Forbidden Revenge

Forbidden Revenge

Chapter 1: Apakah Posisi Pangeran Mahkota Tidak Cukup Bagimu?

Pertengahan Musim Dingin, Tahun ke-7 Yangle

“Lu Yuan! Turun dari takhtamu sekarang juga!”

Teriakan keras dan menuntut, yang datang tiada henti menggema memenuhi aula Istana Tianlong. Ratusan menteri berjubah mewah mengeraskan wajah dan mengekspresikan penuntutan yang tidak bisa dibantah oleh siapapun.

Aula istana bergetar, tiang-tiang menjadi saksi bisu peristiwa yang mungkin hanya terjadi satu kali dalam sejarah peradaban manusia yang bahkan tidak akan dicatat dalam sejarah.

Semua orang menatap pada satu titik – pada seseorang yang duduk di kursi naga berlapis emas. Berada di tempat tertinggi, orang itu tertawa remeh.

Mahkota naga yang biasanya tersampir dengan baik di kepala, kini diganti dengan mahkota phoenix emas. Rambut yang seharusnya digulung menjadi sanggul, digerai sempurna dihiasi berbagai aksesoris rambut wanita yang semuanya terbuat dari emas asli.

Jubah sutera emasnya menjuntai hingga ke lantai. Dia – Lu Yuan, yang namanya diteriakkan dengan lantang menatap tajam semua orang.

Lebih dari tujuh belas tahun dia menyembunyikan identitasnya untuk melindungi takhta yang didudukinya kini. Kursi naga yang membuatnya tidak nyaman selama tujuh tahun lebih, tampaknya benar-benar harus dihancurkan sekarang.

Lu Yuan selalu tahu bahwa saat seperti ini akan datang. Dia hanya tidak menyangka, kalau saat itu akan tiba pada hari ini, tepat di hari kematian ayahnya.

Mereka yang seharusnya bersembahyang bersama dan berdoa untuk kaisar sebelumnya, kini tak ubahnya dengan anjing yang berebut makanan. Mereka menatap Lu Yuan seperti sebuah mangsa yang harus dikoyak sampai habis.

“Omong kosong! Zhen adalah Kaisar Yangle, penguasa dunia ini! Hak apa yang kalian miliki sampai berani memaksaku?”

Pada saat suaranya memecah keributan, menawarkan semua tuntutan itu, semua menteri kelabakan. Lu Yuan telah bekerja keras untuk negara ini selama bertahun-tahun, mempertahankan wilayah negara, memperluas, memperjuangkan rakyat, mensejahterakan pengisi negeri.

Atas dasar apa mereka menuntutnya? Apakah hanya karena dirinya seorang wanita?

Sebagai Kaisar Yangle, Lu Yuan adalah sosok manusia dengan posisi tertinggi yang memiliki segalanya. Dia memegang kendali atas hidup jutaan orang. Dia begitu terpandang dan dikagumi. Hanya karena identitasnya sebagai wanita terbongkar, semua kemuliaan di dalam dirinya dianggap hina.

Dia tidak pernah meminta dilahirkan ke dunia. Lu Yuan tidak pernah meminta ayah dan ibunya, yang saat itu adalah kaisar dan permaisuri, menjadikannya seorang pria.

Lu Yuan, sejak lahir adalah wanita. Situasi telah mendesaknya untuk membuang jauh-jauh kehidupan wanita, melepas segala sesuatu yang seharusnya dialami wanita pada umumnya.

Lu Yuan tidak punya masa kecil yang menyenangkan seperti kebanyakan orang. Ketika bayi lain mulai merangkak, dia sudah harus berlari. Saat remaja lain menikmati waktu dengan bebas, dia harus menjadi pelajar yang lulus ujian para menteri dengan nilai memuaskan.

Lu Yuan menghabiskan seluruh masa mudanya dengan menjadi putra mahkota, hanya untuk mempertahankan semua yang telah dibangun oleh leluhurnya. Karena ketika itu terlepas, maka dia tidak akan bisa menggenggamnya lagi.

