Chapter 12: Aku Curiga Mereka Berkonspirasi

Lu Yuan menggunakan token keluarga Perdana Menteri untuk melewati pemeriksaan pengawal. Melihat token, walau dengan sedikit keheranan, para penjaga gerbang istana akhirnya membiarkannya masuk tanpa pertanyaan lebih lanjut.

Lu Yuan dengan tenang menapaki jalan istana yang sangat familiar di otaknya.

“Nona, kita tidak pernah masuk ke istana. Mengapa Nona begitu tenang tanpa takut salah jalan?”

Xiao Tao heran karena Nona Ketiga tampaknya tidak asing dengan istana. Dia bahkan bisa tahu jalan-jalan kecil yang membuat mereka lolos dari pengawasan penjaga dan para pelayan. Seakan-akan setiap sudut istana ini sudah dihafal dengan jelas dan tertanam di dalam ingatannya.

Lu Yuan memilih tidak menjawab dan terus meneruskan langkah. Sampai pada akhirnya mereka tiba di Istana Cinning, tempat kediaman Janda Permaisuri.

Para pelayan tidak mengenalinya, namun setelah menunjukkan token, mereka memberikan jalan. Bahkan seorang pelayan sengaja berlari lebih dulu untuk melapor.

Janda Permaisuri Shu adalah ibu kandung Lu Yuan, merupakan Permaisuri dari ayahnya. Usianya sekitar lima puluh tahun, tiga tahun lebih tua dari Shu Yi’an, ibu kandung Zhao Yue. Hanya saja nasib keduanya jauh berbeda. Janda Permaisuri Shu berumur panjang, sementara ibu kandung Zhao Yue mati muda.

Saat ini, Janda Permaisuri Shu sedang setengah berbaring di tempat tidurnya. Sejak Istana Tianji kebakaran dan Kaisar Yangle dinyatakan meninggal, dia jatuh sakit dan belum sembuh.

Janda Permaisuri adalah ibu yang penuh kasih, penyayang, dan pengertian. Sejak ayahnya membesarkan Lu Yuan sebagai laki-laki, ibunya selalu ada untuknya.

Bahkan setelah menjadi Kaisar Yangle, Janda Permaisuri menolak menjadi Ibu Suri dan membiarkan Lu Yuan memerintah sendiri.

Dia menghabiskan sisa hidupnya di Istana Cinning dengan damai sembari menantikan hari ketika Lu Yuan bisa hidup bebas dengan identitasnya.

Siapa sangka, insiden itu terjadi begitu saja dan dalam sekejap, dia kehilangan satu-satunya putrinya. Dia terbaring sakit karena terlalu sedih.

Beruntung kondisinya membaik akhir-akhir ini. Hanya saja Janda Permaisuri belum bersedia bicara menggunakan suaranya.

Melihat ibu kandungnya terbaring sakit dan tidak mau bicara, hati Lu Yuan seperti dicabik-cabik. Ingin sekali rasanya ia menghamburkan diri ke dalam pelukannya, mengadukan segala kejadian yang menimpanya.

Dia sungguh ingin merasakan belaian lembut Janda Permaisuri Shu di rambutnya, menepuk pundaknya sembari mengatakan ‘tidak apa-apa, jangan menangis, semuanya akan membaik’.

Lu Yuan sungguh ingin mendengar suara ibunya yang mengatakan ‘ibunda selalu berada di sini’. Tapi, mustahil mengatakannya di saat Lu Yuan sendiri terjebak dalam kebencian masa lalu yang membelenggunya. Tidak mungkin dia mengatakan bahwa dia adalah Lu Yuan dalam wujud Zhao Yue.

“Zhao Yue memberi hormat kepada Janda Permaisuri,” Lu Yuan membungkukkan tubuhnya. Janda Permaisuri menatapnya, menyelami kedalaman matanya. Tapi, tidak ada sepatah kata pun terdengar.

“Yang Mulia, ini adalah Nona Ketiga dari kediaman Perdana Menteri. Nona Ketiga adalah putri dari Nyonya Shu Yi’an. Apakah Yang Mulia masih mengingatnya?” pelayan di sisinya mencoba mengingatkan.

