itu. "Lagian, kenapa hama seperti dia masih harus kita tampung sih? Usir aja." Lanjutnya dengan ketus.
"Inginnya juga begitu." Sang Ayah membalas dengan nada malas.
"Sudah, kalian kembali sana sama kegiatan masing-masing!" Sang Ibu yang sendari tadi diam akhirnya angkat suara. "Dan kamu Sabrina, jangan harap bisa keluar dengan bebas lagi mulai sekarang!" Lanjutnya menatap tajam pada gadis yang bersimpuh.
Ya, gadis itu adalah Sabrina, dia tidak bisa berbuat apa-apa saat Ayah angkatnya menyeretnya pulang dari cafe tadi, dan bahkan dia mendapat tatapan dingin dari Ibu yang telah mengurusnya sejak kecil. Semuanya menjadi kacau sejak kejadian satu minggu lalu, kejadian yang membuat semua anggota keluarga yang menyayanginya berbalik membencinya dan mengabaikannya.
Sabrina telah di adopsi oleh keluarga Bellmore sejak umurnya tiga tahun, gadis itu menjadi satu-satunya putri dari keluarga Bellmore dan memperlakukannya dengan baik, dia bahkan selalu mendapatkan apapun yang di inginkannya, tapi satu minggu lalu, saat tiba-tiba semua keluarga di minta untuk berkumpul, di situlah titik balik hidupnya.
Seseorang mengirimkan satu paket surat, lengkap dengan sebuah dokumen pada keluarga Bellmore, dalam surat itu hanya tertulis jika semua kebenaran ada dalam dokumen yang telah dikirim bersama dengan suratnya. Saat dokumen di buka, ada beberapa lembar foto dan flashdisk, foto yang terlampir sangat tidak senonoh dan menjijikan.
Dimana di dalam foto itu, seorang gadis tengah bercinta dengan beberapa pria muda dan tua, dan setiap satu foto, gadis itu berganti partner, gadis dalam foto itu adalah Sabrina. Semua orang tentu saja terkejut, mereka sangat marah dan meminta penjelasan dari gadis itu. Sabrina tentu saja menyangkalnya, dia mengatakan jika itu pasti adalah hasil edian, dia berkata jika dia tidak pernah melakukan hal menjijikan itu.
Tapi kesaksiannya di bantah dengan video yang berada dalam flashdisk, video dengan durasi beberapa menit yang di ambil dari rekaman cctv dan video amatir yang di ambil oleh ponsel. Tapi yang paling mengejutkan adalah, gadis itu tetap menyangkalnya dan dengan kukuh mengatakan jika itu juga adalah editan.
"Dasar tidak tahu malu! Bagaimana bisa kau mengkhianati kasih sayang yang telah kami berikan?!" Sang nyonya Bellmore, Isabella menatap tak percaya sekaligus marah pada Sabrina, gadis yang telah ia besarkan seperti anaknya sendiri.
"Sejak awal aku memang sudah tidak menyukainya, tapi apa? Mama dan Papa malah tetap menerima gadis yang bahkan tidak di ketahui asal usulnya itu." Putra pertama, Calvin juga angkat bicara, sejak awal dia sudah tidak menyukai Sabrina, karena gadis itu bertindak seperti dia adalah pengganti adiknya yang hilang.
Bukan hanya Calvin yang tidak menyukai Sabrina, tapi adik-adiknya yang lain juga, mereka tidak suka jika ada orang asing yang sembarangan masuk keluarga mereka, apalagi mencoba untuk menggantikan saudari mereka yang hilang.
Yah, sejak kejadian itu, Sabrina di hukum untuk tidak keluar mansion selama dua minggu, dan semua fasilitasnya di sita, mulai dari mobil, rekening, uang jajan, dan tidak boleh lagi membawa teman-temannya datang ke mansion Bellmore.
Sabrina kini hanya diam termenung di kamarnya, dia tidak tahu siapa orang yang telah menyebarkan rahasia besarnya pada keluarga Bellmore, dia telah meminta bantuan pada orang-orang yang di kenalnya, tapi mereka tidak bisa menemukan dalang di balik semua ini. Gadis itu kemudian melihat sekeliling kamarnya, dia menggeram marah saat melihat keadaan kamarnya yang kecil,
Keluarga Bellmore memindahkan kamarnya yang dulu berada di lantai dua bersama anak-anak Bellmore yang lain, kini dia tinggal di lantai bawah bersama dengan para pekerja yang telah lama bekerja di sana. Dan kamarnya yang luas juga menjadi sangat sempit, tidak ada lagi baju dengan brand yang malah, tas dan sepatunya juga semua di sita.
Sabrina bersumpah, jika dia akhirnya menemukan orang yang telah menyebarkan rahasianya, dia akan membuat orang itu menderita!
***
Hachih!
"Tuan, anda baik-baik saja?"
Orang yang bersin barusan tersenyum dan menyimpan kembali saputangannya. "Saya baik-baik saja, nona Luna." Jawabnya pada gadis yang tengah berbincang menemaninya di sebuah lestoran.
"Haruskah kita sudahi saja obrolan kita?" Luna bertanya dengan khawatir, dia tidak bisa menahan orang penting ini untuk terus mengobrol bersamanya jika dia tengah tak enak badan.
pria itu menggelengkan kepalanya, "Tidak, mari kita lanjutkan." Tolak pria itu dengan baik.
"Baik kalau begitu, katakan saja jika anda merasa tidak nyaman, tuan."
Pria itu mengangguk dan menatap Luna dengan cukup intens, membuat gadis itu tak nyaman dan mengalihkan tatapannya pada laptop di hadapannya. "Tuan, maaf saya mengganggu waktu anda." Seorang bodyguard datang dan menunduk pada pria itu.
"Nyonya dan Tuan besar telah tiba di kediaman, mereka meminta agar anda segera pulang." Bodyguard itu melanjutkan perkatannya setelah mendapat izin dari sang tuan.
Pria itu mengangguk kemudian menyuruh bodyguard untuk kembali ke tempatnya, "Sepertinya kita selesai di sini saja dulu." Pria itu berujar dengan nada tak rela.
Luna mengangguk, dia lantas ikut berdiri saat pria itu berdiri, mengantarkan sampai ke luar restoran dan berkata, "Selamat jalan, terimakasih untuk waktu berharga anda, tuan Rodriguex."
Pria itu menggelengkan kepalanya, "Bukan Rodriguez." Sangkalnya.
Luna yang mengerti lantas sedikit mengangguk dan meralat perkataannya. "Tuan Albert."
Pria itu, Albert Ashborne Rodriguez. Dia tersenyum dan mengangguk, lantas berbalik dan masuk ke dalam mobilnya. "terima kasih juga untuk waktu anda, nona Luna. Dan sampai jumpa minggu depan, saya menantikan ide anda yang lain." Ujarnya sebelum masuk ke dalam mobil.
Luna mengangguk, dia melihat dengan tenang kepergian mobil Albert dan para bodyguardnya, senyum kecil yang lebih mirip seringaian lantas terukir di bibir itu. "Nantikan untuk panggung selanjutnya, Sabrina."
•
•
•
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
awesome moment
whoah...ternyata alam menyediakan bantuan
2024-11-24
1
✾Secret✾
waduhh apenihhh
2024-12-03
0
Diah Susanti
brand yang malah🤔🤔🤔🤔
2024-02-17
0