Demi melindungi takhta itu, dia rela melepas segalanya. Masa mudanya, kehidupannya sebagai wanita, hatinya, semuanya. Atas dasar apa mereka menuntutnya untuk melepaskannya pula?

“Sejak leluhur mendirikan kerajaan ini, wanita tidak pernah menjadi pemimpin, apalagi menjadi kaisar! Lu Yuan, kamu adalah aib negara!”

Tuntutan itu tak henti-hentinya datang. Lu Yuan muak. Sampai mati pun, dia tidak akan pernah melepaskan apa yang telah dipertahankannya dengan segala usaha.

Takhta ini, kekaisaran ini, semuanya adalah miliknya. Tidak ada seorang pun yang bisa memaksanya dan merebut darinya!

“Aib?”

Pada saat itu, tawanya melengking di udara. Amarah yang telah membuncah sedari tadi membuat satu-satunya kaisar wanita di dunia mengepalkan tangannya dengan erat.

Berdiri di atas singgasananya yang agung, ia menatap penuh kepada semua menterinya di bawah sana.

“Sekumpulan sampah berani berbicara tentang aib denganku? Konyol! Zhen hidup untuk rakyat, tetapi apa yang kalian lakukan? Mendebatku di sini sepanjang waktu dan bicara omong kosong! Kalian pikir kalian begitu pintar?”

Seringaian jahat muncul di kedua sudut bibirnya. “Li Jing, berikan barangnya padaku!”

Li Jing, kasim yang sejak kecil mendampingi dan melayani Lu Yuan, yang mengetahui segalanya menyerahkan sepotong laporan yang ditulis oleh orang kepercayaannya.

Lu Yuan lantas melemparkannya ke hadapan para menteri. Matanya masih memerah dan mengerikan.

“Menteri korup, pejabat sialan! Berapa banyak keuntungan yang kalian dapatkan dengan bermain di belakangku?”

Raut wajah para menteri di aula pengadilan berubah pucat. Suara mereka yang awalnya seperti burung yang berkicau sekarang sirna.

Buku berisi laporan korupsi dan suap yang mereka lakukan tergeletak di depan Lu Yuan, dengan tulisan yang terpampang jelas.

Apa yang terjadi….Sejak kapan Lu Yuan menyelidiki mereka?

Namun, itu tak lantas membuat mereka menyerah. Para menteri mengumpulkan keberanian dan kembali berteriak padanya dengan lantang, “Memangnya kenapa? Kamu hanya wanita, kamu tidak memahami cara kerja dunia!”

Tawa Lu Yuan pecah dan begitu nyaring. Cara kerja dunia? Dia tahu zaman ini mendiskriminasi wanita dalam kekuasaan dan pengadilan. Tetapi, apakah mereka benar-benar memahami arti dari semua usahanya selama ini?

Lu Yuan adalah pewaris sah takhta ayahnya, dan siapapun tidak bisa menggugatnya!

Tiba-tiba ia berhenti tertawa saat merasakan sesuatu yang dingin menembus jantungnya. Lu Yuan menoleh, ia mendapati sebuah pedang ditusukkan demikian dalam hingga menembus ke bagian depan tubuhnya. Yang membuat Lu Yuan tidak bisa berkata-kata karena orang yang menusukkan pedang itu ke dadanya…. Adalah adiknya sendiri!

Li Jing membelalakkan matanya dan berteriak, “Yang Mulia!”

“Lu…Lu Zheng…Apa yang kau lakukan?” tenggorokannya tercekat, Lu Yuan memuntahkan seteguk darah merah segar.

Lu Zheng, adik yang ia sayangi menatapnya dengan dingin. Selama ini selain pengadilan dan rakyat, Lu Yuan paling menyayangi dan memperhatikan adik semata wayangnya. Namun sungguh tidak ia sangka, dua puluh tahun kasih sayang yang ia berikan ternyata berbalas sebuah tusukan pedang.