Seketika mata Janda Permaisuri berbinar dan dia tersenyum. Dia menggerakkan tangannya dan menyuruh Lu Yuan mendekat. Lu Yuan menurut, kemudian duduk di tepi tempat tidur.

Janda Permaisuri mengambil tangannya dan menggenggamnya. Ada bercak air mata yang menggenang di sudut matanya.

“Yue’er, kau sudah besar.”

Suara Janda Permaisuri begitu lembut dan pelan. Mata si pelayan – Xiao Lv berbinar dan wajahnya berubah senang. Setelah satu bulan lebih, apakah akhirnya Janda Permaisuri bersedia bicara lagi?

Dia ingat terakhir kali mendengar suaranya adalah saat Janda Permaisuri memerintahkan penutupan Aula Wende sehari setelah kematian Kaisar Yangle.

“Yang Mulia, Yang Mulia akhirnya bisa bicara lagi, saya sangat senang,” Xiao Lv mengungkapkan rasa syukurnya dengan berkowtow.

“Aku tidak bisu.”

Xiao Lv menunduk menyadari kecerobohannya. Lu Yuan tersenyum kecil, matanya menatap Janda Permaisuri dengan tenang.

“Aku bersyukur Yang Mulia sudah mau bicara lagi. Aku dengar, Yang Mulia jatuh sakit setelah Kaisar meninggal,” ucap Lu Yuan. Dia menahan suara dan emosinya.

“Putraku meninggal begitu saja,” Janda Permaisuri mendesah sejenak. “Tidak mungkin aku tidak terpukul.”

Janda Permaisuri jelas sangat sedih. Bagaimana bisa anaknya mati begitu saja?

Sebelum insiden, dia mendengar pelayan bergosip kalau sesuatu yang besar akan terjadi di istana. Janda Permaisuri tidak berharap kalau kejadian besar itu adalah peristiwa kematian putranya.

“Yue’er, apakah hidupmu baik? Apakah dia memperlakukanmu dengan baik? Aku mendengar banyak rumor kalau kau dianiaya dan menderita sendirian.”

Tatapan Janda Permaisuri meredup. Ada emosi yang bergolak di hatinya.

“Ya. Yang Mulia tidak perlu khawatir. Mereka tidak akan bisa membuatku memilih mati daripada hidup.”

“Zhao Yun adalah Perdana Menteri yang baik tapi dia adalah ayah yang buruk. Bila putraku tahu kebenarannya, apakah dia masih akan mempercayainya? Yue’er, bekas goresan di wajahmu itu, apakah mereka yang melakukannya?”

Lu Yuan tersenyum dan menggeleng. Tidak baik mengumbar keburukan kediaman Perdana Menteri di saat kondisi Janda Permaisuri seperti ini.

Lagipula, bekas lukanya sudah diobati dengan salep dari Gong Zichen. Itu akan sembuh dan tidak akan meninggalkan bekas.

“Tidak apa-apa. Bekas lukanya akan hilang beberapa hari lagi. Yang Mulia, aku dengar Yang Mulia menutup Aula Wende setelah Kaisar Yangle meninggal. Apakah itu benar?”

Tanpa menaruh curiga, Janda Permaisuri mengangguk.

“Mengapa?”

“Karena aku memikirkan putraku.”

Lu Yuan siap mendengarkan. Kali ini, tujuannya masuk istana adalah untuk mencari informasi. Janda Permaisuri tidak pernah bertindak tanpa memikirkan akibat.

Dia biasanya menjauhi urusan duniawi dan menjauhi perselisihan. Secara tiba-tiba, dia memerintahkan menggunakan otoritasnya untuk menutup Aula Wende.

“Kau tahu, meskipun biasanya aku tidak peduli pada urusan pengadilan, bukan berarti mataku buta. Aku tidak bodoh. Mana mungkin kejadiannya sesederhana itu.”

Janda Permaisuri awalnya juga sangat syok dan terpukul. Tapi sehari setelah kematian Lu Yuan, dia kembali berpikir jernih dan menemukan keanehan. Satu bulan lalu adalah puncak musim dingin.

