Chapter 5: Keluarga Sampah

Malam harinya, cuaca semakin dingin. Penerangan di kamar Lu Yuan hanya cukup untuk dua jam, jika lilinnya habis, maka kediaman utara akan benar-benar gelap.

Hawa dingin semakin menusuk, hujan salju masih turun sejak sore. Di dalam ruangan, Xiao Tao mencoba menghangatkan tubuh Lu Yuan dengan menambahkan selapis selimut usang.

Lu Yuan menolak, menyuruh gadis pelayan itu untuk memakainya sendiri. Dulu ketika Li Jing, kasim yang ditempatkan ayahnya untuk melayaninya memakaikan jubah bulu rubah yang hangat, Lu Yuan terkadang menolaknya.

Tubuhnya bisa menahan hawa dingin, tetapi dengan tubuhnya yang sekarang, ia sedikit ragu. Ruangan ini terpencil dan tidak ramah ditinggali, jika Lu Yuan memaksakan diri menerima satu selimut, maka Xiao Tao yang akan membeku.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki tegas yang agak terburu-buru.

“Buka pintunya! ****** kecil, kau berani tidur?”

Suara itu terdengar asing. Itu bukan Zhao Lin atau Gong Zichen.

Pintu kamar Lu Yuan didobrak dari luar dan seorang bibi bertubuh gendut berwajah bulat berjalan masuk dengan enggan. Wajahnya terlihat sangat marah dan garang. Dia menunjuk Lu Yuan seperti sampah yang menjijikan.

“Cepat pergi ke kediaman utama! Tuan Perdana Menteri memanggilmu!”

Itu adalah Bibi Wei, seorang pelayan utama kediaman Perdana Menteri. Dia diutus kemari untuk memanggil Lu Yuan.

Mata yang dipenuhi dengan keengganan dan ketidaksukaan itu membuat Lu Yuan mengernyit. Apakah kediaman Perdana Menteri begitu buruk? Mengapa seorang pelayan saja bisa sampai berani tidak sopan?

Ia tahu inilah saatnya menemui Perdana Menteri, Zhao Yun. Zhao Yun adalah Perdana Menteri yang netral dan tidak memihak. Sepanjang pemerintahan Lu Yuan, Zhao Yun tidak pernah terlibat perselisihan dengan menteri lain.

Tetapi, setelah kematiannya, Lu Yuan mulai ragu. Ia ingin tahu apakah Perdana Menteri Zhao Yun yang dipercayainya adalah orang jujur atau tidak.

Sebelum itu, Lu Yuan ingin mengatasi pelayan ini terlebih dahulu. Terbiasa dengan gayanya sebagai Kaisar Yangle, Lu Yuan menatap Bibi Wei dengan sorot mata tajam. Alisnya terangkat sebelah, menampilkan ketidaksenangan yang nyata.

Seumur hidupnya, dia tidak pernah mendapat tatapan jijik dari orang yang lebih rendah darinya. Melihat seorang pelayan tidak sopan seperti ini, hati Lu Yuan jadi benci. Dia benci dipandang rendah dan hina.

Bibi Wei terkejut setengah mati. Apa yang terjadi? Mengapa….mengapa Nona Ketiga terlihat sangat berbeda? Dia biasanya memiliki sorot mata sayu dan ketakutan setiap kali mendengar Perdana Menteri memanggilnya.

Setiap kali dia digertak, dia akan meringkuk di sudut dinding atau di tempat tidur dan tidak berani menggertak balik. Malam ini, mengapa berbeda?

Bibi Wei merasakan punggung dan hatinya menjadi dingin dan tanpa sadar tubuhnya bergetar. Ketika Lu Yuan berjalan mendekat kepadanya dengan yakin, Bibi Wei merasakan firasat buruk.

Bibi Wei mencoba menegakkan punggungnya, mengatasi ketakutan di hatinya. Dia tidak boleh lupa kalau Nona Ketiga adalah orang tidak berguna yang tidak disayangi.