Alih-alih melepaskan pedangnya, ia malah menusuknya lebih dalam hingga tubuh bagian atas Lu Yuan robek dan terkoyak. Jantungnya ditembus, darah segar mengalir membanjiri jubah emasnya yang indah.

Seteguk darah kembali dimuntahkan Lu Yuan. Di hadapan para menteri, dua kakak beradik itu terjebak dalam keheningan sesaat.

“Mengapa… mengapa kau melakukannya?”

Lu Zheng berdecih. Satu sudut mulutnya terangkat membentuk seringaian.

“Lu Yuan, aku sudah terlalu lama hidup dalam bayang-bayangmu. Jika kau mati, sinarku bisa lebih terang. Bukankah kau kakakku yang baik? Biarkan aku menebus kebebasanku dengan kematianmu!”

Marah, sakit hati, kecewa, sedih, semuanya telah bercampur dan tidak bisa lagi diungkapkan dengan kata-kata. Mata merah Lu Yuan sekarang mulai meredup cahayanya, ada genangan yang siap meluncur. Tidak ada yang lebih menyakitkan di dunia ini selain dikhianati keluarga sendiri.

Adik yang ia lindungi ternyata mengkhianatinya. Tidak ia sangka, kelinci kecil yang begitu lucu ternyata tumbuh menjadi serigala buas yang menerkam keluarganya sendiri.

Ke mana perginya Lu Zheng yang penurut dan begitu menghormatinya? Apakah… Apakah sudah sejak lama dia begitu menginginkan kematiannya?

“Apakah posisi sebagai Pangeran Mahkota tidak cukup bagimu?” tanya Lu Yuan pada Lu Zheng. Ia bahkan mengangkatnya menjadi Putra Mahkota, tetapi adiknya justru menginginkan posisi yang lebih tinggi dari ini.

“Omong kosong! Pangeran Mahkota? Kau bahkan tidak membiarkanku ikut campur dalam politik dan pengadilan. Lu Yuan, aku tidak akan menjadi bonekamu!”

Pada saat ini, Lu Yuan tidak akan bisa bertahan. Tusukan pedang itu terlalu dalam dan mengoyak jantungnya. Kendati hidupnya berada di ujung tanduk, ia belum bisa menyerah. Jika ia harus mati hari ini, maka ia bersumpah akan membawa semua orang bersamanya.

“Cih… dasar sampah!”

Sebelum Lu Yuan benar-benar kehilangan kesadaran, ia menginjak lantai yang berisi kendali mekanisme. Bubuk mesiu yang tersembunyi di antara tiang-tiang aula bertebaran.

Sebelum jatuh ke lantai, Lu Yuan melemparkan lilin di mejanya yang masih menyala, dan ruangan itu seketika meledak!

Lu Yuan masih sempat menyaksikan para menterinya kalang kabut melarikan diri dari kobaran api. Seulas senyum puas terbit, lalu menghilang seiring musnahnya kesadarannya bersama kemarahan dan dendam yang ikut pergi bersamanya.

Terpopuler

Comments

𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу​​​᭄

𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу​​​᭄

.