Bahkan api dan arang pun sulit menyala tanpa pemantik. Istana Tianlong yang dijaga ketat tiba-tiba terbakar, bukankah tidak masuk akal?

Dari mana datangnya api yang membakar dan menghancurkan aula? Yang lebih anehnya adalah, mengapa api hanya menewaskan separuh menteri yang dikenal jujur dan membunuh putranya dan kasimnya, sementara separuh menteri yang lain selamat? Apakah api bisa memilih siapa yang ingin dibakar dan menjadi korban?

Satu hal yang paling mengherankan adalah, mengapa Lu Zheng yang belum mendapat izin memasuki pengadilan justru berada di aula dan keluar dari sana dalam keadaan terluka?

Janda Permaisuri memikirkannya lagi selama seharian dan menemukan sebuah kecurigaan.

Gossip para pelayan itu, kebakaran dan kematian putra serta separuh menteri, mendorongnya menarik satu kesimpulan: itu adalah bencana yang disengaja. Kemudian dia teringat pada tingkah laku para pelayan dan menteri yang aneh beberapa hari sebelumnya.

Ada sebuah kabar miring yang sampai ke telinganya entah dari mana: bahwa identitas Kaisar Yangle sebagai wanita terbongkar dan para menteri sedang memaksanya turun dari takhta.

Janda Permaisuri tidak yakin karena selama ini, putranya selalu menyembunyikan identitasnya dengan sangat baik. Tidak mungkin terbongkar semudah itu.

Keanehan itu membuatnya waspada. Karena itulah, Janda Permaisuri memerintahkan penutupan Aula Wende dan tanpa izin khusus, tidak seorang pun boleh masuk.

Tujuannya untuk melindungi tempat tinggal dan semua benda penting yang ada di sana, serta mencari tahu apa yang sebenarnya sedang direncakan Lu Zheng.

Jika putranya mati, maka Lu Zheng otomatis akan menjadi Kaisar baru. Dalam kejadian itu, dialah yang paling diuntungkan.

“Apa Yang Mulia curiga kematian Kaisar Yangle adalah pembunuhan?”

“Yue’er, kita tidak bertemu selama bertahun-tahun. Kau hidup dalam kesengsaraan di kediaman Perdana Menteri. Kau paling tahu kalau hati manusia adalah yang paling sulit ditebak. Aku curiga mereka berkonspirasi.”

Ya, hati manusia adalah yang paling sulit ditebak. Lu Yuan di masa lalu adalah orang yang paling percaya pada Lu Zheng, dia sangat yakin adiknya itu adalah orang baik dan kandidat Kaisar masa depan. Dia mendidiknya dan melatihnya.

Alasan mengapa dia belum mengizinkan Lu Zheng bergabung dalam pengadilan ialah karena usianya terlalu muda dan temperamennya yang pemarah kurang sesuai. Lu Yuan berencana menunggu beberapa tahun lagi, tapi adik baiknya sangat tidak sabar.

Apa yang akan terjadi bila Janda Permaisuri tahu Lu Zheng telah membunuh Lu Yuan dan bersekongkol dengan para menteri korup? Tiba-tiba saja Lu Yuan sulit membayangkannya.

“Yang Mulia, konspirasi atau bukan, bukankah selalu ada orang yang akan mengetahui kebenarannya? Cepat atau lambat, itu pasti terjadi. Jika mendiang kakak Kaisar Yangle meninggal secara tidak adil, seseorang akan menunjukkan jalannya.”

Sudut bibir Janda Permaisuri melengkung membentuk sebuah senyuman. Dia menepuk tangan dan kepala Lu Yuan dengan lembut.

“Putri dari Yi’an memang tidak mengecewakan. Bagaimana jika kau tinggal di sini dan menemaniku lebih lama lagi?”