Di antara putra-putri Perdana Menteri, yang patut ditakuti tapi harus didekati adalah Nona Kedua. Nona Ketiga tidak ada apa-apanya!

“Apakah bawahan sepertimu tidak diajarkan cara berbicara yang benar?”

Nada suara Lu Yuan teredam dan terdengar sangat dingin. Suaranya bahkan lebih dingin dari salju di luar. Bibi Wei tidak bisa tidak terkejut, dia mendongak menatapnya lebih lama.

Mata yang biasanya sayu, sekarang begitu jernih dan terdapat kilatan kemarahan yang tertahan. Aura ini…. Mengapa rasanya familier?

“Saya datang karena Tuan memanggil Anda. Nona Ketiga, apakah Anda ingin menunda urusan?”

Sudut bibir Lu Yuan terangkat membentuk sebuah seringaian kecil. Bibi Wei membelalak, dia mencoba menahan ketakutan dan rasa gugupnya.

Tanpa menunggu lama, sebuah suara yang sangat keras dari hasil benturan dua kulit manusia terdengar. Pipi Bibi Wei yang bulat menampilkan bekas merah yang menjari dan tubuhnya terhunyung ke belakang.

“Sebelum menyampaikan perintah Perdana Menteri, kau seharusnya belajar cara bicara yang benar!”

Plak!!!!

Satu tamparan kembali mendarat di pipi Bibi Wei. Kali ini, tubuh Bibi Wei tidak mampu menahannya lagi dan ambruk ke lantai yang basah. Rupanya, salju dari luar ikut berhembus ke dalam, mencair dan membasahi lantai kayu yang sudah usang. Bibi Wei membisu, semua perkataannya tertahan di tenggorokan.

Barusan, Nona Ketiga menamparnya? Dua kali?

Jika tubuh Zhao Yue tidak lemah, Lu Yuan bisa saja menendang Bibi Wei keluar dari kamar. Tapi, dengan tubuh seperti ini yang masih memerlukan pelatihan, Lu Yuan hanya bisa menamparnya. Sedikit tenaga sudah cukup membuat pipi wanita tua itu bengkak selama lima hari.

“Tunjukkan jalannya!” seru Lu Yuan.

Bibi Wei tidak mampu bicara. Sembari menahan sakit dan kemarahannya, dia berjalan lebih dulu. Jarak dari kediaman utara ke kediaman utama cukup jauh.

Lu Yuan tidak punya baju hangat, meski tubuhnya bisa menahan dingin, tapi salju-salju itu tetap sedikit mengganggu. Apalagi, dia berjalan tanpa payung dan butiran-butiran salju mendarat di rambutnya.

Tidak lama kemudian, mereka tiba di kediaman utama. Lu Yuan langsung dibawa masuk ke dalam aula.

Suhu di dalam aula lebih hangat, ada beberapa tungku api menyala di beberapa sisi. Penerangannya sangat cukup, sehingga semua objek di dalamnya terlihat dengan jelas.

Di kursi utama, Zhao Yun sudah duduk bersama seorang wanita. Wajahnya tampak tidak senang.

Sementara itu, di kursi lain, Zhao Lin menangis sampai matanya sembab. Tangannya diperban dengan kasa putih. Pelayan di sisinya terus memberikan saputangan. Wajahnya sangat menyedihkan dan jelek.

“Tuan, Nona Ketiga sudah tiba,” ucap Bibi Wei.

Bibi Wei berjalan ke belakang, kemudian berdiri di sisi seorang wanita berusia sekitar empat puluh tahun. Berdasarkan ingatan saat masih di istana, Lu Yuan mengenali wanita itu. Dia adalah Cao Wenyu, istri kedua Zhao Yun. Semua orang memanggilnya sebagai Nyonya Cao, tetapi identitas sebenarnya hanyalah selir.

Ekspresi Zhao Yun menjadi sangat jelek saat matanya menangkap kehadiran Lu Yuan di aula. Lu Yuan tiba-tiba tersenyum dalam hatinya.