2024-10-31

1

Musliha yunos

Musliha yunos

adik yg tidak tahu diri

2024-09-30

0

zee_

zee_

kewreeennn/Kiss/

2024-08-11

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: Apakah Posisi Pangeran Mahkota Tidak Cukup Bagimu?
2 Chapter 2: Kamu Adalah Nona Ketiga
3 Chapter 3: Zhao Lin, Kamu Tidak Layak!
4 Chapter 4: Marquis Yongping Bukan Orang yang Menarik
5 Chapter 5: Keluarga Sampah
6 Chapter 6: Ayah yang Buruk
7 Chapter 7: Istri, Kita Bertemu Lagi!
8 Chapter 8: Separuh Menteri Mati
9 Chapter 9: Mayat yang Terbakar Seperti Daging Panggang
10 Chapter 10: Sudah Jadi Hantu Juga Masih Mengganggu
11 Chapter 11: Kaisar Baru Tidak Akan Sukses
12 Chapter 12: Aku Curiga Mereka Berkonspirasi
13 Chapter 13: Perdana Menteri, Kamu Tidak Adil!
14 Chapter 14: Kaisar, Mohon Selesaikan Titah!
15 Chapter 15: Apakah Kamu Puas?
16 Chapter 16: Ayah, Putri Ketigamu Sungguh Keterlaluan
17 Chapter 17: Sampai Jumpa Lagi, Istri!
18 Chapter 18: Ibu, Buat Marquis Membencinya!
19 Chapter 19: Penyusup
20 Chapter 20: Aku Akan Menikah Denganmu
21 Chapter 21: Siapa Bilang Dia Hilang?
22 Chapter 22: Hadiah Pertunangan Itu Milikku!
23 Chapter 23: Calon Istri Marquis Tidak Sederhana
24 Chapter 24: Menteri Bermasalah
25 Chapter 25: Pikirkan Hal yang Lebih Besar!
26 Chapter 26: Masa Lalu Saudara Sepupu
27 Chapter 27: Kecuali Jika Aku Mati
28 Chapter 28: Mengambil Satu Persatu
29 Chapter 29: Kau Ingin Aku Membantunya Kawin Lari?
30 Chapter 30: Jika Dia Tiada, Posisi Ibu Suri yang Kosong Menjadi Milikmu
31 Chapter 31: Gaun Pernikahan Mewah
32 Chapter 32: Kunjungan Terakhir
33 Chapter 33: Ada Orang yang Ingin Mencelakaimu
34 Chapter 34: Hari Pernikahan Marquis adalah Hari Bahagia
35 Chapter 35: Ayo Tidur Bersama!
36 Chapter 36: Rahmat Sepanjang Hidup
37 Chapter 37: Tidak Mau Mengalah
38 Chapter 38: Menjadi Sebuah Peringatan
39 Chapter 39: Menguntungkan Orang Lain
40 Chapter 40: Keterlibatan Mendiang Kaisar
41 Chapter 41: Kekaisaran Berutang Padamu
42 Chapter 42: Mengubur Zhao Yue
43 Chapter 43: Kehidupan Setelah Kematian
44 Chapter 44: Membidik Keluarga Rong
45 Chapter 45: Izinkan Aku Membantumu
46 Chapter 46: Utang Nyawa Cao Wenyu
47 Chapter 47: Orang yang Gelisah
48 Chapter 48: Pelajaran dari Ayah Mertua
49 Chapter 49: Perihal Membuka Hati
50 Chapter 50: Hati yang Terperangkap Masa Lalu
51 Chapter 51: Aku Benar-Benar Minta Maaf
52 Chapter 52: Menghabisi Janda Permaisuri
53 Chapter 53: Beritahu Aku Siapa Informanmu!
54 Chapter 54: Tugas dari Kaisar Yangle
55 Chapter 55: Jelek dan Miskin
56 Chapter 56: Harus Dibesarkan
57 Chapter 57: Jalan Penuh Duri dan Darah
58 Chapter 58: Jamuan Beracun
59 Chapter 59: Apakah Istri Marquis Sudah Gila?
60 Chapter 60: Aku Menginginkanmu