Terpopuler

Comments

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trussabar

2024-01-21

0

Derajat

Derajat

lanjutkan

2024-01-08

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: Apakah Posisi Pangeran Mahkota Tidak Cukup Bagimu?
2 Chapter 2: Kamu Adalah Nona Ketiga
3 Chapter 3: Zhao Lin, Kamu Tidak Layak!
4 Chapter 4: Marquis Yongping Bukan Orang yang Menarik
5 Chapter 5: Keluarga Sampah
6 Chapter 6: Ayah yang Buruk
7 Chapter 7: Istri, Kita Bertemu Lagi!
8 Chapter 8: Separuh Menteri Mati
9 Chapter 9: Mayat yang Terbakar Seperti Daging Panggang
10 Chapter 10: Sudah Jadi Hantu Juga Masih Mengganggu
11 Chapter 11: Kaisar Baru Tidak Akan Sukses
12 Chapter 12: Aku Curiga Mereka Berkonspirasi
13 Chapter 13: Perdana Menteri, Kamu Tidak Adil!
14 Chapter 14: Kaisar, Mohon Selesaikan Titah!
15 Chapter 15: Apakah Kamu Puas?
16 Chapter 16: Ayah, Putri Ketigamu Sungguh Keterlaluan
17 Chapter 17: Sampai Jumpa Lagi, Istri!
18 Chapter 18: Ibu, Buat Marquis Membencinya!
19 Chapter 19: Penyusup
20 Chapter 20: Aku Akan Menikah Denganmu
21 Chapter 21: Siapa Bilang Dia Hilang?
22 Chapter 22: Hadiah Pertunangan Itu Milikku!
23 Chapter 23: Calon Istri Marquis Tidak Sederhana
24 Chapter 24: Menteri Bermasalah
25 Chapter 25: Pikirkan Hal yang Lebih Besar!
26 Chapter 26: Masa Lalu Saudara Sepupu
27 Chapter 27: Kecuali Jika Aku Mati
28 Chapter 28: Mengambil Satu Persatu
29 Chapter 29: Kau Ingin Aku Membantunya Kawin Lari?
30 Chapter 30: Jika Dia Tiada, Posisi Ibu Suri yang Kosong Menjadi Milikmu
31 Chapter 31: Gaun Pernikahan Mewah
32 Chapter 32: Kunjungan Terakhir
33 Chapter 33: Ada Orang yang Ingin Mencelakaimu
34 Chapter 34: Hari Pernikahan Marquis adalah Hari Bahagia
35 Chapter 35: Ayo Tidur Bersama!
36 Chapter 36: Rahmat Sepanjang Hidup
37 Chapter 37: Tidak Mau Mengalah
38 Chapter 38: Menjadi Sebuah Peringatan
39 Chapter 39: Menguntungkan Orang Lain
40 Chapter 40: Keterlibatan Mendiang Kaisar
41 Chapter 41: Kekaisaran Berutang Padamu
42 Chapter 42: Mengubur Zhao Yue
43 Chapter 43: Kehidupan Setelah Kematian
44 Chapter 44: Membidik Keluarga Rong
45 Chapter 45: Izinkan Aku Membantumu
46 Chapter 46: Utang Nyawa Cao Wenyu
47 Chapter 47: Orang yang Gelisah
48 Chapter 48: Pelajaran dari Ayah Mertua
49 Chapter 49: Perihal Membuka Hati
50 Chapter 50: Hati yang Terperangkap Masa Lalu
51 Chapter 51: Aku Benar-Benar Minta Maaf
52 Chapter 52: Menghabisi Janda Permaisuri
53 Chapter 53: Beritahu Aku Siapa Informanmu!
54 Chapter 54: Tugas dari Kaisar Yangle
55 Chapter 55: Jelek dan Miskin
56 Chapter 56: Harus Dibesarkan
57 Chapter 57: Jalan Penuh Duri dan Darah
58 Chapter 58: Jamuan Beracun
59 Chapter 59: Apakah Istri Marquis Sudah Gila?
60 Chapter 60: Aku Menginginkanmu