Sebelum mati, Zhao Yun, Perdana Menteri yang dipercayainya ini, selalu menampilkan ekspresi yang bagus setiap kali bertemu dengannya. Melihat ekspresi jeleknya, Lu Yuan tidak bisa menahan diri untuk mencibir diam-diam.

“Berlutut!” Zhao Yun berteriak. Lu Yuan mendongak, alisnya berkerut dalam.

Melihat putri ketiganya yang tidak berguna diam saja, Zhao Yun jadi sangat marah. Tapi, Lu Yuan bukan orang yang mudah terintimidasi.

Dia balas menatap Zhao Yun, sama seperti dia menatap pria setengah baya itu ketika masih menjadi Kaisar Yangle. Ekspresinya tenang.

“Mengapa aku harus berlutut?” tanya Lu Yuan.

“Masih bertanya?”

Cao Wenyu, si selir yang mengaku-ngaku menjadi Nyonya buru-buru memanfaatkan kesempatan. Dia menangis dan mengadu kepada Zhao Yun dengan ekspresi menyedihkan.

“Nona Ketiga, mengapa kau begitu tega? Kakakmu hanya datang mengunjungimu, tapi kamu malah menganiayanya! Tuan, Nona Kedua selalu bersikap baik, tidak adil baginya mendapat perlakuan seperti itu!”

“Lihat, tangannya bengkak dan harus diperban. Jika itu meninggalkan bekas atau tidak sembuh, hidupnya akan hancur! Tuan, tolonglah putriku!”

Cao Wenyu mengelap air mata buaya di sudut matanya. Hatinya yang gelap dipenuhi kebencian pada Nona Ketiga, sebab karena keberadaannya, posisi Zhao Lin sebagai Nona Kedua memiliki kekurangan.

Nona Ketiga adalah putri sah, seburuk apapun dia, tidak akan membuat statusnya sebagai putri sah turun. Sementara itu, putrinya adalah putri selir, bukan putri sah dan meski cantik serta memiliki banyak bakat, orang tetap akan memandangnya sebagai Nona Kedua yang lahir sebagai putri tidak sah.

“Tetapi, mungkin Nona Ketiga juga tidak sengaja. Tuan, berbelas kasihlah, jangan menghukumnya dengan keras,” Cao Wenyu melanjutkan.

Lu Yuan mendecih jijik. Jadi, seperti inilah wajah asli Nyonya Cao Wenyu, yang setiap kali datang ke istana dan ikut perjamuan selalu tampil sebagai Nyonya yang bermartabat dan lembut. Ternyata, itu semua hanya sebuah topeng untuk menutupi kebusukan wajah dan ketidaktahumaluannya.

“Zhao Yue, kau tahu kesalahanmu? Lihat! Ibumu sudah membantumu bicara meskipun putrinya dianiaya!” teriak Zhao Yun. Kemarahan seperti ini membuat Lu Yuan mengernyitkan dahi sebentar dan berubah kembali menjadi tenang.

“Ibu? Sejak kapan dia menjadi ibuku?” tanya Lu Yuan. “Ibuku adalah Shu Yi’an. Sejak kapan ibuku menjadi Cao Wenyu?”

Zhao Yun membelalak terkejut. Mengapa putrinya berkata seperti itu? Biasanya, dia akan langsung menurut ketika disuruh berlutut dan menangis mengakui kesalahan.

Malam ini, mengapa rasanya dia sangat berbeda? Bukan hanya tidak patuh, putrinya juga berani menjawab dan mempertanyakannya. Apakah ini adalah Zhao Yue, putri ketiganya?

“Kau! Berani kau tidak sopan pada ibumu! Dia adalah Nyonya Perdana Menteri! Setelah ibumu meninggal, dia yang merawat dan membesarkanmu!”

Lu Yuan pura-pura mengingat dengan menutup mata sebentar, lalu mengernyit. Semua orang di dalam aula bertanya-tanya sebenarnya apa yang ingin dilakukan oleh Nona Ketiga.

Hari ini, mereka sudah dibuat heran dengan perubahan perilakunya. Di hadapan Perdana Menteri, ternyata itu semua sama saja.