61 Chapter 61: Biarkan Aku Memilikinya
62 Chapter 62: Ikatan Takdir
63 Chapter 63: Kambing Hitam
64 Chapter 64: Lebih Mudah Mencapai Tujuan
65 Chapter 65: Aku Ingin Bertahan
66 Chapter 66: Ayah, Kenapa Kau Menyusahkanku?
67 Chapter 67: Istri, Mari Ulangi Lagi
68 Chapter 68: Berpikir Tentang Keturunan
69 Chapter 69: Tanda Permaisuri
70 Chapter 70: Jaring Laba-Laba
71 Chapter 71: Darah Selir Agung
72 Chapter 72: Kematian Selir Agung
73 Chapter 73: Kaisar Tidak Akan Mempertahankan Orang Tidak Berguna
74 Chapter 74: Menenangkan Keluarga Gu
75 Chapter 75: Makam Sendiri
76 Chapter 76: Marquis, Cuka Milikmu Tumpah!
77 Chapter 77: Mulai Jatuh
78 Chapter 78: Perihal Raja-Raja
79 Chapter 79: Rahasia Istana Wende
80 Chapter 80: Ruang Kosong
81 Chapter 81: Makan Malam
82 Chapter 82: Perintah Pengurungan
83 Chapter 83: Kau Tidak Pantas Bicara Soal Kepuasan!
84 Chapter 84: Berjalan Bersama
85 Chapter 85: Menuntut Tanggung Jawab
86 Chapter 86: Pertemuan
87 Chapter 87: Melepaskan Perdana Menteri
88 Chapter 88: Mari Bertaruh
89 Chapter 89: Saat-Saat Genting
90 Chapter 90: Pemberangkatan Pasukan
91 Chapter 91: Pengaturan Praktis
92 Chapter 92: Marquis, Bertahanlah!
93 Chapter 93: Jamuan Akhir Musim Panas
94 Chapter 94: Kau Datang Terlambat
95 Chapter 95: Pengunduran Diri
96 Chapter 96: Kebenaran yang Terkubur
97 Chapter 97: Kemenangan
98 Chapter 98: Takhta Baru
99 PEMBERITAHUAN KARYA BARU!!
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Chapter 1: Apakah Posisi Pangeran Mahkota Tidak Cukup Bagimu?
2
Chapter 2: Kamu Adalah Nona Ketiga
3
Chapter 3: Zhao Lin, Kamu Tidak Layak!
4
Chapter 4: Marquis Yongping Bukan Orang yang Menarik
5
Chapter 5: Keluarga Sampah
6
Chapter 6: Ayah yang Buruk
7
Chapter 7: Istri, Kita Bertemu Lagi!
8
Chapter 8: Separuh Menteri Mati
9
Chapter 9: Mayat yang Terbakar Seperti Daging Panggang
10
Chapter 10: Sudah Jadi Hantu Juga Masih Mengganggu
11
Chapter 11: Kaisar Baru Tidak Akan Sukses
12
Chapter 12: Aku Curiga Mereka Berkonspirasi
13
Chapter 13: Perdana Menteri, Kamu Tidak Adil!
14
Chapter 14: Kaisar, Mohon Selesaikan Titah!
15
Chapter 15: Apakah Kamu Puas?
16
Chapter 16: Ayah, Putri Ketigamu Sungguh Keterlaluan
17
Chapter 17: Sampai Jumpa Lagi, Istri!
18
Chapter 18: Ibu, Buat Marquis Membencinya!
19
Chapter 19: Penyusup
20
Chapter 20: Aku Akan Menikah Denganmu
21
Chapter 21: Siapa Bilang Dia Hilang?
22
Chapter 22: Hadiah Pertunangan Itu Milikku!
23
Chapter 23: Calon Istri Marquis Tidak Sederhana
24
Chapter 24: Menteri Bermasalah
25
Chapter 25: Pikirkan Hal yang Lebih Besar!
26
Chapter 26: Masa Lalu Saudara Sepupu
27
Chapter 27: Kecuali Jika Aku Mati
28
Chapter 28: Mengambil Satu Persatu
29
Chapter 29: Kau Ingin Aku Membantunya Kawin Lari?
30