61 Chapter 61: Biarkan Aku Memilikinya
62 Chapter 62: Ikatan Takdir
63 Chapter 63: Kambing Hitam
64 Chapter 64: Lebih Mudah Mencapai Tujuan
65 Chapter 65: Aku Ingin Bertahan
66 Chapter 66: Ayah, Kenapa Kau Menyusahkanku?
67 Chapter 67: Istri, Mari Ulangi Lagi
68 Chapter 68: Berpikir Tentang Keturunan
69 Chapter 69: Tanda Permaisuri
70 Chapter 70: Jaring Laba-Laba
71 Chapter 71: Darah Selir Agung
72 Chapter 72: Kematian Selir Agung
73 Chapter 73: Kaisar Tidak Akan Mempertahankan Orang Tidak Berguna
74 Chapter 74: Menenangkan Keluarga Gu
75 Chapter 75: Makam Sendiri
76 Chapter 76: Marquis, Cuka Milikmu Tumpah!
77 Chapter 77: Mulai Jatuh
78 Chapter 78: Perihal Raja-Raja
79 Chapter 79: Rahasia Istana Wende
80 Chapter 80: Ruang Kosong
81 Chapter 81: Makan Malam
82 Chapter 82: Perintah Pengurungan
83 Chapter 83: Kau Tidak Pantas Bicara Soal Kepuasan!
84 Chapter 84: Berjalan Bersama
85 Chapter 85: Menuntut Tanggung Jawab
86 Chapter 86: Pertemuan
87 Chapter 87: Melepaskan Perdana Menteri
88 Chapter 88: Mari Bertaruh
89 Chapter 89: Saat-Saat Genting
90 Chapter 90: Pemberangkatan Pasukan
91 Chapter 91: Pengaturan Praktis
92 Chapter 92: Marquis, Bertahanlah!
93 Chapter 93: Jamuan Akhir Musim Panas
94 Chapter 94: Kau Datang Terlambat
95 Chapter 95: Pengunduran Diri
96 Chapter 96: Kebenaran yang Terkubur
97 Chapter 97: Kemenangan
98 Chapter 98: Takhta Baru
99 PEMBERITAHUAN KARYA BARU!!
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Chapter 1: Apakah Posisi Pangeran Mahkota Tidak Cukup Bagimu?
2
Chapter 2: Kamu Adalah Nona Ketiga
3
Chapter 3: Zhao Lin, Kamu Tidak Layak!
4
Chapter 4: Marquis Yongping Bukan Orang yang Menarik
5
Chapter 5: Keluarga Sampah
6
Chapter 6: Ayah yang Buruk
7
Chapter 7: Istri, Kita Bertemu Lagi!
8
Chapter 8: Separuh Menteri Mati
9
Chapter 9: Mayat yang Terbakar Seperti Daging Panggang
10
Chapter 10: Sudah Jadi Hantu Juga Masih Mengganggu
11
Chapter 11: Kaisar Baru Tidak Akan Sukses
12
Chapter 12: Aku Curiga Mereka Berkonspirasi
13
Chapter 13: Perdana Menteri, Kamu Tidak Adil!
14
Chapter 14: Kaisar, Mohon Selesaikan Titah!
15
Chapter 15: Apakah Kamu Puas?
16
Chapter 16: Ayah, Putri Ketigamu Sungguh Keterlaluan
17
Chapter 17: Sampai Jumpa Lagi, Istri!
18
Chapter 18: Ibu, Buat Marquis Membencinya!
19
Chapter 19: Penyusup
20
Chapter 20: Aku Akan Menikah Denganmu
21
Chapter 21: Siapa Bilang Dia Hilang?
22
Chapter 22: Hadiah Pertunangan Itu Milikku!
23
Chapter 23: Calon Istri Marquis Tidak Sederhana
24
Chapter 24: Menteri Bermasalah
25
Chapter 25: Pikirkan Hal yang Lebih Besar!
26
Chapter 26: Masa Lalu Saudara Sepupu
27
Chapter 27: Kecuali Jika Aku Mati
28
Chapter 28: Mengambil Satu Persatu
29
Chapter 29: Kau Ingin Aku Membantunya Kawin Lari?
30