“Begitu, ya? Apakah yang dikatakan merawat dan membesarkan adalah membiarkanku tumbuh besar sendirian di kediaman utara?”

“Adik Ketiga! Mengapa kau bicara begitu? Apakah kau mencoba mempertanyakan kasih sayang ayah dan ibuku padamu?”

Zhao Lin tidak terima dia dianiaya dan sangat membenci adiknya. Hari ini, jika sampai dia lolos, Zhao Lin tidak akan pernah membiarkannya! Dia akan menyiksanya sampai mati!

“Nona Ketiga, aku tahu kau memiliki kebencian terhadapku. Tapi, kau juga tidak boleh mempertanyakan kasih sayang Tuan padamu dan melampiaskan kemarahanmu pada Nona Kedua,” Cao Wenyu sesenggukan.

“Hak apa yang kau miliki untuk bicara seperti itu padaku?” Lu Yuan menepis perkataan Cao Wenyu. “Kau tidak memiliki hak bicara dengan cara seperti itu padaku.”

“Apa-apa maksud Nona Ketiga? Aku adalah ibumu dan Nyonya Perdana Menteri, tentu saja aku punya hak bicara,” ucap Cao Wenyu.

“Selir Cao,” Lu Yuan memejamkan mata sejenak. “Seingatku, kau adalah selir dan kediaman ini tidak pernah memiliki Nyonya selain Nyonya Shu.”

Mendengar Lu Yuan menekankan status, hati Cao Wenyu dan Zhao Lin dibakar api kecemburuan yang membara. Sialan! Sejak kapan ****** kecil itu pandai bicara soal status! Sejak Shu Yi’an meninggal, kediaman ini berada di bawah pengelolaannya!

“Aku adalah putri Shu Yi’an, istri sah Perdana Menteri. Kepada siapa aku melampiaskan amarahku, apakah kau berhak bertanya?”

Cao Wenyu membisu. Dibandingkan dengan selir, posisi putri sah selalu lebih tinggi dari siapapun. Bahkan meski di depan Kaisar sekalipun, selir tetaplah selir.

Cao Wenyu merasa dirinya dijatuhkan, hatinya terbakar oleh kemarahan dan kebencian. Mengapa Nona Ketiga tidak mati saja?

Di kursinya, Zhao Yun memijat pelipisnya. Wajahnya memerah menahan amarah. Sudah sejak lama perselisihan internal kediamannya terjadi. Kedua putrinya tidak akur.

Nona Kedua selalu menindas Nona Ketiga. Tapi karena Nona Kedua lebih unggul dalam beberapa hal, Zhao Yun menutup matanya dan membiarkan itu sebagai perselisihan biasa.

Masalah pengangkatan Kaisar baru sudah sangat memusingkan. Ditambah dengan masalah keluarga, Zhao Yun benar-benar stress.

Putri ketiga yang biasanya penurut tiba-tiba berubah, bahkan berani menyakiti putri kedua secara terang-terangan. Apa yang harus dilakukan olehnya jika masalah ini tersebar ke luar kediaman?

Tapi, Lu Yuan tidak peduli beban seperti apa yang ada di pikiran Zhao Yun. Dia hanya peduli pada diri sendiri saat ini.

Memberi pelajaran pada Zhao Lin dan menunjukkan bahwa dirinya tidak lagi mudah digertak adalah soal utama. Lu Yuan tidak akan pernah mengaku kalah!

“Selir Cao, apakah kau punya kualifikasi untuk bicara dengan cara seperti itu padaku?”