Chapter 30: Jika Dia Tiada, Posisi Ibu Suri yang Kosong Menjadi Milikmu
31
Chapter 31: Gaun Pernikahan Mewah
32
Chapter 32: Kunjungan Terakhir
33
Chapter 33: Ada Orang yang Ingin Mencelakaimu
34
Chapter 34: Hari Pernikahan Marquis adalah Hari Bahagia
35
Chapter 35: Ayo Tidur Bersama!
36
Chapter 36: Rahmat Sepanjang Hidup
37
Chapter 37: Tidak Mau Mengalah
38
Chapter 38: Menjadi Sebuah Peringatan
39
Chapter 39: Menguntungkan Orang Lain
40
Chapter 40: Keterlibatan Mendiang Kaisar
41
Chapter 41: Kekaisaran Berutang Padamu
42
Chapter 42: Mengubur Zhao Yue
43
Chapter 43: Kehidupan Setelah Kematian
44
Chapter 44: Membidik Keluarga Rong
45
Chapter 45: Izinkan Aku Membantumu
46
Chapter 46: Utang Nyawa Cao Wenyu
47
Chapter 47: Orang yang Gelisah
48
Chapter 48: Pelajaran dari Ayah Mertua
49
Chapter 49: Perihal Membuka Hati
50
Chapter 50: Hati yang Terperangkap Masa Lalu
51
Chapter 51: Aku Benar-Benar Minta Maaf
52
Chapter 52: Menghabisi Janda Permaisuri
53
Chapter 53: Beritahu Aku Siapa Informanmu!
54
Chapter 54: Tugas dari Kaisar Yangle
55
Chapter 55: Jelek dan Miskin
56
Chapter 56: Harus Dibesarkan
57
Chapter 57: Jalan Penuh Duri dan Darah
58
Chapter 58: Jamuan Beracun
59
Chapter 59: Apakah Istri Marquis Sudah Gila?
60
Chapter 60: Aku Menginginkanmu
61
Chapter 61: Biarkan Aku Memilikinya
62
Chapter 62: Ikatan Takdir
63
Chapter 63: Kambing Hitam
64
Chapter 64: Lebih Mudah Mencapai Tujuan
65
Chapter 65: Aku Ingin Bertahan
66
Chapter 66: Ayah, Kenapa Kau Menyusahkanku?
67
Chapter 67: Istri, Mari Ulangi Lagi
68
Chapter 68: Berpikir Tentang Keturunan
69
Chapter 69: Tanda Permaisuri
70
Chapter 70: Jaring Laba-Laba
71
Chapter 71: Darah Selir Agung
72
Chapter 72: Kematian Selir Agung
73
Chapter 73: Kaisar Tidak Akan Mempertahankan Orang Tidak Berguna
74
Chapter 74: Menenangkan Keluarga Gu
75
Chapter 75: Makam Sendiri
76
Chapter 76: Marquis, Cuka Milikmu Tumpah!
77
Chapter 77: Mulai Jatuh
78
Chapter 78: Perihal Raja-Raja
79
Chapter 79: Rahasia Istana Wende
80
Chapter 80: Ruang Kosong
81
Chapter 81: Makan Malam
82
Chapter 82: Perintah Pengurungan
83
Chapter 83: Kau Tidak Pantas Bicara Soal Kepuasan!
84
Chapter 84: Berjalan Bersama
85
Chapter 85: Menuntut Tanggung Jawab
86
Chapter 86: Pertemuan
87
Chapter 87: Melepaskan Perdana Menteri
88
Chapter 88: Mari Bertaruh
89
Chapter 89: Saat-Saat Genting
90
Chapter 90: Pemberangkatan Pasukan
91
Chapter 91: Pengaturan Praktis
92
Chapter 92: Marquis, Bertahanlah!
93
Chapter 93: Jamuan Akhir Musim Panas
94
Chapter 94: Kau Datang Terlambat
95
Chapter 95: Pengunduran Diri
96
Chapter 96: Kebenaran yang Terkubur
97
Chapter 97: Kemenangan
98
Chapter 98: Takhta Baru
99
PEMBERITAHUAN KARYA BARU!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!