Chapter 30: Jika Dia Tiada, Posisi Ibu Suri yang Kosong Menjadi Milikmu
31
Chapter 31: Gaun Pernikahan Mewah
32
Chapter 32: Kunjungan Terakhir
33
Chapter 33: Ada Orang yang Ingin Mencelakaimu
34
Chapter 34: Hari Pernikahan Marquis adalah Hari Bahagia
35
Chapter 35: Ayo Tidur Bersama!
36
Chapter 36: Rahmat Sepanjang Hidup
37
Chapter 37: Tidak Mau Mengalah
38
Chapter 38: Menjadi Sebuah Peringatan
39
Chapter 39: Menguntungkan Orang Lain
40
Chapter 40: Keterlibatan Mendiang Kaisar
41
Chapter 41: Kekaisaran Berutang Padamu
42
Chapter 42: Mengubur Zhao Yue
43
Chapter 43: Kehidupan Setelah Kematian
44
Chapter 44: Membidik Keluarga Rong
45
Chapter 45: Izinkan Aku Membantumu
46
Chapter 46: Utang Nyawa Cao Wenyu
47
Chapter 47: Orang yang Gelisah
48
Chapter 48: Pelajaran dari Ayah Mertua
49
Chapter 49: Perihal Membuka Hati
50
Chapter 50: Hati yang Terperangkap Masa Lalu
51
Chapter 51: Aku Benar-Benar Minta Maaf
52
Chapter 52: Menghabisi Janda Permaisuri
53
Chapter 53: Beritahu Aku Siapa Informanmu!
54
Chapter 54: Tugas dari Kaisar Yangle
55
Chapter 55: Jelek dan Miskin
56
Chapter 56: Harus Dibesarkan
57
Chapter 57: Jalan Penuh Duri dan Darah
58
Chapter 58: Jamuan Beracun
59
Chapter 59: Apakah Istri Marquis Sudah Gila?
60
Chapter 60: Aku Menginginkanmu
61
Chapter 61: Biarkan Aku Memilikinya
62
Chapter 62: Ikatan Takdir
63
Chapter 63: Kambing Hitam
64
Chapter 64: Lebih Mudah Mencapai Tujuan
65
Chapter 65: Aku Ingin Bertahan
66
Chapter 66: Ayah, Kenapa Kau Menyusahkanku?
67
Chapter 67: Istri, Mari Ulangi Lagi
68
Chapter 68: Berpikir Tentang Keturunan
69
Chapter 69: Tanda Permaisuri
70
Chapter 70: Jaring Laba-Laba
71
Chapter 71: Darah Selir Agung
72
Chapter 72: Kematian Selir Agung
73
Chapter 73: Kaisar Tidak Akan Mempertahankan Orang Tidak Berguna
74
Chapter 74: Menenangkan Keluarga Gu
75
Chapter 75: Makam Sendiri
76
Chapter 76: Marquis, Cuka Milikmu Tumpah!
77
Chapter 77: Mulai Jatuh
78
Chapter 78: Perihal Raja-Raja
79
Chapter 79: Rahasia Istana Wende
80
Chapter 80: Ruang Kosong
81
Chapter 81: Makan Malam
82
Chapter 82: Perintah Pengurungan
83
Chapter 83: Kau Tidak Pantas Bicara Soal Kepuasan!
84
Chapter 84: Berjalan Bersama
85
Chapter 85: Menuntut Tanggung Jawab
86
Chapter 86: Pertemuan
87
Chapter 87: Melepaskan Perdana Menteri
88
Chapter 88: Mari Bertaruh
89
Chapter 89: Saat-Saat Genting
90
Chapter 90: Pemberangkatan Pasukan
91
Chapter 91: Pengaturan Praktis
92
Chapter 92: Marquis, Bertahanlah!
93
Chapter 93: Jamuan Akhir Musim Panas
94
Chapter 94: Kau Datang Terlambat
95
Chapter 95: Pengunduran Diri
96
Chapter 96: Kebenaran yang Terkubur
97
Chapter 97: Kemenangan
98
Chapter 98: Takhta Baru
99
PEMBERITAHUAN KARYA BARU!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!