Terpopuler

Comments

Derajat

Derajat

Li Yuan memang Hebat

2024-01-08

1

Jumaeda

Jumaeda

Hebat kamu Lu Yuan, hajar terus jgn sampe kendor hihihiiii

2023-12-14

1

sunflower01

sunflower01

bagus lu Yuan
... tunjukkan kejahatan mereka

2023-11-10

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: Apakah Posisi Pangeran Mahkota Tidak Cukup Bagimu?
2 Chapter 2: Kamu Adalah Nona Ketiga
3 Chapter 3: Zhao Lin, Kamu Tidak Layak!
4 Chapter 4: Marquis Yongping Bukan Orang yang Menarik
5 Chapter 5: Keluarga Sampah
6 Chapter 6: Ayah yang Buruk
7 Chapter 7: Istri, Kita Bertemu Lagi!
8 Chapter 8: Separuh Menteri Mati
9 Chapter 9: Mayat yang Terbakar Seperti Daging Panggang
10 Chapter 10: Sudah Jadi Hantu Juga Masih Mengganggu
11 Chapter 11: Kaisar Baru Tidak Akan Sukses
12 Chapter 12: Aku Curiga Mereka Berkonspirasi
13 Chapter 13: Perdana Menteri, Kamu Tidak Adil!
14 Chapter 14: Kaisar, Mohon Selesaikan Titah!
15 Chapter 15: Apakah Kamu Puas?
16 Chapter 16: Ayah, Putri Ketigamu Sungguh Keterlaluan
17 Chapter 17: Sampai Jumpa Lagi, Istri!
18 Chapter 18: Ibu, Buat Marquis Membencinya!
19 Chapter 19: Penyusup
20 Chapter 20: Aku Akan Menikah Denganmu
21 Chapter 21: Siapa Bilang Dia Hilang?
22 Chapter 22: Hadiah Pertunangan Itu Milikku!
23 Chapter 23: Calon Istri Marquis Tidak Sederhana
24 Chapter 24: Menteri Bermasalah
25 Chapter 25: Pikirkan Hal yang Lebih Besar!
26 Chapter 26: Masa Lalu Saudara Sepupu
27 Chapter 27: Kecuali Jika Aku Mati
28 Chapter 28: Mengambil Satu Persatu
29 Chapter 29: Kau Ingin Aku Membantunya Kawin Lari?
30 Chapter 30: Jika Dia Tiada, Posisi Ibu Suri yang Kosong Menjadi Milikmu
31 Chapter 31: Gaun Pernikahan Mewah
32 Chapter 32: Kunjungan Terakhir
33 Chapter 33: Ada Orang yang Ingin Mencelakaimu
34 Chapter 34: Hari Pernikahan Marquis adalah Hari Bahagia
35 Chapter 35: Ayo Tidur Bersama!
36 Chapter 36: Rahmat Sepanjang Hidup
37 Chapter 37: Tidak Mau Mengalah
38 Chapter 38: Menjadi Sebuah Peringatan
39 Chapter 39: Menguntungkan Orang Lain
40 Chapter 40: Keterlibatan Mendiang Kaisar
41 Chapter 41: Kekaisaran Berutang Padamu
42 Chapter 42: Mengubur Zhao Yue
43 Chapter 43: Kehidupan Setelah Kematian
44 Chapter 44: Membidik Keluarga Rong
45 Chapter 45: Izinkan Aku Membantumu
46 Chapter 46: Utang Nyawa Cao Wenyu
47 Chapter 47: Orang yang Gelisah
48 Chapter 48: Pelajaran dari Ayah Mertua
49 Chapter 49: Perihal Membuka Hati
50 Chapter 50: Hati yang Terperangkap Masa Lalu
51 Chapter 51: Aku Benar-Benar Minta Maaf
52 Chapter 52: Menghabisi Janda Permaisuri
53 Chapter 53: Beritahu Aku Siapa Informanmu!
54 Chapter 54: Tugas dari Kaisar Yangle
55 Chapter 55: Jelek dan Miskin
56 Chapter 56: Harus Dibesarkan
57 Chapter 57: Jalan Penuh Duri dan Darah
58 Chapter 58: Jamuan Beracun
59 Chapter 59: Apakah Istri Marquis Sudah Gila?
60 Chapter 60: Aku Menginginkanmu
61 Chapter 61: Biarkan Aku Memilikinya
62 Chapter 62: Ikatan Takdir
63 Chapter 63: Kambing Hitam
64 Chapter 64: Lebih Mudah Mencapai Tujuan
65 Chapter 65: Aku Ingin Bertahan
66 Chapter 66: Ayah, Kenapa Kau Menyusahkanku?
67 Chapter 67: Istri, Mari Ulangi Lagi
68 Chapter 68: Berpikir Tentang Keturunan
69 Chapter 69: Tanda Permaisuri
70 Chapter 70: Jaring Laba-Laba
71 Chapter 71: Darah Selir Agung
72 Chapter 72: Kematian Selir Agung
73 Chapter 73: Kaisar Tidak Akan Mempertahankan Orang Tidak Berguna
74 Chapter 74: Menenangkan Keluarga Gu
75 Chapter 75: Makam Sendiri
76 Chapter 76: Marquis, Cuka Milikmu Tumpah!
77 Chapter 77: Mulai Jatuh
78 Chapter 78: Perihal Raja-Raja
79 Chapter 79: Rahasia Istana Wende
80 Chapter 80: Ruang Kosong
81 Chapter 81: Makan Malam
82 Chapter 82: Perintah Pengurungan
83 Chapter 83: Kau Tidak Pantas Bicara Soal Kepuasan!
84 Chapter 84: Berjalan Bersama
85 Chapter 85: Menuntut Tanggung Jawab
86 Chapter 86: Pertemuan
87 Chapter 87: Melepaskan Perdana Menteri
88 Chapter 88: Mari Bertaruh
89 Chapter 89: Saat-Saat Genting
90 Chapter 90: Pemberangkatan Pasukan
91 Chapter 91: Pengaturan Praktis
92 Chapter 92: Marquis, Bertahanlah!
93 Chapter 93: Jamuan Akhir Musim Panas
94 Chapter 94: Kau Datang Terlambat
95 Chapter 95: Pengunduran Diri
96 Chapter 96: Kebenaran yang Terkubur
97 Chapter 97: Kemenangan
98 Chapter 98: Takhta Baru
99 PEMBERITAHUAN KARYA BARU!!
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Chapter 1: Apakah Posisi Pangeran Mahkota Tidak Cukup Bagimu?
2
Chapter 2: Kamu Adalah Nona Ketiga
3
Chapter 3: Zhao Lin, Kamu Tidak Layak!
4
Chapter 4: Marquis Yongping Bukan Orang yang Menarik
5
Chapter 5: Keluarga Sampah
6
Chapter 6: Ayah yang Buruk
7
Chapter 7: Istri, Kita Bertemu Lagi!
8
Chapter 8: Separuh Menteri Mati
9
Chapter 9: Mayat yang Terbakar Seperti Daging Panggang
10
Chapter 10: Sudah Jadi Hantu Juga Masih Mengganggu
11
Chapter 11: Kaisar Baru Tidak Akan Sukses
12
Chapter 12: Aku Curiga Mereka Berkonspirasi
13
Chapter 13: Perdana Menteri, Kamu Tidak Adil!
14
Chapter 14: Kaisar, Mohon Selesaikan Titah!
15
Chapter 15: Apakah Kamu Puas?
16
Chapter 16: Ayah, Putri Ketigamu Sungguh Keterlaluan
17
Chapter 17: Sampai Jumpa Lagi, Istri!
18
Chapter 18: Ibu, Buat Marquis Membencinya!
19
Chapter 19: Penyusup
20
Chapter 20: Aku Akan Menikah Denganmu
21
Chapter 21: Siapa Bilang Dia Hilang?
22
Chapter 22: Hadiah Pertunangan Itu Milikku!
23
Chapter 23: Calon Istri Marquis Tidak Sederhana
24
Chapter 24: Menteri Bermasalah
25
Chapter 25: Pikirkan Hal yang Lebih Besar!
26
Chapter 26: Masa Lalu Saudara Sepupu
27
Chapter 27: Kecuali Jika Aku Mati
28
Chapter 28: Mengambil Satu Persatu
29
Chapter 29: Kau Ingin Aku Membantunya Kawin Lari?
30
Chapter 30: Jika Dia Tiada, Posisi Ibu Suri yang Kosong Menjadi Milikmu
31
Chapter 31: Gaun Pernikahan Mewah
32
Chapter 32: Kunjungan Terakhir
33
Chapter 33: Ada Orang yang Ingin Mencelakaimu
34
Chapter 34: Hari Pernikahan Marquis adalah Hari Bahagia
35
Chapter 35: Ayo Tidur Bersama!
36
Chapter 36: Rahmat Sepanjang Hidup
37
Chapter 37: Tidak Mau Mengalah
38
Chapter 38: Menjadi Sebuah Peringatan
39
Chapter 39: Menguntungkan Orang Lain
40
Chapter 40: Keterlibatan Mendiang Kaisar
41
Chapter 41: Kekaisaran Berutang Padamu
42
Chapter 42: Mengubur Zhao Yue
43
Chapter 43: Kehidupan Setelah Kematian
44
Chapter 44: Membidik Keluarga Rong
45
Chapter 45: Izinkan Aku Membantumu
46
Chapter 46: Utang Nyawa Cao Wenyu
47
Chapter 47: Orang yang Gelisah
48
Chapter 48: Pelajaran dari Ayah Mertua
49
Chapter 49: Perihal Membuka Hati
50
Chapter 50: Hati yang Terperangkap Masa Lalu
51
Chapter 51: Aku Benar-Benar Minta Maaf
52
Chapter 52: Menghabisi Janda Permaisuri
53
Chapter 53: Beritahu Aku Siapa Informanmu!
54
Chapter 54: Tugas dari Kaisar Yangle
55
Chapter 55: Jelek dan Miskin
56
Chapter 56: Harus Dibesarkan
57
Chapter 57: Jalan Penuh Duri dan Darah
58
Chapter 58: Jamuan Beracun
59
Chapter 59: Apakah Istri Marquis Sudah Gila?
60
Chapter 60: Aku Menginginkanmu
61
Chapter 61: Biarkan Aku Memilikinya
62
Chapter 62: Ikatan Takdir
63
Chapter 63: Kambing Hitam
64
Chapter 64: Lebih Mudah Mencapai Tujuan
65
Chapter 65: Aku Ingin Bertahan
66
Chapter 66: Ayah, Kenapa Kau Menyusahkanku?
67
Chapter 67: Istri, Mari Ulangi Lagi
68
Chapter 68: Berpikir Tentang Keturunan
69
Chapter 69: Tanda Permaisuri
70
Chapter 70: Jaring Laba-Laba
71
Chapter 71: Darah Selir Agung
72
Chapter 72: Kematian Selir Agung
73
Chapter 73: Kaisar Tidak Akan Mempertahankan Orang Tidak Berguna
74
Chapter 74: Menenangkan Keluarga Gu
75
Chapter 75: Makam Sendiri
76
Chapter 76: Marquis, Cuka Milikmu Tumpah!
77
Chapter 77: Mulai Jatuh
78
Chapter 78: Perihal Raja-Raja
79
Chapter 79: Rahasia Istana Wende
80
Chapter 80: Ruang Kosong
81
Chapter 81: Makan Malam
82
Chapter 82: Perintah Pengurungan
83
Chapter 83: Kau Tidak Pantas Bicara Soal Kepuasan!
84
Chapter 84: Berjalan Bersama
85
Chapter 85: Menuntut Tanggung Jawab
86
Chapter 86: Pertemuan
87
Chapter 87: Melepaskan Perdana Menteri
88
Chapter 88: Mari Bertaruh
89
Chapter 89: Saat-Saat Genting
90
Chapter 90: Pemberangkatan Pasukan
91
Chapter 91: Pengaturan Praktis
92
Chapter 92: Marquis, Bertahanlah!
93
Chapter 93: Jamuan Akhir Musim Panas
94
Chapter 94: Kau Datang Terlambat
95
Chapter 95: Pengunduran Diri
96
Chapter 96: Kebenaran yang Terkubur
97
Chapter 97: Kemenangan
98
Chapter 98: Takhta Baru
99
PEMBERITAHUAN KARYA BARU!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!